Jakarta, BeritaManado.com — Pengamat sekaligus Dosen Pasca Sarjana Kajian Terorisme Universitas Indonesia Benny J Mamoto dalam sebuah wawancara di salah satu statsiun televisi, Rabu (13/3/2019) malam kemarin mengatakan bahwa gerakan radikal tersebut terus berkembang di Indonesia.
Usai kegiatan wawancara, kepada BeritaManado.com, Mamoto memberikan penjelasan mengenai gerakan terorisme di Indonesia yang terus mengalami perkembangan, karena tidak terlepas dari apa yang terjadi di negara lain.
“Terorisme itu adalah kejahatan lintas negara. Dahulu AlJamaah Al Islamiyah yang terlibat Bom Bali menyatakan berbai’ah ke Al Qaedah sehingga mengikuti fatwa Osama bin Laden. Setelah itu muncul ISIS di Suriah yang dipimpin Abubakar Al Bagdadi yang menganut ideology Takfirin, dimana semua yang tidak sepaham disebut kafir,” kata Mamoto.
Ditambahkannya, sejak ISIS ada mulai muncul modus operandi pelibatan perempuan dan anak dalam berbagai aksi terror dan pristiwa.
Peristiwa yang terjadi di Sibolga pelakunya adalah anggota Jamaah Ansyarut Daulah (JAD) yang berbai’ah ke ISIS, maka isteri dan anaknya dilibatkan dalam bom bunuh diri.
Ada hal menarik dalam pengungkapan kasus ini, dimana dalam penangkapan sebelumnya terungkap bahwa tersangka di Lampung ditangkap atas laporan orangtuanya sendiri, karena melihat anaknya berubah dan terindikasi menjadi radikal.
Kemudian ada perkembangan baru bahwa kasus Sibolga menunjukkan teroris bersembunyi di daerah yang tidak masuk dalam peta rawan radikal terorisme.
“Oleh sebab itu, dalam hal ini peran serta masyarakat dalam bentuk laporan ke aparat sangat penting. Belajar dari aksus Sibolga, marilah kita sama-sama lebih waspada dan peduli terhadap lingkungan. Pengamatan terhadap orang-orang yang tidak dikenal patut dilakukan untuk menghindari kejadian-kejadian serupa di daerah kita,” harapnya.
(Frangki Wullur)