Salah satu anak yang diduga mengidap DBD sedang mengikuti pemeriksaan di RS Walanda Maramis.
Airmadidi-Ini tanda awas bagi masyarakat, terhadap serangan nyamuk aedes agepty penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
Di Minut, belum dua bulan berjalan tahun 2015, sudah mengalami 99 kasus DBD, dengan satu orang meninggal dunia. Hal ini belum termasuk data laporan warga yang masuk di 10 Puskesmas.
Kepala Dinas Kesehatan Minut dr Sandra Rotie melalui Kepala Seksi Penyebaran Penyakit Menular (P2M) dr Joice Katuuk MKes saat dimintai keterangan, Selasa (17/2/2015), merincikan kasus DBD sesuai hasil laboratorium masing-masing, Puskesmas Airmadidi 12 kasus, Kuditan 4 kasus, Kema 2 kasus, Kolongan 26 kasus, Tatelu 19 kasus, Talawaan 8 kasus, Batu 2 kasus, Mubune 12 kasus, Likupang 10 kasus dan Wori 4 kasus.
“Minut merupakan wilayah endemik karena kasus DBD sudah terjadi selama tiga tahun berturut-turut. Dan kasus pertama nanti ditemukan di Likupang Barat. Ini merupakan temuan pertama dan menjadi daerah sporadis. Sementara di tempat lain yang tidak ditemukan, disebut daerah potensial DBD,” jelas Katuuk.(Finda Muhtar)
Salah satu anak yang diduga mengidap DBD sedang mengikuti pemeriksaan di RS Walanda Maramis.
Airmadidi-Ini tanda awas bagi masyarakat, terhadap serangan nyamuk aedes agepty penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
Di Minut, belum dua bulan berjalan tahun 2015, sudah mengalami 99 kasus DBD, dengan satu orang meninggal dunia. Hal ini belum termasuk data laporan warga yang masuk di 10 Puskesmas.
Kepala Dinas Kesehatan Minut dr Sandra Rotie melalui Kepala Seksi Penyebaran Penyakit Menular (P2M) dr Joice Katuuk MKes saat dimintai keterangan, Selasa (17/2/2015), merincikan kasus DBD sesuai hasil laboratorium masing-masing, Puskesmas Airmadidi 12 kasus, Kuditan 4 kasus, Kema 2 kasus, Kolongan 26 kasus, Tatelu 19 kasus, Talawaan 8 kasus, Batu 2 kasus, Mubune 12 kasus, Likupang 10 kasus dan Wori 4 kasus.
“Minut merupakan wilayah endemik karena kasus DBD sudah terjadi selama tiga tahun berturut-turut. Dan kasus pertama nanti ditemukan di Likupang Barat. Ini merupakan temuan pertama dan menjadi daerah sporadis. Sementara di tempat lain yang tidak ditemukan, disebut daerah potensial DBD,” jelas Katuuk.(Finda Muhtar)