Manado — Wali Kota Manado bernama Andrei Angouw ini terbilang istimewa bila disimak dari bibit latar belakangnya.
Selain peranakan etnis Tionghoa, dia juga juga satu-satunya wali kota di Indonesia yang memeluk agama Kong Hu Cu.
Keistimewaannya inilah yang menjadikannya perhatian kala dia dilantik menjadi Wali Kota Manado, Sulawesi Utara, 10 Mei 2021 setelah memenangi pemilihan kepala daerah 2020 dengan suara 36,7% di antara empat calon.
Waktu deklarasi pencalonan pada 1 Oktober 2020, Andrei juga melaksanakannya secara unik.
Dia dan pasangannya berdeklarasi di tempat pembuangan akhir (TPA) sampah terbesar di Kota Manado, TPA Sumompo.
Sampah, bagi Andrei adalah simbol dari keterpinggiran hidup.
Di situ ada orang miskin, orang tidak mampu, orang sakit, orang lemah, rakyat jelata, dan kaum papa lainnya.
Dari simbol itulah, Andrei bertekad membela kepentingan orang-orang yang tidak beruntung dalam hidupnya.
Dia bisa menggunakan kewenangannya untuk mengadministrasi keadilan di Kota Manado.
“Artinya jika dipercaya masyarakat Kota Manado, saya akan berbuat untuk kepentingan rakyat banyak, terlebih rakyat yang kurang mampu, termasuk pemulung, kaum miskin kota, dan masyarakat marjinal lainnya,” kata kader PDI Perjuangan yang sekarang menjabat bendahara partai tingkat DPD Sulawesi Utara ini.
Dan, janjinya tadi benar-benar dia tunaikan sekarang ini. Dalam kurun waktu 2 bulan bekerja sebagai Wali Kota, Andrei benar-benar menjadikan sampah sebagai pengingatnya bekerja.
Sampah yang secara fisik adalah kotoran dan secara simbolik keterpinggiran hidup manusia, harus benar-benar dikelola dengan baik agar Manado berubah menjadi kota yang, rapih, bersih, indah, dan berkah.
Kotoran sebagai pangkal ketidaksehatan kehidupan kota mesti kendalikan secara serius.
Mulai alat pengeruk sampah, armada angkut sampah, sampai personel kebersihannya, mesti bekerja secara spartan agar tidak ada lagi sampah yang menumpuk di tengah kota.
Akses menunju TPA sampah pun tidak boleh macet agar tidak terjadi antrean truk sampah menuju tempat pembuangan.
Untuk urusan sampah ini, Andrei memang tidak mau kompromi. Dia bekerja total.
Jangankan hari libur rutin seperti Sabtu dan Minggu, libur nasional keagamaan seperti Idul Fitri saja, Andrei masih bekerja mengontrol sampah agar tidak ada yang menumpuk di tengah kota.
“Manado yang rapih, bersih, dan menarik dimulai dari penanganan sampahnya,” katanya.
Langkah Andrei menjadikan Manado sebagai kota yang bersih, rapih, dan menarik dengan mengelola sampahnya sudah benar adanya.
Tetapi, dia juga tidak lupa bahwa sampah sebagai simbol keterpinggiran hidup tetap menjadi perhatiannya yang amat serius. Dia berhasrat besar untuk menghapus “sampah” dari kehidupan warga kota.
Namun, di tengah pandemi ini, dia masih fokus menyelamatkan waganya agar tidak terserang Covid 19.
Caranya adalah dengan menggenjot vaksinasi di segala lapisan dengan mengajak pemuka agama sebagai motivatornya.
“Ajakan pemuka agama untuk ikut vaksin sangat ditaati oleh masyarakat,” ujar Andrei.
Bila vaksinasi untuk warga Manado selesai sesuai targetnya bulan Oktober nanti, Andrei bisa makin memfokuskan pengelolaan keuangan daerah untuk membangun harkat masyarakat yang selama ini terpinggirkan.
Dia mesti segera mengurusi papannya dan sumber hidup warganya, agar mereka naik derajadnya.
Dengan menjunjung filosofi hidup Tionghoa nuli gongzuo (mandarin – giat bekerja) sepanjang hayat, Andrei kiranya tidak terlalu sulit untuk menjadikan Manado sebagai kota pantai yang rapih, bersih, dan menarik, untuk dinikmati torang samua.
(rds)
Baca juga:
- Jadi Wali Kota, Andrei Angouw Malah Senang Berakhir Pekan di TPA Sumompo
- Memotivasi Masyarakat, Kendati Libur Andrei Angouw Kunjungi Lokasi Vaksin Hebat
- Andrei Angouw Sebut Politik itu Seni Berkuasa, Pejabat Jangan Mabuk Kekuasaan
- Andrei Angouw – Richard Sualang, Cepat Tanggap, Langsung Kerja!