Manado — Penerimaan siswa baru tahun ajaran 2019 masih mengalami kendala.
Dengan sistem zonasi yang ditentukan pemerintah, sementara jumlah sekolah dan tingkat kepadatan penduduk disetiap wilayah tidak sama, membuat banyak anak dan orang tua jadi kesulitan.
Salah satu yang sedang menjadi permasalahan adalah belum adanya kepastian bagi anak-anak yang ditolak pihak sekolah saat pendaftaran sekolah lain sudah ditutup, padahal namanya masih jelas terdaftar di portal pendaftaran dengan status lulus.
Salah satu orang tua siswa yang mengalami hal ini, Mario Sanger, kepada BeritaManado.com menjelaskan, anaknya mendaftar di salah satu SMA negeri ternama di kota Manado karena bertepatan masuk dalam zonasi.
Setelah mendaftar dan mengikuti tahapan yang ada, anaknya dinyatakan lulus.
Pihak sekolah kemudian meminta para calon siswa yang lulus untuk datang mendaftar kembali pada beberapa hari kemudian.
“Kami kemudian datang, mendaftar kembali dan bahkan sudah menjalani tes kesehatan. Beberapa hari kemudian, kami diminta datang lagi katanya untuk verifikasi, nah saat itu kemudian anak kami dinyatakan tidak lulus, katanya nama anak kami dicoret oleh kepala sekolah,” ujar Mario.
Hal tersebut dikatakan Mario, membuat orang tua terutama anak sangat kecewa.
“Karena kalau memang tidak akan diloloskan, dari awal dong. Ini disampaikan kalau nama anak kami dicoret saat pendaftaran sekolah-sekolah lain sudah tutup. Ini tidak hanya terjadi di kami tapi juga kepada banyak anak lain,” kata Mario.
Lanjutnya, dengan adanya kejadian ini, maka nasib anaknya jadi belum jelas mau sekolah dimana.
“Posisi kami jadi tidak tahu bagaimana sekarang. Belum jelas. Kami sangat menyayangkan ini karena dampak terbesar itu di anak. Sekarang saja dia mengurung diri di kamar, menangis terus. Ini tentu jadi pikiran kami sebagai orang tua,” ucap Mario.
Mewakili orang tua yang juga punya permasalahan yang sama, Mario berharap, ada kebijakan yang biasa diambil oleh yang berwenang dalam hal ini karena sikap sekolah yang demikian membuat nasib anak jadi tidak jelas dan menimbulkan dampak tekanan psikis.
“Sebagai orang tua kami minta ada yang membantu kami untuk mendapat jalan keluar dengan segera. Kalau diam begini, anak kami mau sekolah bagaimana,” kata Mario.
(srisurya)