Minahasa – Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Sulawesi Utara bersama komunitas penulis muda Minahasa MAPATIK menggelar pelatihan Batulis Torang pe Kampung. Selama dua hari, Jumat- Sabtu (29-30/6/2018) kemarin peserta yang ikut diajarkan teknis menulis sejarah maupun features di Resto nuansa alam ranosaut desa suluan kecamatan tombulu, Kabupaten Minahasa.
Walau listrik padam, semangat peserta tidak ikut mati. Melainkan terlihat antusias. Apalagi tempat pelatihan di nuansa alam terletak di puncak dengan udara dingin. Tentunya tempat itu sengaja dipilih agar proses pelatihan fokus. Bahkan sebelum mulai peserta telah menyiapkan dokumen berupa rekaman dan data tertulis dari narasumber tentang desa.
Pelatihan penulisan daerah atau kampung merupakan program Aman Sulut. Dimana masyarakat diajar untuk tidak melupakan sejarah, termasuk situs-situs budaya yang kian terkikis modernisasi. Nantinya hasil tulisan tersebut bakal di cetak menjadi buku.
Sementara itu, Budayawan Minahasa, Denny Pinontoan M.Th yang dibantu cahaya lilin, Ia menjelaskan secara rinci apa itu straight news dan feature. Termasuk kesulitan saat membuat awal kalimat. Namun, ketika sudah bisa memulai menulis selanjutnya dipastikan akan lancar seperti air mengalir.
“Features merupakan tulisan fakta dengan mengambil angel menarik. Penulis pun dituntut sekreatif mungkin agar bisa menjadikan sebuah cerita menarik. Hal itu paling banyak ada di kalangan masyarakat tetapi sudah banyak dilupakan media saat ini. Padahal dalam menulis kampung akan banyak sisi yang bisa dijadikan tulisan,” tutur Akademisi Fakultas Teologi UKIT ini.
Tambah Pinontoan, salah satu hal paling penting ketika menulis, apakah tulisan itu dibaca atau tidak. Entah melalui surat kabar, radio majalah dan media online.
“Sehingga bisa mengubah perspektif bagi banyak orang agar melakukan transformasi. Karena pada dasarnya, setiap orang yang ingin melakukan hal baru disebabkan telah membaca sebuah tulisan. Tetapi, hal itu tidak menutup kemungkinan mendoktrin masyarakat,” terangnya.
Selain itu, tampil juga Sejarawan Sulawesi Utara, Bode Talumewo memberikan materi mengenai teknik penulisan sejarah. Dimana ada 4 unsur ketika menulis suatu sejarah, yaitu heuristik, kritik sumber, Interpretasi dan historiografi.
Akhir kegiatan diapresiasi oleh Ketua Badan Pengurus Nasional (BPN) Persekutuan Perempuan Berpendidikan Teologi di Indonesia (Peruati), Pdt Ruth Ketsia Wangkai, M.Th. Menurut ibu Ruth sapaan akrabnya, selama ini telah lama memperhatikan AMAN maupun Mawale yang eksis mempertahankan budaya.
“Kalian kita tahu sudah banyak menghasilkan karya cetakan buku. Termasuk tulis di berbagai media. Pesan saya jangan berhenti sampai disini,” terangnya yang saat itu turut hadir.
Adapun penanggung jawab kegiatan, Pnt Arfin Tompodung M.Th dan Kalfein Wuisan, turut hadir budayawan, Rikson Karundeng.
(Anes Tumengkol)
Minahasa – Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Sulawesi Utara bersama komunitas penulis muda Minahasa MAPATIK menggelar pelatihan Batulis Torang pe Kampung. Selama dua hari, Jumat- Sabtu (29-30/6/2018) kemarin peserta yang ikut diajarkan teknis menulis sejarah maupun features di Resto nuansa alam ranosaut desa suluan kecamatan tombulu, Kabupaten Minahasa.
Walau listrik padam, semangat peserta tidak ikut mati. Melainkan terlihat antusias. Apalagi tempat pelatihan di nuansa alam terletak di puncak dengan udara dingin. Tentunya tempat itu sengaja dipilih agar proses pelatihan fokus. Bahkan sebelum mulai peserta telah menyiapkan dokumen berupa rekaman dan data tertulis dari narasumber tentang desa.
Pelatihan penulisan daerah atau kampung merupakan program Aman Sulut. Dimana masyarakat diajar untuk tidak melupakan sejarah, termasuk situs-situs budaya yang kian terkikis modernisasi. Nantinya hasil tulisan tersebut bakal di cetak menjadi buku.
Sementara itu, Budayawan Minahasa, Denny Pinontoan M.Th yang dibantu cahaya lilin, Ia menjelaskan secara rinci apa itu straight news dan feature. Termasuk kesulitan saat membuat awal kalimat. Namun, ketika sudah bisa memulai menulis selanjutnya dipastikan akan lancar seperti air mengalir.
“Features merupakan tulisan fakta dengan mengambil angel menarik. Penulis pun dituntut sekreatif mungkin agar bisa menjadikan sebuah cerita menarik. Hal itu paling banyak ada di kalangan masyarakat tetapi sudah banyak dilupakan media saat ini. Padahal dalam menulis kampung akan banyak sisi yang bisa dijadikan tulisan,” tutur Akademisi Fakultas Teologi UKIT ini.
Tambah Pinontoan, salah satu hal paling penting ketika menulis, apakah tulisan itu dibaca atau tidak. Entah melalui surat kabar, radio majalah dan media online.
“Sehingga bisa mengubah perspektif bagi banyak orang agar melakukan transformasi. Karena pada dasarnya, setiap orang yang ingin melakukan hal baru disebabkan telah membaca sebuah tulisan. Tetapi, hal itu tidak menutup kemungkinan mendoktrin masyarakat,” terangnya.
Selain itu, tampil juga Sejarawan Sulawesi Utara, Bode Talumewo memberikan materi mengenai teknik penulisan sejarah. Dimana ada 4 unsur ketika menulis suatu sejarah, yaitu heuristik, kritik sumber, Interpretasi dan historiografi.
Akhir kegiatan diapresiasi oleh Ketua Badan Pengurus Nasional (BPN) Persekutuan Perempuan Berpendidikan Teologi di Indonesia (Peruati), Pdt Ruth Ketsia Wangkai, M.Th. Menurut ibu Ruth sapaan akrabnya, selama ini telah lama memperhatikan AMAN maupun Mawale yang eksis mempertahankan budaya.
“Kalian kita tahu sudah banyak menghasilkan karya cetakan buku. Termasuk tulis di berbagai media. Pesan saya jangan berhenti sampai disini,” terangnya yang saat itu turut hadir.
Adapun penanggung jawab kegiatan, Pnt Arfin Tompodung M.Th dan Kalfein Wuisan, turut hadir budayawan, Rikson Karundeng.
(Anes Tumengkol)