Bitung, Beritamanado.com – Aliansi Selamatkan Airujang berkumpul di mata air Aerujang Kelurahan Girian Permai Kecamatan Girian, Selasa (21/07/2020).
Aliansi yang terdiri dari perwakilan Pemangku Adat Negeri Danowudu, Masyarakat Adat, Komunitas Pecinta Alam, Masyarakat Air, Ormas serta Sekolah Sungai Bitung berkumpul untuk menunggu kedatangan Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono.
Dari informasi, Menteri PUPR akan kembali berkunjung ke lokasi mata air Aerujang setelah kunjungan pertama sekitar bulan Maret 2020 lalu akibat penolakan Aliansi terhadap rencana pembanguna tol Manado-Bitung di mata air.
“Kami sudah berkumpul disini dengan mengunakan protokol covid dengan harapan bisa kembali bertemu dengan Pak Menteri tapi kemungkinan beliau punya keterbatasan waktu,” kata salah satu perwakilan Sekolah Sungai Kota Bitung, Wesly Tamasiro.
Padahal kata Wesly, pihaknya telah menunggu dari sore hingga malam hari, namun Menteri Basuki hanya berkunjung ke lokasi KEK Sagerat.
“Kami ingin sekali lagi memohon kepada Pak Menteri agar bisa memberikan masukan ke Pak Presiden agar ikut menyelamatkan mata air Airujang yang memiliki volume hampir 50 liter per detik,” kata Wesly.
Ia mengaku, tuntutan mereka hanya meminta rencana pembangunan jalan tol Manado-Bitung digeser 60 sampai 70 meter dari jalan utama yang sudah direncanakan, agar mata air Aerujang bisa diselamatkan.
“Kami hanya minta digeser, bukan menolak apalagi penghalangi proyek jalan tol Manado-Bitung. Alasannya jelas, proyek jalan tol bakal merusak sumber mata air untuk masyarakat Kota Bitung,” katanya.
Sementara itu, Ketua Pemangku Adat Negeri Danowudu, Neltje Tengker yang ikut hadir dan menunggu kedatangan Menteri Basuki juga mengaku kecewa Menteri Basuki tidak jadi sampai lokasi mata air Aerujang.
Neltje mengaku, mata air dan hutan Aerujang telah dirawat Pemangku Adat Negeri Danowudu sejak tahun 1908 dan telah menghidupi ribuan jiwa masyarakat Kota Bitung dari generasi ke generasi.
“Ribuan orang memanfaatkan mata air Aerhujan untuk kebutuhan hidup mulai dari air bersih, tempat mandi sampai mencuci, jadi kami aliansi meminta sekiranya Pak Jokowi dapat melihat persoalan ini,” kata Neltje.
Apalagi menurut Neltje, jika mata air hanya dijaga oleh adat tidak memerlukan senjata sejak awal tahun 1900 an.
“Leluhur kami telah menitipkan air ini untuk dijaga, apalagi saat ini ada sekitar 800an kepala keluarga membutuhkan air itu dari PDAM. Kami hanya meminta Menteri Basuki konsisten dengan pernyataanya saat datang melihat asrinya mata air Airujang,” katanya.
Basuki ketika mendatangi lokasi mata air Aerujang bulan Maret, yang mengatakan jika mata air Aerujang tidak akan diapa-apakan atau disentuh untuk kepentingan pembangunan jalan tol.
“Pak Menteri setuju jalan tol digeser sedikit ke bagian barat untuk menyelamatkan mata air Aerujang, namun rupanya pihak Jasa Marga hanya mengeser tiang pancangnya,” kata Hendro.
Iapun menyatakan, jika pihak Jasa Marga tetap tak mengindahkan pernyataan Meteri Basuki untuk menggeser pembangunan jalan tol dari mata air Aerujang, maka pihaknya akan terus menyuarakan penolakan.
“Cukup mata air dan situs Batupapan yang rusak akibat pembangunan tol, jangan korbankan lagi mata air Airujang. Kami tidak akan tinggal diam,” tegasnya.
(abinenobm)