Kawangkoan, BeritaManado.com – Alex Mendur dan Frans Sumarto Mendur adalah dua bersaudara asal Kawangkoan, Kabupaten Minahasa.
Alex Mendur yang lahir tahun 1907 Frans Sumarto Mendur pada 1913 awalnya menikmati masa kecilnya di kampung halaman seperti anak-anak lainnya.
Namun tidak ada yang menyangka, keduanya bakal menjadi orang yang paling banyak diperbincangkan saat momentum peringatan detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia setiap tanggal 17 Agustus.
Piere Mendur, cucu dari Alex Mendur kepada BeritaManado.com, Sabtu (17/8/2024) meceritakan secara singkat kehidupan Alex Mendur dan Frans Mendur.
Di Jakarta, Alex Mendur dan Frans Mendur bersama satu rekan mereka yang juga berasa dari Kawangkoan yaitu Yus Umbas mendirikan sebuah perusahaan media bernama Indonesian Press Photo Service (IPPHOS).
Ciri khas IPPHOS adalah mengutamakan dokumentasi foto berbagai persitiwa yang terjadi di Kota Jakarta dan sekitarnya waktu itu.
“Sewaktu detik-detik Presiden Soekarno membacakan Proklamasi, yang mengambil foro adalah Alex Mnedur dan Frans Mendur. Namun peristiwa itu diketahui oleh tentara Jepang yang saat itu masih berada di Jakarta dan sekitarnya. Alex akhirnya sempat diamankan oleh tentara Jepang dan hasil jpretannya disita dan dimusnahkan,” ungkap Piere Mendur.
Ditambahkannya, Frans Mendur yang menyadari bahwa hasil jepretannya juga berpotensi mengalami hal yang sama, maka ia mengambil rol film dari kameranya dan menimbunnya di dalam tanah, semetnara di dalam kameranya sudha diganti oleh rol film yang baru.
Dengan demikian, saat Frans Mendur juga dicegat tentara Jepang, mereka tidak menemukan foto hasil jepretannya, shingga foto-foto bersejarah itu boleh menjadi bukti bahwa Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaan.
“Foto tersebut adalah saat Presiden Soekarno membacakan naskah Proklamasi dan waktu pengibaran bendera merah putih. Foto-foto ini nanti terbit sekitar 6 bulan setelah momentum proklamasi yang dilaksanakan pada 17 Agustus 1945. Hal itu karena menunggu situasi kondusif dan aman dari tentara Jepang,” jelas Piere Mendur.
Di sisi lain, entah mengapa Alex Mendur, Frans Mendur dan Yus Umbas menjadi watawan foto yang begitu bebas masuk keluar Istana Negara tempat dimana Presiden Soekarno tinggal.
Hal itulah yang membuat Alex Mendur maupun Frans Mendur tampaknya begitu leluasa mengabadikan peristiwa-peristiwa penting dan bersejarah yang terjadi di Pulau Jawa dan tempat lainnya, termasuk detik-detik Proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Kini, karya Mendur bersadara terpajang di dalam sebuah bangunan rumah panggung sederhana yang ada di Kawangkoan, kampung halamannya.
Namun sayangnya, bahkan jarang ada dari warga Kawangkoan sendiri yang peduli serta memperhatikan kondisinya, termasuk dari insan pers.
Diakui Piere Mendur, setidaknya sejak 4 tahun terakhir hanya ada dua orang wartawan yang secara rutin menunjukkan kepedulian dengan menggalan dana atas sepengetahuan Camat Kawangkoan Utara Fabian Mendur dan juga pihak keluarga untuk menggelar bakti sosial.
“Dua orang teman wartawan tersebut adalah Frangki Wullur dan Herdy Mendur. Mereka dengan caranya tersendiri menunjukkan kepedulian yang nyata. Mengajak orang lain yang peduli untuk sama-sama membersihkan bahkan melakukan pengecatan patung Tugu Pers Mendur, agar terlihat bersih, setidaknya saat HUT RI dan Hari pers Nasional,” ujarnya.
Dikatakannya, terakhir keduanya melakukan hal yang sama yaitu pada tanggal 15-16 Agustus 2024, dimana ada sedikit perbedaan dengan tampilan Tugu Pers Mendur Kawangkoan.
“Atas bantuan salah satu warga Minahasa ibu Susi Sigar, nuansa Tugu Pers Mendur mengalami perubahan. Bagian patungnya dicat berwarna emas dan di bagian dudukan berbentuk kamera dicat dengan kombinasi warna silver dan hitam,” kata Piere Mendur.
Di sisi lain, Camat Kawangkoan Utara Fabian Mendur menyampaikan komentarnya, bahwa Tugu Pers Mendur menjadi suatu kebanggan bagi masyarakat Kawangkoan.
“Ale Mendur dan Frans Mendur adalah orang Kawangkoan yang membaktikan kehidupan mereka untuk bangsa Indonesia, meski hanya dengan bermodalkan kamera. Terima kasi kepada semua pihak yang sudah menujukkan kepeduliannya untuk melestarikan Tugu Pers Mendur agar tetap menjadi sarana edukasi sejarah bagi generasi muda,” harapnya.
(Frangki Wullur)