Dalam cerita turun-temurun, legenda atau disebut juga cerita rakyat di Indonesia, ada banyak air terjun yang dianggap sebagai tempat mandinya para bidadari.
Ada kalangan tertentu yang percaya jika bidadari ini bukanlah malaikat tetapi merupakan titisan dewa perempuan yang tinggal di khayangan.
Khayangan atau disebut juga nirwana, diyakini sebagai salah satu lapisan langit di atas bumi, dalam dimensi khusus, sebelum adanya surga.
Bidadari adalah peri adalah makhluk yang selalu digambarkan sebagai sosok yang cantik nan rupawan. Dalam karya-karya sastra bidadari dideskripsikan dengan fisik yang sempurna melebihi seorang putri atau ratu tercantik yang pernah hidup di bumi.
Bukan itu saja, bidadari adalah sosok yang memiliki kekuatan supranatural selayaknya dewa-dewi dalam cerita rakyat Indonesia, China, Yunani dan hampir semua legenda negara-negara lainnya yang ada di dunia ini.
Dalam legenda di tanah Jawa, Air Terjun Sekar Langit, di Magelang hingga kini dipercaya warga sekitar merupakan tempat mandinya para bidadari (lebih dari satu bidadari). Bermula dari legenda Jaka Tarub dan bidadari yang dikenal dengan nama Nawang Wulan.
Jaga Tarub pria gagah yang sedang berburu dihutan tiba-tiba mendekat diair terjun tak sengaja melihat para bidadari.
Ia pun mengambil satu dari beberapa selendang dengan maksud, mungkin, menjadikannya kenang-kenangan bahwa ia pernah melihat bidadari.
Maklum saja zaman dahulu memang masyarakat menyembah dewa dan mengetahui cici-ciri mahkluk yang merupakan dewa atau dewi.
Tak disangka, tindakan Jaka Tarub mengambil selendang itu membuat satu bidadari tidak bisa kembali ke khayangan.
Bukan itu saja, bidadari yang tertinggal ini menjadi ‘terikat’ dengan orang yang mengambil selendangnya.
Bisa dibilang selendang itu adalah kekuatan sang bidadari.
Singkat cerita, mereka akhirnya menikah, sang bidadari tinggal dibumi dan harus mengalami kisah sebagaimana seorang manusia yang tidak mungkin tidak mendapatkan suka dan duka dalam hidupnya.
Oh iya, ada juga kisah ‘mata air sembilan bidadari’ disebut Tumatenden di Airmadidi Bawah, Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara.
Dilansir dari website Kemendikbud.go.id. kisah itu mirip cerita Jaka Tarub dan Tujuh Bidadari.
Bidadari bernama Lumalungdung yang menikah dengan Mamanua manusia biasa hingga memiliki anak yang rupawan bernama Walang Sendow.
Cerita lebih jelasnya bisa kamu temukan di buku-buku legenda cerita rakyat atau internet.
Karena kali ini, kita akan kembali membahas Air Terjun Walangan di Wilayah Likupang, tanah Minahasa.
AIR TERJUN WALANGAN
Air terjun ini adalah sebuah destinasi wisata di Daerah Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Likupang yang belum banyak terekspos.
Air terjun ini berlokasi di Desa Palaes, Kecamatan Likupang Barat, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara.
Air terjun ini, oleh sejumlah warga Likupang, disebut juga sebagai tempat mandi bidadari karena letaknya yang cukup jauh dari pemukiman penduduk.
Menurut warga setempat di lokasi ini banyak terdapat kupu-kupu dengan berbagai warna. Ada juga burung dengan kicauan yang merdu seolah sedang menyanyi berbalas-balasan.
Ketika tiba di lokasi ini memang seperti ada di dunia lain di dalam istana, di dalam hutan dengan keindahan alami dan ketenangan sejati karena bunyi-bunyian gesekan daun, siulan burung dan aliran air yang alami itu.
Tak heran yah, jika ada masyarakat yang percaya jika air terjun ini merupakan tempat ‘santai’ para bidadari.
Menurut warga setempat di lokasi ini banyak terdapat kupu-kupu kecil dengan berbagai warna. Ada juga berbagai burung dengan kicauan yang merdu, seolah sedang menyanyi berbalas-balasan.
Ketika tiba di lokasi ini memang seperti ada di dunia lain di dalam istana kecil sebuah hutan. Hutan dengan keindahan alami dan ketenangan sejati karena bunyi-bunyian gesekan daun, siulan burung dan aliran air yang alami itu.
Tak heran yah, jika ada masyarakat yang percaya jika air terjun ini merupakan tempat ‘santai’ para bidadari.
Air Terjun Walangan di Desa Palaes ini memiliki ketinggian air sekitar 10 meter dari permukaan telaga.
Airnya tidak pernah mengering sehingga air terjun ini menjadi pemandangan yang bisa dikunjungi kapan saja.
Hanya memang jika musim panas airnya akan lebih sedikit dan sebaliknya, jika musim hujan, pengunjung harus berhati-hati dengan banjir atau air besar yang tiba-tiba datang.
Yah, tentu saja waktu yang pas untuk berkunjung ke lokasi air terjun ini adalah tidak saat musin penghujan.
Kalau hanya gerimis-getimis biasa, itu justru bagus untuk menemukan pelangi di area itu.
Pemandangan di lokasi air terjun Palaes ini masih sangat alami.
Ada tumbuhan bambu dan pepohonan yang rindang. Saat kami berkunjung, pemerintah setempat sudah membuatkan tempat duduk yang oleh warga Manado disebut ‘dego-dego.’
Sebuah tempat duduk besar yang terbuat dari bambu. Ada banyak spot foto menarik di lokasi ini. Wisatawan bisa berfoto dari jauh untuk bisa mendapatkan full gambar air terjunnya.
Bisa juga untuk gambar yang estetik, mendekat ke air terjunnya sehingga detail lapisan dinding bebatuan tinggi itu bisa menjadi latar foto dan tentunya hasilnya akan sangat bagus.
Di bagian sisi kanan air terjun ini masih di dalam sungai kecil yang dilaluinya terdapat dinding yang terdiri dari beberapa jenis lapisan tanah dan bebatuan.
Di situ juga terdapat akar pohon yang menyatu dengan lapisan tersebut sehingga menciptakan gradasi warna yang unik.
PERJALANAN KE LOKASI
Memang, butuh tenaga ekstra untuk tiba di lokasi Air Terjun Palaes ini. Namun tenang saja, ketika tiba, rasa lelah itu akan langsung terbayarkan dengan panorama alami.
Air yang jernih dan pepohonan yang rindang membuat lokasi ini cocok untuk menenangkan jiwa yang penat.
Oh yah, perjalanan ditempuh kurang lebih 45-60 menit untuk tiba di lokasi Air Terjun Palaes. Dalam perjalanan kita bisa menikmati panorama serba hijau yang tersaji dari kebun, pala dan cengkeh warga setempat.
Beberapa waktu lalu, penulis dan sejumlah wisatawan lokal berwisata ke Air Terjun Palaes. Kami ada yang naik sepeda motor ada yang naik mobil. Seperti biasa ketika tiba di Desa Palaes, kami melapor ke pemerintah setempat.
Disitu juga kami memarkirkan kendaraan yang kami bawa. Lalu, kami dicarikan pemandu wisata lokal dan dari situ kami langsung start dengan berjalan kaki.
Catatan khusus bahwa ada banyak jalan bercabang dan titik blank spot dari jaringan seluler di lokasi tujuan. Jadi, memang sebaiknya ketika pertama kali berkunjung, gunakanlah tenaga pemandu wisata lokal agar tidak nyasar dalam perjalanan.
Lokasi air terjun Palaes ini punya banyak daya tarik sebagaimana kategori wisata petualangan. Wisatawan yang hobi mencari lokasi wisata yang baru, lokasi yang eksotis untuk konten-konten foto maka lokasi ini bisa menjadi pilihan.
Hingga kini, belum ada akses kendaraan baik sepeda motor apalagi mobil. Jalan menuju lokasi Air Terjun ‘Walangan’ Palaes hanya berupa jalan setapak dan bahkan harus melalui hutan untuk tiba di lokasi.
Tapi Lokasinya sangat bagus untuk berwisata sekaligus memperkenalkan keindahan alami kepada keluarga, rekan kerja atau teman- teman komunitas.
Perlu diketahui juga, Desa Palaes memiliki banyak sekali tempat wisata maupun potensi wisata yang sedang dikembangkan. Jadi, jika kamu berencana berwisata ke destinasi wisata di Desa Palaes, tidak ada salahnya kamu juga mengunjungi lokasi wisata lainnya di desa ini.
Hukum Tua Desa Palaes, Grace Morong mengatakan Air Terjun Walangan memiliki cerita tersendiri sebagai cerita turun temurun atau mendekati legenda.
“Walangan itu nama salah satu sungai yg ada di Desa Palaes yang artinya berkaitan dengan ‘tanah loloangan’ yang artinya pintu terbuka. Pintu terbuka yang dimaksudkan rupanya pemaknaan dari model air terjun yang dindingnya menyerupai pintu yang bisa untuk masuk keluar,” ungkap Grace.
Ia tidak menguraikan secara detail, namun menurutnya sama seperti di daerah-daerah lain setiap lokasi ada legendanya.
Hanya memang dengan kecanggihan teknologi dan keyakinan masyarakat terhadap agama maka masyarakat desapun percaya bahwa lokasi apa saja yang dikunjungi asalkan dengan niat yang baik dan tindakan-tindakan yang tidak melawan asusila maka wisatawan atau siapapun akan aman saat berkunjung ke lokasi manapun.
Selain Air Terjun Walangan ada banyak lokasi wisata di Desa Palaes.
Pemerintah desa dan masyarakat juga kompak dalam pengadaan homestay secara swadaya dan paket tour ekowisata juga pengembangan daya tarik wisata lainnya bersama lembaga-lembaga kompeten seperti ASIDEWI, Balawista, GenPI, IPI, HPI, Komunitas Likupang Raya (KLiR) dan lainnya.
Saat ini, dengan tema Desa Wisata, Desa Palaes memiliki wisata andalan dan menawarkan paket tur antara lain Full trip Mangrove, Full trip Berburu ikan skill dewa, full trip liat langsung kelelawar dan cara memangil tikus terunik, kuliner, budaya, agrowisata dan menjadi ikon khusus hewan andemik Tarsius Spectrum.
Bukan itu saja kuliner di Desa Palaes juga ada berbagai macam. Jenis makanan yang pasti digemari wisatawan adalah ikan bakar segar dengan dabu-dabu atau sambel bakar khas Palaes.
Untuk jenis sayuran, masyarakat disini menyediakan jenis daun dan bunga pepaya yang dimasak dengan santan dan dibumbui aneka rempah-rempah lokal.
Untuk jenis kue ada berbagai macam tersedia disini semuanya khas kue tradisional seperti kue lampu-lampu, koyabu, biapong (bak pao) dengan berbagai isian hingga panada. Hanya saja untuk jenis makanan berat harus melakukan pre-order atau pemesanan minimal sehari sebelum berkunjung ke desa wisata ini.
Belum lama ini Desa Palaes ditetapkan sebagai Desa Wisata bahkan sudah mengikuti lomba desa wisata.
Desa Palaes bahkan masuk dalam 500 besar desa wisata se-Indonesia 2021. Penilaian Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) tahun 2021 didasarkan atas empat pilar pengembangan pariwisata berkelanjutan yaitu; tata kelola, ekonomi lokal, sosial budaya, dan pelestarian lingkungan yang terdiri dari tujuh kategori penilaian.
Yakni kategori homestay, toilet, suvenir, desa digital, CHSE (Cleanliness, Health, Safety and Environment Sustainability), konten kreatif, serta daya tarik wisata.
Desa Palaes memiliki wilayah yang cukup paripurna karena selain keindahan alami air terjun mereka memiliki hutan mangrove, laut juga bukit-bukit. Jadi sektor pertanian hingga kelautan menjadi potensi sekaligus daya tarik wisata di Desa ini.
Desa Palaes juga berada di dekat dengan lokasi pembangunan hotel baru yang berkonsep ekoresort di Desa Paputungan. Jarak dari Desa Palaes ke Desa Paputungan cukup dekat sekitar 10-15 menit dengan kendaraan bermotor.
Penulis: Y.Rondonuwu
Baca juga:
- Ini Dia 10 Hal Positif yang Bisa Kamu Lakukan di Pantai Pulisan Likupang
- Backpacker ke Destinasi Wisata Likupang? Berikut Tipsnya
- Ini 5 Pantai Rekreasi di Likupang yang Ada Kulinernya