Manado, BeritaManado.com — Empat bahasa daerah yang berasal dari Minahasa, Sulawesi Utara, yaitu Tonsea, Tonsawang, Tontemboan dan Ponosokan kini berada dalam ancaman kepunahan.
Hal ini disebabkan oleh menurunnya kemampuan generasi muda dalam menggunakan bahasa daerah, bahkan banyak yang tidak mengenalnya sama sekali.
Kepala Balai Bahasa Sulut Januar Pribadi menjelaskan, rendahnya kemampuan berbahasa daerah di kalangan generasi muda dipengaruhi oleh lingkungan keluarga yang tidak lagi mengutamakan bahasa daerah sebagai bahasa sehari-hari.
“Orang tua cenderung tidak mewariskan bahasa daerah kepada anak-anak mereka, sehingga bahasa tersebut semakin terlupakan. Ada juga anggapan bahwa berbahasa daerah itu kuno, ditambah stigma-stigma negatif lainnya,” ungkap Januar kepada BeritaManado.com, Senin (9/9/2024).
Balai Bahasa Sulut pun gerak cepat dan melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah ini, diantaranya melakukan pendekatan lewat sektor pendidikan.
Januar mengungkapkan, pihaknya telah bertemu dengan pemerintah dan mengusulkan program revitalisasi bahasa lewat pendidikan karena dianggap lebih efektif.
Balas Bahasa Sulut juga telah menyiapkan cara membuat modul bahasa dan memberikan pelatihan kepada para guru menjadi garda terdepan karena berhadapan langsung dengan para murid.
“Revitalisasi di sekolah sudah dimulai, dengan melatih 306 guru dari 250 sekolah di 4 kabupaten. Kami juga telah menerbitkan 42 buku berbahasa daerah, termasuk bahasa Tonsea, Tonsawang, Tontembuan, dan Ponosokan, yang saat ini masih dalam proses pembuatan ilustrasi,” tutup Januar.
(srisurya)