Manado, BeritaManado.com — Bahasa daerah belakangan menjadi perhatian setelah Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Utara mengungkap potensi kepunahan.
Bagi daerah kepulauan, bertutur dengan bahasa daerah setiap hari adalah hal biasa, namun tidak dengan yang ada di daratan utama.
Kepulauan seperti Sangihe, Talaud, Sitaro, Lembeh dan daerah pulau lainnya dikenal masih membiasakan berbahasa daerah sejak dini.
Ada 4 bahasa daerah asli Sulut yang terancam punah, yaitu Bahasa Ponosakan, Tonsawang, Tonsea, dan Tontemboan.
Krisis bahasa daerah ini kemudian turut menjadi tanggung jawab bersama karena biar bagaimanapun, bahasa daerah adalah salah satu identitas diri yang diwariskan dari para leluhur, sarat makna dan sejarah.
Kerapatan Gereja Protestan Minahasa (KGPM) sebagai bagian dari bangsa dan negara sudah menaruh perhatian atas kabar kepunahan bahasa daerah.
Kepada BeritaManado.com, Ketua Pucuk Pimpinan KGPM, Gbl. Francky Londa STh MA mengatakan, hal itu sudah menjadi perhatian dalam berbagai forum pertemuan gerejawi internal KGPM.
“Sikap dan peran KGPM, perlu adanya upaya pelestarian bahasa daerah dengan cara menggunakan Tata Ibadah khusus berbahasa daerah, plus pakaian khas daerah dan simbol-simbol kearifan lokal dalam kegiatan peribadatan,” ujar Gbl. Francky Londa, Senin (4/11/2024) di Manado.
Francky melanjutkan, hal ini dilakukan sejalan dengan upaya penguatan berteologi kontekstual.
Untuk sidang-sidang KGPM sendiri, terutama di Minahasa dan daerah lainnya, penggunaan bahasa daerah untuk liturgi ibadah dan baju daerah sudah diterapkan di sejumlah sidang (jemaat) sejak lama.
Bahkan, sejumlah sidang turut menggunakan alat musik tradisional seperti Kolintang maupun orkes sederhana.
Sementara, untuk beberapa sidang di Kota Manado, seperti KGPM Sidang Hosana Tikala Kumaraka, disiapkan 1 minggu khusus di setiap bulannya untuk lagu ibadah berbahasa daerah.
Dengan demikian, generasi yang lebih muda akan terbiasa mendengar dan menuturkan bahasa daerah meski dalam bentuk lagu.
Selain itu, Francky juga mengungkapkan, perhatian KGPM terhadap bahasa daerah tidak hanya diterapkan dalam ibadah, tapi juga ikut berkontribusi dalam upaya dari berbagai pihak untuk pelestarian bahasa daerah.
“KGPM juga ikut berperan aktif serta memfasilitasi upaya penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa-bahasa daerah dalam skema kerja sama dengan lembaga-lembaga misi, baik dari dalam maupun luar negeri,” kata Gbl. Francky.
(srisurya)