YULIUS Selvanus dan Johannes Victor Mailangkay (YSK – Victory) tampil sebagai jawara dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) tahun 2024.
Mereka terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur pilihan masyarakat Sulawesi Utara (Sulut).
Oleh: Vebry T Haryadi
Tentu harapan besar bagi masyarakat nyiur melambai terhadap YSK-Victory yang membawa janji politik perubahan.
YSK – Victory layaknya lokomotif yang akan menarik gerbong pembangunan demi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
Memimpin dengan upaya melakukan perubahan bukan hal yang mudah bagi YSK – Victory, apalagi diperhadapkan birokrasi pemerintahan periode lalu yang sarat Asal Bapak Senang (ABS).
Tak hanya itu, mental para pejabat dan orang-orang sekitar kekuasaan yang hanya bermodal “pencari muka” sehingga akan menggiring kepemimpinan Sulut dari waktu ke waktu terjebak sebagai pemimpin pencitraan belaka.
Sebagai praktisi hukum dan ikut dalam gerbong pemenangan YSK-Victory, tentu saya sangat bangga dengan pilihan mayoritas masyarakat.
Apalagi YSK pada Sabtu (28/12/2024) silam, telah dikunjungi Pengamat Politik, Filsuf, Akademikus, dan Intelektual Kritis Indonesia, Rocky Gerung, di kediaman YSK, kawasan Sario, Manado.
YSK mengungkapkan kunjungan Rocky Gerung, yang dinilainya membawa perspektif segar dan kritis.
Sulut membutuhkan gagasan besar untuk melangkah lebih maju.
Diskusi itu tentu memberi banyak wawasan yang dapat menjadi inspirasi dalam memimpin provinsi ini ke depan bagi YSK-Victory.
Terutama YSK -Victory harus sebagai pemimpin perubahan.
Mengutip dari Guru Besar Universitas Indonesia, Rhenald Kasali dalam buku Change Leadership: Non-Finito, begitu gamblang menggambarkan tentang sosok pemimpin perubahan.
Pemimpin perubahan (change leader) baginya adalah pemimpin yang bisa memperbaiki hidup kita, bangsa kita dan keturunan kita.
Bukan yang hanya menggunakan jabatannya untuk mengimpresi, pamer kekuasaan, apalagi mewariskan kerusakan.
Seorang Change Leader, kata Rhenald Kasali tidak pernah takut akan banyak risiko.
Ia akan terus berjuang mewujudkan karya dan impiannya meski di depannya menghadang risiko besar, sebuah ketidakpastian (non finito), kekurangan biaya, kurangnya dukungan masyarakat, ketidakpastian perekonomian dunia.
Sehingga bagi saya, kepala daerah YSK-Victory tak perlu takut mengambil keputusan demi perubahan baik, asalkan dengan perhitungan yang matang.
Tidak melawan hukum dan tidak ada benturan kepentingan, serta tidak menguntungkan pribadi atau afiliasinya seperti yang dimainkan kepala daerah sebelumnya yang sarat dengan kepentingan kelompok dan pribadi.
Menjadi kepala daerah dibutuhkan rasa memiliki dan tanggung jawab pada masyarakat, sehingga ia akan merasa segan dan malu jika tidak bisa memimpin dengan baik.
Integritas dan kompetensi seorang kepala daerah tercermin dari rekam jejak yang natural dan spontan, bukan karena suatu pencitraan dan YSK-Victory harus jauh pemimpin pencitraan itu.
Masyarakat Sulut membutuhkan kepemimpinan yang jujur dan sederhana, serta menjadi tolok ukur bagi rakyat untuk selalu berharap YSK-Victory benar-benar menjadi pemimpin perubahan dengan harapan pemimpin yang bisa membuktikan janjinya.
Sehingga YSK-Victory menjadi pemimpin yang mampu melakukan perubahan di tengah masyarakat, dan akan tercatat sebagai sosok mumpuni dan layak mendapat kepercayaan lebih luas di tingkat nasional.
Kecerdasan dan terobosan yang diciptakan dapat menjadi motivasi dan inspirasi bagi generasi berikutnya dalam membangun daerah.
Semoga.
(*)
Penulis adalah seorang Praktisi Hukum