Boroko, BeritaManado.com – Kunjungan Kerja (Kunker) ke luar kota sepertinya jauh lebih menarik bagi para wakil rakyat anggota DPRD Bolmut, ketimbang menjalankan tugas di kantor.
Perilaku para wakil rakyat yang gandrung ‘pelesiran’ ke luar kota dengan dalih Kunker ini pun memicu pengunjingan.
Lantaran disinyalir Kunker yang dilakukan tidak sebanding dengan hasil kinerja.
Suara kritis itu datang dari salah satu mahasiswi IAIN Gorontalo Alin Pangalima, menurutnya, pembahasan soal perjalanan dinas tentu akan ruwet bagi masyarakat, tapi adalah sebuah rahmat bagi pejabat.
“Sesuatu yang kehadirannya kerap kali ditunggu-tunggu sebagai ajang ‘jalan-jalan’ dengan dalih membawa aspirasi rakyat menjadi satu kejanggalan ketika berbicara soal kesejahteraan di ruang-ruang ber-AC yang tentu kesejahteraanya sudah sangat dijamin,” ujar Alin yang merupakan warga Ollot II, Kecamatan Bolbar, Bolmut.
Ia berpendapat, mereka kerap berbicara soal kemiskinan, tapi tempat-tempat elit, yang tak ada orang kelaparan di sana karena masakan beraneka jenis sudah disediakan.
“Berbicara soal pertanian tapi di hotel berbintang, yang harusnya bisa dibicarakan di ladang agar tidak hanya berakhir lewat diskusi tapi langsung dieksekusi,” beber Alin.
Dana perjalanan dinas, sambung Alin, merupakan sesuatu yang sangat dituhankan oleh para pemangku jabatan, wabil khusus DPRD di mana pun berada, tak terkecuali daerah Bolmut.
“Kabupaten yang berulangkali mendapat prestasi WTP, padahal banyak gedung-gedung yang mandek dan tak terurus yang menelan biaya cukup fantastis,” beber dia.
Hal ini, lanjutnua, tentu menjadi tanda tanya dan ironi tersendiri, ketika ada pejabat yang dengan bangga menggunakan anggaran berlebihan hanya untuk berkunjung ke daerah seberang.
“Padahal tak ada hasil signifikan yang dirasakan masyarakat yang sedang diperjuangkan haknya oleh orang-orang berdasi dengan sepatu mengkilat itu,” kritik sosok penerbit buku KPMIBU itu.
Ia mengunkapkan, seharusnya anggaran yang tebilang tak sedikit itu, harusnya bisa digunakan untuk keperluan lain yamg menopang ekonomi daerah.
Misalnya mengatasi pengangguran yang berjumlah hampir ribuan orang di Bolmut, menyelesaikan program-program yang terbengkalai, atau diinfestasikan kepada para honorer yang bekerja mati-matian padahal gajinya diterima tiga bulan sekali.
“Katanya mengabdikan diri untuk rakyat demi kemajuan daerah, jika benar itu tujuannya untuk menduduki posisi-posisi strategis di kabupaten. Maka, bisa dong kalau perjalanan dinasnya pake uang pribadi,” kunci Alin.
(Nofriandi Van Gobel)