Manado – Pemerintah Kota (Pemkot) Manado melalui bagian pemerintahan dan Humas menggelar Sosialisasi Pembakuan Nama Rupa Bumi.
Sosialisasi tersebut dibuka oleh Wali Kota Manado, Vicky Lumentut, melalui Asisten satu Pemerintahan Mickler Lakat, di ruangan serbaguna Pemkot Manado, Kamis (12/10/2017).
Turut hadir, Lurah, perwakilan Camat serta pimpinn SKPD.
Tampil sebagai pemateri Kepala Bidang Toponim, Moh Fifik Syafiudin, Ditjen Bina Adwil Heru Santoso
“Kegiatan sosialisasi mengenai batas wilayah untuk kelurahan dan kecamatan, ini sangat penting bagi kita semua. Hal ini untuk mengetahui batas wilayah yang jelas,” kata Mickler Lakat dalam sambutannya.
Lanjut Micler Lakat, sosialisasi pembakuan rupa bumi sangat didukung Pemkot Manado.
“Ada beberapa peraturan baru dalam kementerian dalam negeri no 30 tahun 2017 tentang pedoman pemberian nama daerah dan ibukota yang mesti ASN Pemkot ketahui. Supaya aturan tersebut tidak ada kerancuan dalam penamaan,” terang Micler Lakat.
Sebelumnya Kabag Humas Pemkot Manado, Steven Runtuwene, membacakan laporan kegiatan.
“Maksud dilaksanakannya sosialisasi untuk menciptakan sinergitas kesinambungan dan koordinasi antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi Sulut maupun Kota Manado. Guna mematangkan data informasi akurat nama rupa bumi baik untuk kepentingan pemerintah daerah dan pemerintah nasional,” tukas Steven Runtuwene.
Sementara itu, Heru Santoso selaku pemateri mengatakan untuk mencantumkan nama rupa bumi dengan syarat nama seseorang sudah meninggal selama lima tahun baru bisa dipakai.
“Kalau untuk seperti nama Jembatan Megawati di Manado Kecamatan Singkil, sudah tidak perlu dirubah lagi namanya. Mengingat jembatan tersebut sudah ada sejak tahun 1959, sebelum ada undang-undang. Jadi untuk kedepan mengikuti aturan, yang sudah ada,” kata Heru Santoso kepada awak media.
Sementara itu, menurut Moh Fifik Syafiudin, nama rupa bumi sangat penting mengingat sekarang ini sudah jaman millennial.
“Seperti jika para touris datang di Manado sulit mencari nama tempat, mereka bisa manfaatkan nama rupa bumi,” terang Moh Fifik Syafiudin. (Anes Tumengkol)
Manado – Pemerintah Kota (Pemkot) Manado melalui bagian pemerintahan dan Humas menggelar Sosialisasi Pembakuan Nama Rupa Bumi.
Sosialisasi tersebut dibuka oleh Wali Kota Manado, Vicky Lumentut, melalui Asisten satu Pemerintahan Mickler Lakat, di ruangan serbaguna Pemkot Manado, Kamis (12/10/2017).
Turut hadir, Lurah, perwakilan Camat serta pimpinn SKPD.
Tampil sebagai pemateri Kepala Bidang Toponim, Moh Fifik Syafiudin, Ditjen Bina Adwil Heru Santoso
“Kegiatan sosialisasi mengenai batas wilayah untuk kelurahan dan kecamatan, ini sangat penting bagi kita semua. Hal ini untuk mengetahui batas wilayah yang jelas,” kata Mickler Lakat dalam sambutannya.
Lanjut Micler Lakat, sosialisasi pembakuan rupa bumi sangat didukung Pemkot Manado.
“Ada beberapa peraturan baru dalam kementerian dalam negeri no 30 tahun 2017 tentang pedoman pemberian nama daerah dan ibukota yang mesti ASN Pemkot ketahui. Supaya aturan tersebut tidak ada kerancuan dalam penamaan,” terang Micler Lakat.
Sebelumnya Kabag Humas Pemkot Manado, Steven Runtuwene, membacakan laporan kegiatan.
“Maksud dilaksanakannya sosialisasi untuk menciptakan sinergitas kesinambungan dan koordinasi antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi Sulut maupun Kota Manado. Guna mematangkan data informasi akurat nama rupa bumi baik untuk kepentingan pemerintah daerah dan pemerintah nasional,” tukas Steven Runtuwene.
Sementara itu, Heru Santoso selaku pemateri mengatakan untuk mencantumkan nama rupa bumi dengan syarat nama seseorang sudah meninggal selama lima tahun baru bisa dipakai.
“Kalau untuk seperti nama Jembatan Megawati di Manado Kecamatan Singkil, sudah tidak perlu dirubah lagi namanya. Mengingat jembatan tersebut sudah ada sejak tahun 1959, sebelum ada undang-undang. Jadi untuk kedepan mengikuti aturan, yang sudah ada,” kata Heru Santoso kepada awak media.
Sementara itu, menurut Moh Fifik Syafiudin, nama rupa bumi sangat penting mengingat sekarang ini sudah jaman millennial.
“Seperti jika para touris datang di Manado sulit mencari nama tempat, mereka bisa manfaatkan nama rupa bumi,” terang Moh Fifik Syafiudin. (Anes Tumengkol)