Tomohon, BeritaManado.com — Sumpah Pemuda tidak berhenti di hari lahirnya atau hari peringatannya.
“Itu adalah Sumpah seumur hidup, harga mati yang terus dijunjung,” ungkap gadis berbadan semampai, Devona Tangel, kepada BeritaManado.com.
Devona Tangel, yang merupakan aktivis ini, meyakini Bangsa Indonesia butuh mentalitas yang revolusioner dan progresif.
“Tercetusnya Sumpah Pemuda bertujuan untuk memajukan kesatuan bangsa dan memiliki makna yang dalam,” ujarnya.
Namun tambahnya, jika kita melihat situasi saat ini sangat berbanding terbalik dengan konteks yang ada.
“Kita terjebak dalam suatu zaman dimana nasionalisme yang merupakan ajaran untuk menghargai dan mencintai bangsa sendiri, ibaratnya hanya sebatas cerita di masa lalu,” kata Tangel yang merupakan Sekertaris Cabang GMNI Tomohon.
Bagi lulusan Teologi UKIT Tomohon ini, semangat persatuan yang dibangun pemuda saat ini hanya berkonteks pada hari raya nasional atau saat kebijakan pemerintah yang dianggap tidak memiliki rasa keadilan menjadi tolak ukur untuk melakukan suatu perubahan yang notabenenya hanya formalitas sesaat.
“Inilah yang menjadi sebuah realita dimana pemuda tidak lagi berjiwa nasionalis dan sekaligus tidak paham akan nasionalisme yang sesungguhnya,” ujarnya.
“Melalui hari peringatan Sumpah Pemuda ini diharapkan kita semua saat ini sadar, tidak terpenjara stigma dan mampu menjawab persoalan yang krusial di tengah masyarakat,” tandas Wakil Direktur Pustaka Keilmuan, Literasi Milenial ini.
(Dedy Dagomes)