Bitung, Beritamanado.com – Dinas Pendidikan Pemkot Bitung menggelar dialog Pencegahan Kekerasan di Lingkungan Sekolah dan di Luar Sekolah, Kamis (21/11/2019).
Dialog itu digelar di Aula SMP Negeri Dua Kota Bitung yang dihadiri Kepala Dinas Pendidikan Pemkot Bitung, Julius Ondang dan sejumlah pihak perwakilan Perangkat Daerah, Polres Bitung, Satpol PP serta perwakilan komite sekolah se-Kota Bitung.
Dalam dialog yang dipandu salah satu Wartawan Senior Kota Bitung, Wilson Wonte itu, sejumlah fakta mengejutkan soal siswa sekolah diungkap Kepala Bidang Trantib Satpol PP Kota Bitung, Vera Kansil.
“Setiap hari kami berkeliling merazia siswa-siswi sekolah yang berkeliaran di jam sekolah dan yang kami temukan sangat memprihatinkan serta harus menjadi perhatian kita bersama,” kata Vera.
Vera menyampaikan, mengkonsumsi Miras, merokok, menghirup lem eha-bond dan ugal-ugalan dijalan hingga seks bebas adalah hal-hal yang beberapa kali mereka dapati saat melakukan razia siswa bolos.
“Mungkin soal ugal-ugalan di jalan menggunakan sepeda motor hal bisa kita lihat sehari-hari tapi seks bebas dan membawa Sajam di kalangan siswa sekolah yang membuat kami betul-betul prihatin dengan anak-anak sekolah kita,” katanya.
Malah menurutnya, pihaknya beberapa kali mendapati siswa dan siswi sementara melakukan praktek tidak senonoh dalam Angkot dan di salah satu lahan pekuburan di Kecamatan Madidir.
“Itu yang kami dapati selama ini saat merazia para siswa bolos dan berharap menjadi perhatian kita bersama,” katanya.
Kasat Binmas Polres Bitung, AKP Inge Marijo saat diberi kesempatan menyampaikan, pelajar jika melakukan tindak pidana akan tetap menjalani hukuman.
“Hanya bedanya anak dibawah umur yang melakukan tindak pidana perlakuannya saja yang berbeda. Anak dibawah umur tetap akan disidang hanya prosesnya yang tertutup karena mereka dilindungi UU Perlindungan Anak,” kata Inge.
Julius sendiri mengatakan kegiatan dialog Pencegahan Kekerasan di Dalam Lingkungan Pendidikan maupun di Luar Lingkungan Pendidikan digelar dalam rangka mengantisipasi semakin maraknya kekerasan yang terjadi baik yang dialami oleh siswa maupun tenaga pendidik.
“Semoga kegiatan ini bisa kita gelar tiga bulan sekali dalam rangka menyatukan persepsi semua stakeholder di dunia pendidikan,” kata Julius.
Salah satu perwakilan Komite Sekolah, Arham Dila Licin meminta agar persoalan kekerasan yang terjadi tidak kemudian membuat saling tuding antara pihak sekolah, orang tua atau pun pemerintah.
“Kita jangan saling tuding dan mencari siapa salah siapa benar. Karena ini tugas kita bersama bagaimana mencari solusi dari persoalan yang semakin butuh penanganan serius dari semua pihak,” kata Arham.
(abinenobm)