Oleh: Bert Toar Polii
TIDAK terasa telah 50 tahun saya berkecimpung di dunia bridge Indonesia tanpa jeda.
Diawali tahun 1971 mulai belajar bridge sejak kelas 3 SMA di kota kecil Tondano dan dilanjutkan di Manado ketika kuliah di Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi.
Ketika awal kuliah, konsentrasi masih fokus pada olahraga catur yang merupakan hobi pertama dan sampai saat ini masih diteruskan.
Saya bermain di chess.com dengan initial harum dan saat ini punya elo 1946.
Kebetulan kedua hobi ini bisa dilakukan secara daring.
Tapi ketika ikut seleksi catur Sulut di Manado hanya berakhir peringkat 10 maka pilihan mulai beralih ke olahraga bridge.
Dasarnya karena olahraga bridge saat itu didominasi atlet berdarah kawanua sehingga bisa belajar dan berlatih dengan mereka.
Saking getolnya bermain bridge kuliah di Fakultas Teknik Unsrat terbengkalai, hanya berlangsung 3 tahun lebih.
Klub awal saya adalah Wanea Aces Bridge Club asuhan Alm. Eddy Kumontoy.
Tahun 1974 terpilih pertama kali mewakili Gabungan Bridge Manado (Gabmo) di Kejurnas Bridge Magelang.
Selanjutnya hampir tidak ada Kejurnas Bridge yang tidak saya ikuti yang diselenggarakan setiap tahun.
Tahun berikutnya juga terpilih ke Kejurnas Bridge Banjarmasin.
Pada waktu itu persaingan untuk meraih juara antar gabungan hanya antara Manado dan Jakarta Pusat.
Tahun 1976 pertama kali menjadi juara nasional Patkawan Terbuka di Kejurnas Bridge Jogjakarta.
Karena juara maka terpilih mewakili Indonesia di Kejuaraan Dunia Montecarlo berpasangan dengan Wolter Dirk Karamoy.
Inilah kali pertama saya bertanding mewakili Indonesia di luar negeri dan sempat gemetaran ketika berhadapan dengan pasangan legendaris Belladona/Garozzo dari Italia.
Tahun 1977 saya hijrah ke Jakarta dipindahkan dari Jiwasraya cabang Manado ke Kantor Pusat di Jln. Juanda.
Sebenarnya tidak ada keinginan pindah, tapi atas perintah dari Dirut yang begitu mencintai olahraga saya harus pindah.
Sempat menjadi kepala seksi atau operator di Biro Pengolahan Data yang menangani komputer dari BBM yang waktu itu besarnya tidak ketulungan.
Sebenarnya bisa langsung Wakabag atau menjadi programmer.
Tapi karena ketika ikut kursus di IBM yang hanya dua minggu, 4 hari lari ke Semarang mengikuti Turnamen Bridge Djarum Cup yang sangat terkenal, hasil akhirnya hanya nomor 4 dengan perbedaan angka yang sangat tipis.
Peringkat 1-3 langsung jadi programmer atau Wakabag sedangkan peringkat 4-6 jadi operator atau kepala seksi.
Besar komputer waktu itu, sangat berbeda dengan saat ini.
Selanjutnya karena begitu keranjingan olahraga bridge akhirnya malah menjadi full-time di olahraga ini.
Berkecimpung sebagai pemain, pelatih, kapten tidak bermain, jurnalis dan sering jadi official sekaligus pengurus.
Sayangnya tidak mampu mencapai prestasi puncak karena pada saat yang bersamaan, Indonesia punya nama-nama besar, Manoppo bersaudara, Lasut/Agouw, Ferdy Waluyan/Denny Sakul , Yassin Wijaya/Munawar Sawirudin dll.
Prestasi terbaik justru diraih dari nomor pasangan.
Juara pasangan Asia Pacific tahun 1978 dengan pemain Philippina, George Soo kemudian juara II dengan Denny Sacul di Bangkok dan juara III dengan Roy Tirtadji di Hongkong.
Juara Kejuaraan Pasangan Antar Wartawan Bridge di Maastricht, Belanda dengan Ananta Widjaya.
Juara Pesta Sukan Singapura dengan Amiruddin Jusuf, juara pasangan Gold Coast Congress dengan Giovani Watulingas, juara pasangan Asean Bridge Club Championships dengan Alm. Memed Hendrawan, juara tanpa mahkota dengan Alm. Alexander Sondakh di Philippina kemudian juara III dengan Tanudjan Sugiarto di Kualalumpur.
Juara pasangan Selangor Congress dengan Tanudjan Sugiarto, juara pasangan consolation di Yeh Bros Yokohama bersama Munawar Sawirudin.
Selanjutnya meraih medali perunggu di Test Event Asian Games 2018 baru-baru ini di The Margo Hotel, Jakarta dengan Santoso Sie.
Terakhir menjadi juara pasangan salah satu pertandingan pasangan di Summer NABC Atlanta pada bulan Juli 2018 yang lalu berpasangan dengan Bambang Hartono.
Satu-satunya juara yang diraih dari nomor pasangan pada event ini.
Selain itu ada prestasi di nomor pasangan campuran berpasangan dengan istri Tracy Polii menjadi juara nasional Kejurnas Bridge 2012 di Jakarta.
Kemudian tahun 2020 keluar sebagai juara Mixed Team mewakili Sulawesi Utara di Kejurnas Bridge Online.
Terakhir peringkat IV Yeh Bros Mixed Team di BBO pertengahan bulan ini yang dilangsungkan secara online.
Sebagai NPC (Non Playing Captain) pernah meraih medali perak Venice Cup 2011 di Veldhoven Belanda bersama tim putri.
Karier justru mengkilap ketika menjadi pemain senior.
Tahun 2012 menjelang usia 60 tahun, saya dan Alm. Memed Hendrawan diajak bergabung dengan Timnas Senior di Djarum Bridge Club.
Tidak lama sesudahnya kami keluar sebagai juara nasional nomor Open Team di Kejurnas Bridge 2013 di Pontianak.
Selanjutnya meraih medali perak di APBF Hongkong pada tahun yang sama dan diteruskan dengan meraih peringkat 5-8 dunia di Bali.
Tahun 2014, Memed Hendrawan mengundurkan diri dan saya berpasangan dengan Tanudjan Sugiarto.
Kami menjadi juara Piala Asia di Wuyi, China.
Ini menjadi momen spesial karena untuk pertama kali bisa menaikan bendera merah putih dan mengumandangkan lagu nasional Indonesia Raya saat pengalungan medali.
Selanjutnya meraih peringkat 5-8 di Kejuaraan Dunia 2014 Sanya, China.
Tahun 2015 kembali saya harus berganti pasangan, kali ini dengan Denny Sakul dan kami juara Asia Pacific 2015 di Bangkok sekaligus meraih medali perak nomor pasangan.
Sayang sekali kami kurang berhasil di Kejuaraan Dunia di India.
Tahun 2016 saya kembali berpasangan dengan Tanudjan Sugiarto dan pada tahun ini kami tidak berprestasi di Beijing.
Tahun 2017 saya kembali berganti pasangan dengan M Bambang Hartono karena pasangan tetapnya Munawar Sawirudin sedang berhalangan.
Saya dengan M Bambang Hartono keluar sebagai juara II di Hongkong dan meraih medali emas Test Event Asian Games 2018 di nomor Super Mixed baru-baru ini di The Margo Hotel, Depok.
Terakhir mendapat medali perunggu di nomor super mixed Asian Games 2018.
Tahun 2019 kembali berpasangan dengan Tanudjan Sugiarto di APBF Singapura dan meraih medali perak.
Sayang sekali kami kurang berprestasi di World Team Championship di Wuhan.
Sejak dari Wuhan September 2019 sesudah terjadi pandemic covid-19 tidak ada lagi turnamen bridge offline.
Saya aktif berlatih secara daring di Bridge Base Online atau BBO dengan nick Bert_Polii.
Kegiatannya selain berlatih rutin dengan Djarum Bridge Club setiap hari kecuali hari Senin.
Ikut beberapa kejuaraan online serta challenge yang diselenggarakan oleh World Bridge Federation, Rumania Bridge Federation dan Gabsi serta beberapa komunitas bridge di Indonesia, seperti Banten Bridge Online, Batamang Bridge Sulut, Sumbagut Bridge Komunitas dan lain-lain.
Berkat prestasi di atas, saya telah meraih gelar Grand Master Asia Pacific.
World Master World Bridge Federation dan Senior International Master World Bridge Federation.
Sebagai pengurus, saya telah menjadi anggota Pengurus Besar GABSI sejak tahun 1992 ketika masih Alm. Amran Zamzami dan berlanjut sampai sekarang.
Berarti saya sudah menjadi pengurus dengan beberapa Ketum PB Gabsi, mulai dari Alm. Amran Zamzami, disusul dua periode Wiranto kemudian ibu Miranda Goeltom, Wimpy S Tjetjep, Dahlan Iskan, Eka Wahyu Kasih dan sekarang kembali ibu Miranda Goeltom.
Sebagai jurnalis saya sempat menjadi Pemimpin Redaksi Majalah Bridge Indonesia, mengasuh kolom bridge di Media Indonesia Minggu selama kurang lebih 5 tahun pada tahun 2005-2010.
Pernah menulis di Kompas dan Bisnis Indonesia pada waktu yang lalu.
Menjadi editor dari sebagian besar buletin harian baik kejurnas maupun event-event besar di Indonesia.
Saya juga adalah anggota SIWO PWI dan International Bridge Press Association.
Selama ini saya telah menerima berbagai penghargaan dari KONI, Menpora pada tahun 2017 sebagai atlet legenda dan yang terakhir pada tahun 2020 yang paling berkesan Satyalancana Dharma Olahraga dari Presiden Jokowi.
Selain itu pada tahun 2018 mendapat Minahasa Award sebagai Tuama Leos, Keter wo Nga’asan saat Ghumenang 128 Teun Kinatouan Ni Pahlawan Nasional Dr. GSSJ Ratulangi.
(***)