Oleh: Bert Toar Polii
Hari ini Indonesia berpesta merayakan kemenangan atas China langsung 3-0 dan berhak membawa pulang Piala Thomas yang sudah 19 tahun lepas dari Indonesia.
Sebelumnya banyak yang was-was apakah Indonesia mampu membawa Kembali Piala Thomas?
Namun buat tukang bridge justru ketika Indonesia mampu mempecundangi Denmark di semi final maka Piala Thomas sudah semakin dekat.
Alasannya sederhana, pemain Indonesia peringkatnya jauh diatas pemain China yang tidak turun dengan kekuatan penuh.
Indonesia yang di seeded di peringkat pertama jelas menunjukan kualitas para pemain anggota tim Piala Thoms Indonesia.
Oleh sebab itu, kemarin tukang bridge menulis : “Menurut tukang bridge, Indonesia akan lebih mudah mengalahkan China asalkan para pemain bisa tampil seperti semalam melawan Denmark. Tidak tertutup kemungkinan skor bisa berakhir 3-0 buat Indonesia,”.
Namun tukang bridge sempat dibuat terkejut dengan line-up pemain yang diumumkan akan berhadapan dengan China.
Di tunggal tidak ada perubahan tapi di ganda ternyata dua ganda terbaik dunia kita tidak siap main.
Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan (2) memang dari awal hanya sekali diturunkan melawan Aljazair demikian juga dengan ganda muda Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin (42).
Malah Ahsan sempat diduetkan dengan Marthin.
Selain itu Marcus Fernaldi Gideon sudah sangat kecapean terkuras saat melawan Denmark apalagi usianya sudah menginjak 30 tahun.
Untung saja Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto (7) sangat siap untuk ditugaskan menjadi ganda pertama.
Sekarang tinggal memilih siapa yang akan turun menjadi ganda kedua.
Menurut pelatih Herry IP ada 3 pilihan saat itu, yaitu Ahsan Kembali berduet dengan Marthin atau menurunkan ganda muda Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin (42).
Sepertinya pilihan kedua terlalu riskan menurunkan pemain kurang pengalaman di babak final.
Akhirnya ketika Kevin Sanjaya Sukamuljo menyatakan siap main, ia disuruh memilih pasangannya dan dia memilih Marthin.
Suatu kombinasi yang apik karena ada tukang gebuk Marthin dan pengatur strategi Kevin.
Ternyata kepercayaan yang diberikan kepada Fajrin dibayar tuntas dengan menang straight set membuat skor menjadi 2-0 karena sebelumnya Ginting sudah meraih 1 angka.
Jonathan Christie kemudian melengkapi sehingga ganda kedua dan single ketiga tidak perlu bertanding lagi.
Bagi Indonesia, gelar ini sekaligus mengakhiri puasa 19 tahun di ajang Piala Thomas.
Terakhir kali Indonesia memenanginya pada 2002 saat mengalahkan Malaysia 3-2 di final.
Indonesia masih jadi negara dengan gelar Piala Thomas terbanyak, yakni 14, menggungguli China dengan 10 gelar.
Gelar ini terasa spesial untuk kapten Tim Thomas Indonesia Hendra Setiawan (37) yang sudah memainkan 27 partai dari delapan edisi Piala Thomas yang telah dia ikuti sejak 2006.
Tukang bridge rasa rekor ini akan bertahan lama dan sangat sulit dipecahkan.
Sayangnya pestai ni tidak lengkap karena Indonesia mendapat sanksi dari WADA.
WADA menjatuhkan sanksi kepada Indonesia lantaran dianggap tidak mematuhi syarat dan prosedur antidoping.
WADA merupakan badan yang mengawasi penggunaan obat-obatan atau doping pada atlet-atlet di tiap negara.
Untuk itu Ketua KOI, Raja Sapta Oktoha meminta Lembaga Anti-Doping Indonesia (LADI) segera menyelesaikan tanggung jawabnya kepada Badan Anti-Doping Dunia (WADA).
Sebab, dampak sanksi atas LADI yang berlaku saat ini dinilai sangat merugikan Merah Putih.
Namun ada hal yang harus segera di antisipasi agar Indonesia mampu mempertahankan Piala Thomas.
Menurut tukang bridge strategi China untuk menurunkan pemain lapis kedua ini untuk strategi jangka Panjang.
China yang sangat ahli strategi telah melihat siapapun yang diturunkan saat ini akan sulit bersaing dengan kekuatan Indonesia.
Peremajaan harus terus dilakukan dan mengirimkan mereka ke turnamen besar untuk mencari pengalaman.
(AnggawiryaMega)