• Home
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Info IKLAN
BeritaManado.com: Berita Terkini Manado, Sulawesi Utara
  • Home
  • Berita Utama
  • Politik dan Pemerintahan
  • Kota Manado
  • Kota Bitung
  • Kota Tomohon
  • Minahasa
  • Minsel
  • Minut
  • Mitra
  • Agama dan Pendidikan
  • Bisnis dan Ekonomi
  • COVID19
  • Sangihe, Talaud, Sitaro
  • Bolmong Raya
  • Kota Kotamobagu
  • Boltim
  • Ragam
  • Berita Terpopuler
  • Indeks Berita
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita Utama
  • Politik dan Pemerintahan
  • Kota Manado
  • Kota Bitung
  • Kota Tomohon
  • Minahasa
  • Minsel
  • Minut
  • Mitra
  • Agama dan Pendidikan
  • Bisnis dan Ekonomi
  • COVID19
  • Sangihe, Talaud, Sitaro
  • Bolmong Raya
  • Kota Kotamobagu
  • Boltim
  • Ragam
  • Berita Terpopuler
  • Indeks Berita
No Result
View All Result
BeritaManado.com: Berita Terkini Manado, Sulawesi Utara
No Result
View All Result
Home More

Refleksi 200 Tahun Minawanua

by rds
Senin, 18 Mei 2009
in More
  • Facebook
  • Twitter
  • WhatsApp
  • 0share
  • 0share

Ditulis kembali oleh Christy Manarisip

AGUSTUS 1809, Kapten Weintre menulis laporan kepada Residen Balfour di Manado: “5-7 Agustus 1809…Temanku Balfour, Tondano telah mengalami nasibnya yang naas pada tengah malam. Seluruh Tondano telah menjadi lautan api. Aku harapkan tidak ada sisa lagi dari Tondano ini. Mereka yang tidak sempat menyingkir itu terdiri dari orang tua yang sakit, wanita dan anak-anak. Mereka yang selamat dari amukan api, dihabiskan nyawanya oleh anggota-anggota pasukanku….yang penuh dengki dan haus darah, ingin membalas kematian rekan-rekannya yang tewas dalam pertempuran sebelumnya karena muntahan peluru orang-orang Tondano.

Saat menulis laporan ini, Tondano sudah menjadi tumpukan debu dan sama sekali hancur. Sehari setelah kemenangan kami, aku memerintahkan distrik-distrik (pakasaan-pakasaan)  lain di Minahasa untuk membawa masing-masing 200 orang agar dapat membantu menhancurkan apa yang masih tersisa dan belum ditelan api, seperti kanon-kanon, tiang-tiang palisade  yang terpancang di sekeliling kubu pertahanan mereka. Segala sesuatu, termasuk pepohonan, waruga-waruga aku suruh hancurkan agar kelak tidak akan kelihatan bekas  bahwa ditempat ini pernah ada pemukiman orang-orang Tondano.

Alasanku melibatkan pakasaan-pakasaan  dalam penghancuran sisa-sisa perkampungan orang Tondano ini, adalah untuk memperingatkan mereka di Minahasa akan nasin yang akan mereka alami bila berani menentang kekuasaan pemerintah Hindia Belanda. Senjata-senjata yang dapat disita masih kurang banyak. Dan aku duga orang-orang Tondano telah menengelamkannya di danau. Selanjutnya aku akan mengejar  pemimpin-pemimpin mereka yang sempat mengundurkan diri kehutan-hutan di sekitar Kapataran….”. Balfour kemudian meneruskan laporan tersebut kepada atasannya Gezaghebber de Moluccas Rudolf Coop a Groen di Ternate: “ 9 Agustus 1809 … Orang-orang Tondano yang congkak dan angkuh itu akhirnya dapat kita taklukkan. Pada malam  tanggal 4 menjelang 5
Agustus 1809, kira-kira tengah malam, dimulailah serangan yang telah lama disiapkan pe arah pusat pertahanan orang-orang Tondano. Penyerangan dipimpin Kapten Weintre dengan pasukannya.

BERITA TERKAIT:

Forum Peduli Remaja Minahasa Bantu Korban Banjir Manado

Disangka Penculik Anak ,Ternyata ODGJ

Setelah pasukan penyerang berhasil memasuki perkampungan orang Tondano, mereka mulai membakar rumah-rumah, dan segala sesuatu yang mereka temukan. Api yang menyala itu dipantulkan air danau, dan dapat dilihat dari jauh dari atas tembok-tembok di Fort Amsterdam. (dikutip dari Eddy Mambu, SH, kutipan dari Bundel Ternate No. 116 Arsip Nasional dalam makalah “Pantang Mundur, Perang Tondano 1808-1809”, YKM Jakarta, 1986

Laporan Weintre, alumnus Akademi Militer Breda negeri Belanda tersebut bukan puisi, imajinasi atau ilusi. Laporan Weintre adalah laporan resmi militer dari pihak musuh Minahasa. Yakni tentang bagaimana Minawanua-pemukiman orang-orang Tondano tempo dulu yang dikelililingi benteng-benteng (moraya) di atas delta yang menyumbat air danau menuju hulu sungai Temberan-dijadikan ladang pembantaian  (killing fields) rakyat Minahasa oleh Belanda. Pembantain yang menjadi klimaks sekaligus mengakhiri perang Tondano (1808-1809). Tragedi yang hanya mungkin dialami oleh suatu komunitas yang memilik tradisi pantang menyerah. Tradisi melawan dan musnah ketimbang tunduk kepada musuh. Treadisi yang oleh Belanda dianggap congkak dan angkuh, tapi bagi zaman kita adalah tradisi jiwa dan semangat kepahlawanan yang setiap 10 November diperingati sebagai hari pahlawan. Seandainya saja Minahasa saat itu tak lebih dari sekumpulan pengecut dan pecundang, niscaya tidak akan ada  pengorbanan dan klimaks pembantaian sebagaimana dilaporkan Kapten Weintre. (tulisan ini dikutip dari “Mengabadikan Pahlawan Tou Minahasa di Tanah Toar Lumimuut” ditulis oleh Willy H. Rawung, ketua Pengarah Kongres Kebudayaan Minahasa 2009.

Berita Terpopuler

  • Warga Sulut Lebih Mudah ke Jepang, Biaya Murah, Penerbangan Langsung
  • Olly Dondokambey Perluas Konektifitas Internasional, Penerbangan Penumpang Manado-Jepang Mulai Maret 2023
  • AKSI Dukung Penerbangan Langsung Manado-Jepang, Momentum Angkat Budaya Daerah
  • Siapkan Penerbangan Langsung Manado-Jepang, Olly Dondokambey Minta Agen Travel dan Guide Bersiap
  • Lama Tak Terdengar Kabar, Sompie Singal Rupanya Tetap Lakukan Aktifitas Ini, Tuai Pujian Masyarakat
  • Peduli Korban Banjir, KGPM Sentrum Kawangkoan Salurkan Bantuan
  • Ke Puncak Lose, Steven Kandouw Rasakan Lezatnya Hatarua Pizza
  • Kapolresta Manado: ‘Finance Jangan Gunakan Preman saat Tarik Kendaraan’
  • Olly Dondokambey Lantik Panitia Pertemuan Raya dan Konas XVI FK-PKB PGI, Steven Kandouw Ketua Umum




Berita Terbaru

  • Maurits Mantiri – Hengky Honandar Gandeng Kejaksaan “Cari” Aset Pemkot Bitung
    Minggu, 5 Februari 2023
  • Raski Mokodompit Sebut Generasi Z dan Milenial Ujung Tombak Kemenangan GOLKAR Sulut
    Minggu, 5 Februari 2023
  • Beraksi Curi Motor di RS Prof Kandou, Sepak Terjang Pemuda Kamangta Berakhir di Polsek Malalayang
    Minggu, 5 Februari 2023
  • Siap-siap, Tim BPK Mulai Telisik LKPD 2022 Maurits Mantiri – Hengky Hongky
    Minggu, 5 Februari 2023
  • Para Abdi Negara Disarankan Contohi Loyalitas Olly Dondokambey dan Steven Kandouw
    Minggu, 5 Februari 2023
  • Resmi Dilantik, DPC PMKRI Tomohon Diharapkan Terus Berkarya dan Gali Potensi
    Minggu, 5 Februari 2023
  • IHSA Dukung ATF 2023 Yogyakarta
    Minggu, 5 Februari 2023
  • Meriahnya Perayaan Cap Go Meh di Kota Manado
    Minggu, 5 Februari 2023
  • Panitia Pertemuan Raya dan Konas XVI FK-PKB PGI 2023, Ini Kata Penatua Stefen Supit
    Minggu, 5 Februari 2023




  • Facebook
  • Twitter
  • WhatsApp
  • 0share
Tags: minahasasejarahtondanotou
Please login to join discussion

Kategori

Ads

  • Home
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Info IKLAN
  • Home
  • Berita Utama
  • Politik dan Pemerintahan
  • Kota Manado
  • Kota Bitung
  • Kota Tomohon
  • Minahasa
  • Minsel
  • Minut
  • Mitra
  • Agama dan Pendidikan
  • Bisnis dan Ekonomi
  • COVID19
  • Sangihe, Talaud, Sitaro
  • Bolmong Raya
  • Kota Kotamobagu
  • Boltim
  • Ragam
  • Berita Terpopuler
  • Indeks Berita

© 2008-2022 PT. Berita Manado Communication. All rights reserved.

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita Utama
  • Politik dan Pemerintahan
  • Kota Manado
  • Kota Bitung
  • Kota Tomohon
  • Minahasa
  • Minsel
  • Minut
  • Mitra
  • Agama dan Pendidikan
  • Bisnis dan Ekonomi
  • COVID19
  • Sangihe, Talaud, Sitaro
  • Bolmong Raya
  • Kota Kotamobagu
  • Boltim
  • Ragam
  • Berita Terpopuler
  • Indeks Berita

© 2008-2022 PT. Berita Manado Communication. All rights reserved.