Ratahan – Direktur Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Ratatotok, Minahasa Tenggara (Mitra), Dr Vally Ratulangi tak menapik adanya keluhan bahwa sering terjadi kekosongan obat-obatan di rumah sakit yang dipimpinnya itu.
“Memang pernah terjadi kekosongan obat-obatan, hanya saja kami (rumah sakit, red) tidak tinggal diam. Ada tindakan tertentu yang dilakukan berdasarkan standar dan prosedur pelayanan yang berlaku di rumah sakit,” jelas Ratulangi kepada BeritaManado.com, baru-baru ini.
Pihaknya sendiri dikatakan Ratulangi, terus berusaha untuk meningkatkan sistem pelayanan yang ada. Akan tetapi memang berkaitan dengan stok obat-obatan yang sering kosong, itu terjadi secara nasional bukan hanya di RSUP Ratatotok.
“Oleh pemerintah pusat pengadaan obat harus melalui proses ekatalok. Ini dimaksud agar ketersedian obat lebih bagus. Hanya saja perusahaan penyedia obat belum mampu memenuhi tingginya permintaan secara nasional. Inilah yang menyebabkan terjadinya kekosongan,” paparnya.
Pihak rumah sakit sendiri lanjut Ratulangi, tidak bisa sembarang untuk membeli obat diperusahaan lain ataupun apotek. Itu bisa saja namun harus mengacu pada peraturan dan prosedur yang berlaku. “Satu dua hari saya pastikan sudah ada. Dan diharpkan kondisi ini bisa dipahami oleh masyarakt lebih khusus pasien,” tukas Ratulangi. (rulandsandag)
Ratahan – Direktur Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Ratatotok, Minahasa Tenggara (Mitra), Dr Vally Ratulangi tak menapik adanya keluhan bahwa sering terjadi kekosongan obat-obatan di rumah sakit yang dipimpinnya itu.
“Memang pernah terjadi kekosongan obat-obatan, hanya saja kami (rumah sakit, red) tidak tinggal diam. Ada tindakan tertentu yang dilakukan berdasarkan standar dan prosedur pelayanan yang berlaku di rumah sakit,” jelas Ratulangi kepada BeritaManado.com, baru-baru ini.
Pihaknya sendiri dikatakan Ratulangi, terus berusaha untuk meningkatkan sistem pelayanan yang ada. Akan tetapi memang berkaitan dengan stok obat-obatan yang sering kosong, itu terjadi secara nasional bukan hanya di RSUP Ratatotok.
“Oleh pemerintah pusat pengadaan obat harus melalui proses ekatalok. Ini dimaksud agar ketersedian obat lebih bagus. Hanya saja perusahaan penyedia obat belum mampu memenuhi tingginya permintaan secara nasional. Inilah yang menyebabkan terjadinya kekosongan,” paparnya.
Pihak rumah sakit sendiri lanjut Ratulangi, tidak bisa sembarang untuk membeli obat diperusahaan lain ataupun apotek. Itu bisa saja namun harus mengacu pada peraturan dan prosedur yang berlaku. “Satu dua hari saya pastikan sudah ada. Dan diharpkan kondisi ini bisa dipahami oleh masyarakt lebih khusus pasien,” tukas Ratulangi. (rulandsandag)