
BeritaManado.com — Dia rendah hati dan bersahaja.
Ramah, suka bercanda adalah ciri khas sosok hebat ini.
Semua yang mengenal, menyebutnya humble dan suka menyapa.
Adalah Kapolres Minahasa Utara (Minut), AKBP Dandung Putut Wibowo, SIK, SH, MH.
Sosok humanis yang hampir dua tahun sukses menjadi pimpinan teladan jajaran kepolisian di Tanah Tonsea.
Dibalik figur yang perhatian dengan anak buah, Dandung Wibowo punya cerita menarik sebelum berseragam Polri.
Singkat cerita, setelah lulus SMA, Dandung sebenarnya tak pernah terpikirkan menjadi polisi.
Ia kerja serabutan, celingak-celinguk, termasuk menjadi seorang tambal ban.
Namun kebaikan Tuhan begitu nyata dalam hidupnya.
Seperti air mengalir, ia pun mengiyakan dorongan sang ibu tercinta mendaftar menjadi anggota Polri.
Karir itu dimulai dari jejang Tamtama dan ia lulus.
Dandung kembali lagi mencoba di jalur Bintara dan berhasil.
Cita-cita menjadi seorang perwira kemudian menjadi impian Dandung.
Bukan untuk gagah-gagahan, tetapi murni untuk melayani masyarakat.
Tahun 2000 menjadi kisah hebat bagi Dandung.
Meski sadar tak mudah bisa lulus di Akademi Kepolisian (Akpol), tekadnya sudah bulat.
Ia bergumul dan berdoa pada Tuhan, memohon izin untuk perkenanan niatnya itu.
Dandung teringat betul di sesi Pantukhir, hanya tinggal dirinya dari perwakilan Bintara Polda Jawa Tengah (Jateng).
Sebelumnya ada empat, itupun melalui proses seleksi dari ratusan calon.
Tiga rekan Dandung tidak lolos.
Tersisa dirinya, Dandung kemudian berdoa sesaat sebelum pengumuman.
Di atas sajadah umat Muslim, Dandung berlutut dan berdoa.
“Waktu itu di lapangan, disediakan sajadah untuk calon taruna sujud dan berdoa. Saya juga izin berdoa di atas sajadah itu,” kenangnya.
Dandung tidak meminta pada Tuhan untuk diluluskan.
Ia hanya memohon agar kiranya tekadnya itu berbau harum di hadapan Tuhan.
“Saya bilang, Tuhan jika ini berkenan di hadapanMu hamba siap. Tapi apapun keputusan dariMu pasti adalah yang terbaik bagi hamba,” ucap Dandung mengingat momen itu.
Puji Tuhan, Dandung lolos menjadi Taruna Akpol.
Ia berhasil membawa mutiara dari dasar lautan, dan mengangkat derajat orang tua.
Dandung merasakan betul kasih Tuhan pada dirinya.
Karena bagi Dandung, siapalah dirinya.
Saingannya waktu itu kebanyakan dari kalangan elit.
Dandung tak berhenti bersyukur.
Terlebih saat bertemu dengan sang pujaan hati yang merupakan hamba Tuhan.
Ia merasa hidup makin berimbang.
Dirinya penegak hukum, di sisi lain ada istri sebagai gembala Tuhan yang konsisten melayani di bidang gerejawi.
Bagi Dandung, di kepolisian adalah kesempatan untuk melayani Tuhan juga.
Ia selalu bertugas dengan penuh kegembiraan.
Mengayomi masyarakat untuk selalu menjaga kamtibmas.
Di Minut, Dandung bahagia bisa mengenal kultur masyarakat yang ramah dan kuat dengan budaya mapalusnya.
Dandung di setiap kesempatan, selalu datang bersama istri Anastasia Dandung, menjalankan dua fungsi yang berbeda, namun punya tujuan sama.
“Saya datang ke gereja mana saja. Karena sebagai kapolres juga harus terus berbaur. Kadang ikut memberitakan firman Tuhan bersama istri,” katanya.
Anastasia, menjadi sosok penting dalam karir dan kehidupan Dandung.
Bersama pasangan hidupnya itu, Dandung punya komitmen terus menjadi orang baik, dan tetap mengandalkan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat.
Kepada BeritaManado, Dandung juga berbagi aktifitasnya setelah bertugas.
Waktu berkumpul dengan keluarga selalu dimanfaatkan dengan baik.
Ayah dari Ananda, Adinda serta Aninda ini, selalu mengisi waktu libur dengan hal-hal hebat.
Bahkan terkadang melakukan aksi sosial ke panti asuhan.
“Saat bekerja kami melayani. Kalau libur juga tetap melayani. Saya sebagai polisi harus melakukan pendekatan ke masyarakat. Kita harus jadi panutan yang baik dan mengedukasi publik agar tidak melakukan perbuatan negatif,” terangnya.
Kritik dan hinaan, bagi Dandung adalah lumrah.
Itulah tantangan saat bertugas menjadi abdi negara.
Segala kesulitan dan kesukaran, menjadi dinamika yang tak bisa dihindari.
“Kita punya Tuhan. Dan doa adalah cara jitu yang selalu saya lakukan,” katanya.
Dandung bahagia bertugas di Sulut dan kini ditempatkan di bumi klabat.
Ia percaya itu sudah kehendak Tuhan.
“Puji Tuhan di Sulut sangat betah. Meskipun punya kerinduan kelak bisa pulang kampung ke Jateng,” tuturnya sembari tertawa.
Kepala Seksi Umum (Kasium) Polres Minut, Yusak Barahama, mengakui Dandung adalah tipikal pemimpin berbeda.
Yusak merupakan satu diantara bawahan yang dekat dengan Dandung.
Yusak bilang, ibarat martabak, Kapolres Dandung adalah martabak spesial.
Bagi Yusak, Dandung tak sekadar pimpinan tapi orang tua, sekalipun umur Dandung jauh lebih muda darinya.
Bak keluarga, terkadang tidak ada batasan antara kapolres dan anak buah.
“Bapak selalu mengayomi. Begitu peduli dengan kami,” kata Yusak.
Dandung juga dikenal sebagai kapolres yang suka hadir memenuhi undangan anak buah.
“Kalau bapak tidak sibuk, undangan kami pasti dipenuhi. Jadinya sudah seperti keluarga,” bebernya.
Hebatnya lagi, Dandung selalu menempatkan dirinya setara dengan semua anggota.
Bahkan, saat keluar makan selalu bungkuskan untuk anak buah di kantor.
Yusak menilai, Kapolres Dandung merupakan suami yang mencintai keluarganya, makanya selalu diberkati.
Yusak banyak belajar dari Kapolres Dandung, bahwa hidup harus terus dalam kasih Tuhan, dan jangan pernah menyia-nyiakan kasih Tuhan itu.
“Sukses terus komandan. Semoga dengan perkenanan Tuhan, kelak bisa menjadi jenderal,” tandasnya.
(Alfrits Semen)