Jakarta, BeritaManado.com – PT PLN (Persero) terus mendorong lingkungan kerja yang dinamis melalui pendekatan keanekaragaman, kesetaraan, dan inklusi atau diversity, equity, and inclusion (DEI) untuk menyongsong transisi energi di Indonesia.
Hal itu diungkapkan oleh Direktur Keuangan PLN Sinthya Roesly pada sesi diskusi the 4th Indonesia Human Capital Summit 2023 yang diselenggarakan FHCI dengan tema Nurturing a Culture of Diversity-Equity-Inclussionand Long Term Empowerment di Hotel Ritz Carlton, Pacific Place Jakarta, Selasa (7/11/2023).
“Untuk memastikan prinsip DEI terimplementasi, diperlukan komitmen manajemen, dukungan kebijakan, pemetaan program inisiatif pendukung termasuk memastikan akuntabilitas organisasi serta cadence monitoring rutin dan sustainability report.
Bahkan kami di PLN sudah melakukan pengembangan secara sistematis untuk perbaikan berkelanjutan,” kata Sinthya.
Sinthya menambahkan bahwa manajemen PLN di bawah kepemimpinan Direktur Utama Darmawan Prasodjo sangat komit terhadap DEI, yang ditandai dengan dukungan dalam bentuk kebijakan di Perusahaan misalnya kebijakan Human Experience Management System, Pengarusutamaan Gender, ketersediaan infrastruktur, rekrutmen pegawai khusus disabilitas serta program afirmasi Papua, Maluku dan Nusa Tenggara.
“Saat ini PLN Corporate University tengah menyiapkan Gender Academy yang akan dirilis dalam waktu dekat, serta disusul dengan Sustainability Academy yang akan meng-_address_ aspek DEI,” ungkap Sinthya.
Untuk meningkatkan kapasitas pegawai, PLN melakukan berbagai program capacity building baik in-house melalui PLN Corporate University, bekerja sama dengan berbagai lembaga pendidikan ternama nasional dan internasional serta bekerja sama dengan lembaga internasional/multinasional seperti CAISO, ADB, Word Bank, USAID Sinar, dan lainnya.
Selain itu Sinthya juga menyampaikan, pengimplementasian DEI di perusahaan merupakan salah satu aspek penting dalam Environmental, Social and Governance (ESG).
Saat ini terdapat banyak potensi pendanaan sustainability yang mengacu pada penerapan ESG yang baik.
“DEI adalah poin penting dalam memastikan peningkatkan rating ESG yang sejalan dengan fokus PLN saat ini,” jelas Sinthya.
Agar implementasi DEI terstruktur dan terorganisir, PLN juga memiliki Breakthrough Transformation Program ESG dengan 9 Inisiatif, di mana terdapat inisiatif Improving Gender Equality, Disability & Social Inclusion Mainstreaming Management dan didukung dengan inisiatif Developing ESG Digitalization Support.
Sedangkan untuk akuntabilitas pada masing-masing inisiatif dan progres inisiatif ESG, dilakukan monitoring secara rutin melalui Cash War Room, Sustainability War Room dan Transformation Office Meeting.
“PLN juga telah membentuk divisi baru yang memastikan implementasi keseluruhan aspek ESG yaitu Divisi Transisi Energi dan Keberlanjutan. Selain itu, Manajemen PLN membentuk Tim Gugus Tugas Srikandi PLN yang membantu memberikan masukan kepada Manajemen mengenai implementasi pengarusutamaan gender dan pemberdayaan perempuan di PLN,” tambah Sinthya.
“Selain itu, dilakukan juga pengukuran setiap tahun melalui lembaga rating ESG eksternal sebagai pembanding dan validasi sehingga bisa memberikan input perbaikan bagi Perusahaan,” ungkap Sinthya.
Sementara itu Noormaya Muchlis selaku Sustainability and ESG Consultant USAID Sinar menjelaskan, ada beberapa alat ukur yang bisa dijadikan standar dari keberhasilan pelaksanaan DEI.
Namun menurutnya, semua itu harus menyesuaikan konteks atau implementasi program yang dilakukan masing-masing perusahaan.
”Kalau ukuran yang baku misalnya, berapa jumlah new hire perempuan di dalam tahun berjalan, kemudian ada berapa perempuan yang ditraining di dalam tahun tersebut, atau ada berapa perempuan yang ada di dalam tahun itu. Hal seperti ini sebenarnya adalah mandatory disclose information yang harus dilaporkan oleh perusahaan yang listed atau pun yang mempunyai kewajiban untuk melaporkan kepada finance ataupun investor pasar,” jelas Maya.
Selaras dengan hal ini, dalam beberapa tahun terakhir, PLN telah menerapkan Indikator Kinerja Perusahaan berbasis ESG dan telah menyusun Sustainability Report yang mengacu kepada standar global.
Berikutnya kata Maya adalah perlu dilakukan asesmen secara internal di dalam perusahaan. Salah satunya melalui program yang ada di USAID Sinar.
”Saat ini, Saya juga bekerja sama dengan PLN melalui program USAID Sinar yang di antaranya berfokus pada program training, capacity building dan transisi energi. Kalau kita bicara mengenai transisi energi, itu adalah komponen yang sangat penting di mana peran perempuan ada porsi yang sama dengan laki-laki,” tutup Maya.
(***/Finda Muhtar)
Jakarta, BeritaManado.com – PT PLN (Persero) terus mendorong lingkungan kerja yang dinamis melalui pendekatan keanekaragaman, kesetaraan, dan inklusi atau diversity, equity, and inclusion (DEI) untuk menyongsong transisi energi di Indonesia.
Hal itu diungkapkan oleh Direktur Keuangan PLN Sinthya Roesly pada sesi diskusi the 4th Indonesia Human Capital Summit 2023 yang diselenggarakan FHCI dengan tema Nurturing a Culture of Diversity-Equity-Inclussionand Long Term Empowerment di Hotel Ritz Carlton, Pacific Place Jakarta, Selasa (7/11/2023).
“Untuk memastikan prinsip DEI terimplementasi, diperlukan komitmen manajemen, dukungan kebijakan, pemetaan program inisiatif pendukung termasuk memastikan akuntabilitas organisasi serta cadence monitoring rutin dan sustainability report.
Bahkan kami di PLN sudah melakukan pengembangan secara sistematis untuk perbaikan berkelanjutan,” kata Sinthya.
Sinthya menambahkan bahwa manajemen PLN di bawah kepemimpinan Direktur Utama Darmawan Prasodjo sangat komit terhadap DEI, yang ditandai dengan dukungan dalam bentuk kebijakan di Perusahaan misalnya kebijakan Human Experience Management System, Pengarusutamaan Gender, ketersediaan infrastruktur, rekrutmen pegawai khusus disabilitas serta program afirmasi Papua, Maluku dan Nusa Tenggara.
“Saat ini PLN Corporate University tengah menyiapkan Gender Academy yang akan dirilis dalam waktu dekat, serta disusul dengan Sustainability Academy yang akan meng-_address_ aspek DEI,” ungkap Sinthya.
Untuk meningkatkan kapasitas pegawai, PLN melakukan berbagai program capacity building baik in-house melalui PLN Corporate University, bekerja sama dengan berbagai lembaga pendidikan ternama nasional dan internasional serta bekerja sama dengan lembaga internasional/multinasional seperti CAISO, ADB, Word Bank, USAID Sinar, dan lainnya.
Selain itu Sinthya juga menyampaikan, pengimplementasian DEI di perusahaan merupakan salah satu aspek penting dalam Environmental, Social and Governance (ESG).
Saat ini terdapat banyak potensi pendanaan sustainability yang mengacu pada penerapan ESG yang baik.
“DEI adalah poin penting dalam memastikan peningkatkan rating ESG yang sejalan dengan fokus PLN saat ini,” jelas Sinthya.
Agar implementasi DEI terstruktur dan terorganisir, PLN juga memiliki Breakthrough Transformation Program ESG dengan 9 Inisiatif, di mana terdapat inisiatif Improving Gender Equality, Disability & Social Inclusion Mainstreaming Management dan didukung dengan inisiatif Developing ESG Digitalization Support.
Sedangkan untuk akuntabilitas pada masing-masing inisiatif dan progres inisiatif ESG, dilakukan monitoring secara rutin melalui Cash War Room, Sustainability War Room dan Transformation Office Meeting.
“PLN juga telah membentuk divisi baru yang memastikan implementasi keseluruhan aspek ESG yaitu Divisi Transisi Energi dan Keberlanjutan. Selain itu, Manajemen PLN membentuk Tim Gugus Tugas Srikandi PLN yang membantu memberikan masukan kepada Manajemen mengenai implementasi pengarusutamaan gender dan pemberdayaan perempuan di PLN,” tambah Sinthya.
“Selain itu, dilakukan juga pengukuran setiap tahun melalui lembaga rating ESG eksternal sebagai pembanding dan validasi sehingga bisa memberikan input perbaikan bagi Perusahaan,” ungkap Sinthya.
Sementara itu Noormaya Muchlis selaku Sustainability and ESG Consultant USAID Sinar menjelaskan, ada beberapa alat ukur yang bisa dijadikan standar dari keberhasilan pelaksanaan DEI.
Namun menurutnya, semua itu harus menyesuaikan konteks atau implementasi program yang dilakukan masing-masing perusahaan.
”Kalau ukuran yang baku misalnya, berapa jumlah new hire perempuan di dalam tahun berjalan, kemudian ada berapa perempuan yang ditraining di dalam tahun tersebut, atau ada berapa perempuan yang ada di dalam tahun itu. Hal seperti ini sebenarnya adalah mandatory disclose information yang harus dilaporkan oleh perusahaan yang listed atau pun yang mempunyai kewajiban untuk melaporkan kepada finance ataupun investor pasar,” jelas Maya.
Selaras dengan hal ini, dalam beberapa tahun terakhir, PLN telah menerapkan Indikator Kinerja Perusahaan berbasis ESG dan telah menyusun Sustainability Report yang mengacu kepada standar global.
Berikutnya kata Maya adalah perlu dilakukan asesmen secara internal di dalam perusahaan. Salah satunya melalui program yang ada di USAID Sinar.
”Saat ini, Saya juga bekerja sama dengan PLN melalui program USAID Sinar yang di antaranya berfokus pada program training, capacity building dan transisi energi. Kalau kita bicara mengenai transisi energi, itu adalah komponen yang sangat penting di mana peran perempuan ada porsi yang sama dengan laki-laki,” tutup Maya.
(***/Finda Muhtar)