Anton Miharjo, Konsultan SMRC
Manado – Menanggapi pernyataan salah satu akademisi Unsrat yang juga pengamat politik Sulut yakni Ferry Liando yang menyatakan Partai Demokrat (PD) akan terpuruk jika tidak mengusung Vecky Lumentut sebagai calon Wali Kota Manado, mendapat tanggapan yang berbeda dari Anton Miharjo, konsultan lembaga survey SMRC.
Kepada BeritaManado.com, Anton berpendapat, apa yang disampaikan Liando tersebut pada sebuah media harian, bukan merupakan kajian yang kuat. Dan bertolak belakang dengan metode yang diterapkan partai politik yakni mengacu ke hasil survey yang tidak lain adalah keinginan publik dalam menentukan calon kepala daerah yang akan diusung.
“Hipotesis Ferry itu hanyalah dugaaan saja, basis kajiannya sangat lemah. Justru ketika demokrat mengedankan survey dalam penentuan calon itu kerangka utamanya untuk memperoleh analisis yang komprehensif berbasis keinginan pemilih. Sehingga siapa pun yang dicalonkan itu untuk menjawab keinginan publik,” ungkap Anton.
Ditambahkan pria penggila kopi ini bahwa, ketika PD mengusung calon yang tidak sesuai dengan hasil survey, maka PD dengan sendirinya telah mengabaikan keinginan publik.
“Ketika PD tidak lagi memperhatikan keinginan publik, maka disitulah letak kesalahannya. Nah membaca keinginan publik tentu pakai survey bukan pakai berbasis hipotesis pengamat atau dugaan pengamat. Kalau bola sih bisa di duga-duga, karena bola itu bundar. Tapi kalau pilihan politik bisa dianalisis melalui survey, tentu dengan metode yang ilmiah dan oleh lembaga survey yang kredibel,” tegas Anton. (leriandokambey)
Anton Miharjo, Konsultan SMRC
Manado – Menanggapi pernyataan salah satu akademisi Unsrat yang juga pengamat politik Sulut yakni Ferry Liando yang menyatakan Partai Demokrat (PD) akan terpuruk jika tidak mengusung Vecky Lumentut sebagai calon Wali Kota Manado, mendapat tanggapan yang berbeda dari Anton Miharjo, konsultan lembaga survey SMRC.
Kepada BeritaManado.com, Anton berpendapat, apa yang disampaikan Liando tersebut pada sebuah media harian, bukan merupakan kajian yang kuat. Dan bertolak belakang dengan metode yang diterapkan partai politik yakni mengacu ke hasil survey yang tidak lain adalah keinginan publik dalam menentukan calon kepala daerah yang akan diusung.
“Hipotesis Ferry itu hanyalah dugaaan saja, basis kajiannya sangat lemah. Justru ketika demokrat mengedankan survey dalam penentuan calon itu kerangka utamanya untuk memperoleh analisis yang komprehensif berbasis keinginan pemilih. Sehingga siapa pun yang dicalonkan itu untuk menjawab keinginan publik,” ungkap Anton.
Ditambahkan pria penggila kopi ini bahwa, ketika PD mengusung calon yang tidak sesuai dengan hasil survey, maka PD dengan sendirinya telah mengabaikan keinginan publik.
“Ketika PD tidak lagi memperhatikan keinginan publik, maka disitulah letak kesalahannya. Nah membaca keinginan publik tentu pakai survey bukan pakai berbasis hipotesis pengamat atau dugaan pengamat. Kalau bola sih bisa di duga-duga, karena bola itu bundar. Tapi kalau pilihan politik bisa dianalisis melalui survey, tentu dengan metode yang ilmiah dan oleh lembaga survey yang kredibel,” tegas Anton. (leriandokambey)