Bitung – Jelang penetapan pasangan calon walikota dan wakil walikota Bitung periode 2016-2021 oleh KPU Kota Bitung, beredar kabar jika sejumlah tokoh agama mulai ikut-ikutan menjadi tim sukses sejumlah calon.
Ironinya, dari informasi, ada sejumlah oknum tokoh agama mulai melakukan pengarahkan pilihan pasangan calon kepada jemaat, umat dan jamaahnya agar memilih pasangan calon tertentu. Dan hal itu mendapat tanggapan keras dari tokoh agama jemaat GMIM Getsemani Madidir Wilayah Bitung IX, Penatua John Hamber dan Penatua Nabsar Badoa.
Menurut Hamber mengatakan, tokoh agama manapun hanya menjalankan amanah Tuhan yakni melayani. Dan jika mulai menjadi tim sukses, maka itu adalah hal keliru dan memalukan institusi serta tak layak lagi disebut tokoh agama.
“Tugas tokoh agama bukan hanya menyampaikan Firman Tuhan tetapi melayani semua orang dan mengarahkan pada politik yang demokrasi atau menggunakan hak pilih sebagai warga negara yang baik. Bukan mengarahkan apalagi mengajak untuk memilih calon tertentu,” kata Hamber.
Badoa mengatakan, masyarakat wajib yang memiliki hak pilih berhak menentukan sendiri pilihan pemimpinnya. Bukan diarahkan oleh seorang tokoh yang selama ini dianggap panutan untuk mengajarkan tentang ajaran Tuhan.
“Kalau tetap ingin menjadi tim sukses maka baiknya tokoh agama itu melepas jabatannya dan mundur sebagai tokoh agama,” katanya.(abinenobm)
Bitung – Jelang penetapan pasangan calon walikota dan wakil walikota Bitung periode 2016-2021 oleh KPU Kota Bitung, beredar kabar jika sejumlah tokoh agama mulai ikut-ikutan menjadi tim sukses sejumlah calon.
Ironinya, dari informasi, ada sejumlah oknum tokoh agama mulai melakukan pengarahkan pilihan pasangan calon kepada jemaat, umat dan jamaahnya agar memilih pasangan calon tertentu. Dan hal itu mendapat tanggapan keras dari tokoh agama jemaat GMIM Getsemani Madidir Wilayah Bitung IX, Penatua John Hamber dan Penatua Nabsar Badoa.
Menurut Hamber mengatakan, tokoh agama manapun hanya menjalankan amanah Tuhan yakni melayani. Dan jika mulai menjadi tim sukses, maka itu adalah hal keliru dan memalukan institusi serta tak layak lagi disebut tokoh agama.
“Tugas tokoh agama bukan hanya menyampaikan Firman Tuhan tetapi melayani semua orang dan mengarahkan pada politik yang demokrasi atau menggunakan hak pilih sebagai warga negara yang baik. Bukan mengarahkan apalagi mengajak untuk memilih calon tertentu,” kata Hamber.
Badoa mengatakan, masyarakat wajib yang memiliki hak pilih berhak menentukan sendiri pilihan pemimpinnya. Bukan diarahkan oleh seorang tokoh yang selama ini dianggap panutan untuk mengajarkan tentang ajaran Tuhan.
“Kalau tetap ingin menjadi tim sukses maka baiknya tokoh agama itu melepas jabatannya dan mundur sebagai tokoh agama,” katanya.(abinenobm)