Manado — Pencapaian perekonomian Sulawesi Utara (Sulut) dan tantangan ke depan serta strategi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi pun menjadi materi yang menarik perhatian dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia yang digelar pada Rabu (11/12/2019) di FourPoint by Sheraton Manado.
Dari sisi lapangan usaha, perekonomian Sulut digerakkan oleh lima lapangan usaha utama, yakni: pertanian, perdagangan, konstruksi, transportasi dan industri atau meliputi 65,24%, dari keseluruhan
dengan pangsa terbesar dimiliki oleh Pertanian.
Sementara itu dari sisi pengeluaran, perekonomian Sulawesi Utara digerakan oleh dua komponen utama yaitu konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor atau meliputi hampir 95% dari total ekonomi Sulawesi Utara.
Perekonomian global yang memburuk berdampak pula pada perekonomian Sulawesi Utara.
Perekonomian global yang melambat tercermin pada turunnya volume perdagangan dunia yang pada tahhun 2019 diproyeksikan hanya tumbuh 1,1% (yoy) melambat cukup signifikan dibandingkan tahun 2018 yang tumbuh 3,6 % (yoy).
Volume perdagangan dunia yang melambat menyebabkan harga-harga komoditas internasional yang bergerak turun, termasuk CNO yang menjadi sumber ekspor Sulawesi Utara.
“Penurunan harga CNO tersebut terus berlanjut sepanjang semester I 2019. Harga CNO yang berada dalam tren penurunan mengakibatkan berkurangnya insentif untuk meningkatkan produksi. Hal ini berimplikasi pada
ekspansi produksi LU industri pengolahan yang menjadi salah satu LU utama Sulawesi Utara menjadi terhambat,” kata Arbonas.
Sejalan dengan itu, ekspor Sulut juga mengalami perlambatan mengingat porsi ekspor minyak Nabati dan hewani mencakup 50%.
Kinerja LU transportasi juga mengalami perlambatan seiring terjadinya kenaikan tarif AU dan penurunan frekuensi penerbangan dari dan menuju Manado sehingga menyebabkan pertumbuhan ekonomi melambat.
Namun demikian, permintaan domestik yang masih tumbuh menguat seiring penyelenggaraan pemilu serentak, kenaikkan indikator pendapatan seperti gaji PNS, THR dan UMP, dan berlanjutnya pembangunan PSN menjadi faktor penahan perlambatan dari sisi permintaan.
Mencermati perkembangan terkini dan risiko
perekonomian yang ada, diperkirakan untuk keseluruhan tahun 2019 pertumbuhan ekonomi Sulut akan sedikit melambat dibandingkan tahun 2018, dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi yang berada dikisaran 5,8%-6,0% (yoy) atau masih lebih tinggi dibandingkan perkiraan pertumbuhan ekonomi nasional.
“Untuk tahun 2020, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara diperkirakan relatif stabil dan cenderung menguat dikisaran 5,8-6,2% (yoy). Pertumbuhan ini masih akan dibayangi oleh risiko eksternal,” pungkasnya.
(Srisurya)