Manado, BeritaManado.com – Kontestasi pemilihan kepala daerah (Pilkada) lebih berfokus kepada Figur atau Tokoh yang akan menjadi kandidat kepala daerah.
Karena Pilkada sejatinya menitikberatkan kepada memilih ‘person’.
Sedangkan partai politik (Parpol) hanyalah sebagai pemberi tiket agar figur itu dapat diusung.
Peta Pilkada Sulawesi Utara (Sulut) semakin memanas dengan kemungkinan adanya tiga kandidat, yakni Steven Kandouw (SK), Yulius Selvanus Komaling (YSK) dan Elly Engelbert Lasut (E2L).
Pengamat Politik Sulut, Josef Kairupan kepada wartawan Beritamanado.com, pada Rabu (7/8/2024) mengungkapkan jika tiga figur tersebut maju, maka Pilgub akan kompetitif.
Peluang Steven Kandouw
Bagi PDIP sendiri Pilkada 2024 ini merupakan pertaruhan apakah nantinya PDIP akan dapat mempertahankan posisinya sebagai pemenang di Sulawesi Utara (Sulut) atau justru sebaliknya.
Dalam hal ini ‘Harga Diri” PDIP sedang dipertaruhkan.
Oleh karenanya menentukan kandidat calon gubernur dan wakil gubernur nanti tidak boleh gegabah.
“Bagi PDIP sendiri SK adalah seorang kader, kandidat yang saat ini benar-benar dinilai cukup layak untuk mewakili partainya maju sebagai kontestan,” ungkap Josef Kairupan.
Menurutnya, dalam berbagai aspek SK cukup diuntungkan dengan posisinya saat ini.
Tetapi dalam ranah grassroot elektabilitas SK bukanlah yg tertinggi.
“Hal ini diindikasikan oleh tidak ada keputusan yang pasti sejak awal siapa nantinya yang akan menggantikan OD dari PDIP,” ujar Dosen di Fisip Unsrat Manado.
Keputusan partai yang lambat, kata dia, membuat kebingungan dikalangan internal partai bahkan publik, siapa yang akan ditugaskan PDIP sebagai kandidat nantinya.
“Hal inilah yang dimanfaatkan oleh rival-rivalnya, menggunakan momentum ketidakjelasan keputusan PDIP terhadap siapa nantinya yang akan diusung untuk lebih mengkokohkan kredibilitas, popularitas dan elektabilitasnya,” kata dia.
“Sehingga hal itulah yang memang sedang terjadi saat ini, dimana elektabilitas SK tidak lebih tinggi dari E2L,” ujarnya lagi.
Lanjut dia, dalam waktu yang injury time ini, SK dan PDIP harus gencar meyakinkan publik bahwa SK layak untuk memimpin Sulut.
“Keegoisan PDIP untuk memasang paslon yang berasal dari kader PDIP saat ini bukanlah sebuah keputusan yang tepat,” ujar dia.
“Oleh karena itu pendamping SK haruslah seorang figur yang dapat mendongkrak elektabilitas SK,” tambahnya.
Bukan hanya sekedar ‘Complimentary’ belaka, harus juga ada strategi untuk menepis semua stigma negatif tentang SK.
“Dengan memanfaatkan stigma negatif tersebut menjadi nilai positif,” tutur dia.
“Tentunya pasangan SK adalah figur yang menjadi repsentasi dari kelompok masyarakat tertentu yang memiliki kekuatan ‘vox populi’,” kata dia.
Menurutnya, bagi seorang figur pendatang baru yang hanya pada saat Pilkada baru mensosialisasikan dirinya pasti akan kalah langkah dengan figur yang notabene sudah aral melintang di Sulut.
Apalagi figur yang tidak pernah berbuat untuk rakyat, nanti pada saat Pilkada baru hadir minta dukungan rakyat, hal itu bagaikan pahlawan kesiangan.
“Yasti Soepredjo Mokoagow (YSM), yang lebih layak mendampingi SK tentunya siapa diantara mereka yang lebih dikenal dan yang telah memiliki bukti nyata bagi rakyat Sulut,” katanya.
Peluang Yulius Selvanus Komaling
YSK dan Gerindra harus berjuang ekstra keras jika ingin memenangkan kontestasi Pilkada Sulut.
“Karena nama YSK sendiri belum populer bahkan belum ada bukti nyata karya yg dilakukannya untuk rakyat Sulut,” ungkap Josef Kairupan.
Seandainya hal itu ada, menurutnya, maka harus ada pembuktian bahkan harus terus disampai-sampaikan agar rakyat Sulut mengetahuinya.
Peluang Elly Engelbert Lasut
Josef Kairupan melihat posisi Elly Engelbert Lasut atau E2L saat ini menjadi momentum yang tepat untuk terus membuktikan eksistensinya sebagai kandidat yang paling banyak diminati rakyat.
“Tetapi harus cermat dan hati-hati satu kesalahan kecil dapat diendorse menjadi kesalahan fatal yang berakibat pada menurunnya nilai kesukaan rakyat terhadap pasangan ini,” pungkasnya.
TamuraWatung