Oleh: Ronald Marcus*
KOTA Tomohon memiliki begitu banyak panorama keindahan alam yang eksotis dan menjanjikan sebagai pendapatan daerah. Sayang pemerintah kota kurang tanggap melihat peluang tersebut sebagai magnit untuk mendatangkan wisatawan lokal dan mancanegara ke kota pendidikan tersebut.
Selain objek wisata Danau Linow yang sudah kesohor itu ada satu lagi wisata yang bisa saja menjadi ikon Kota Tomohon yakni Agrowisata di kaki Gunung Mahawu yang sungguh memesona bagi siapa saja.
Agrowisata di kaki Gunung Mahawu terletak di Kelurahan Rurukan, Kecamatan Tomohon Timur. Jarak yang ditempuh dalam perjalanan darat dari Kota Manado, Ibukota Sulawesi Utara dengan menggunakan kendaraan umum yakni sekitar satu setengah jam. Perjalanan waktu yang cukup singkat untuk memanjakan mata melihat hasil kreasi Tuhan Maha Esa yang menawan.
Dinginnya udara Kota Tomohon yang menyelimuti tulang dengan cuaca mendungnya tidak membuat kami kelompok Pecinta Alam dari Kota Manado ciut dan khawatir dengan keadaan ini yang memang kami rasakan berbeda dengan kondisi cuaca di kota asal. Bahkan suasana ini makin memompa adrenalin kami untuk menelusuri dan melihat setiap jengkal agrowisata di Desa Rurukan tersebut.
Sejauh mata memandang, akan terlihat bagaimana perkebunan petani yang ditumbuhi beragam sayur yang biasa kita konsumsi sehari-hari. Disini terdapat sayur Kol, Sayur Batang Bawang, sayur Caesin, dan Sayur mentimun Jepang, Sayur Kubis, buah Wortel, dan jenis sayur lainnya. Hijau dan enak dipandang sampai berlama-lama.
Sayang belum ada akses yang representatif untuk melihat panorama ini, yang ada hanya jalan besar yang belum selesai diaspal dan tentu saja kondisi ini akan membuat sakit kaki pengunjung bila melalui jalan tersebut. Dan di sisi kiri dan kanan jalan tadilah terdapat areal perkebunan rakyat dengan jenis sayur mayurnya .
Petani Tomohon menata areal perkebunannya dengan apik dan rapi. Ada daerah yang bergunung, landai, dan rata. Masing-masing areal ditanami satu jenis sayur, bahkan ada areal yang memang khusus ditanami buah Strawberry. Eksotisme Agrowisata di Kaki Gunung Mahawu ini makin kental terasa. Sewaktu-waktu ada kabut yang turun dari gunung dan menutup areal perkebunan ini. “Wow, suasananya makin keren saja,” sebutku dalam hati.
Apalagi ada beberapa jenis burung-burung kecil yang mempunyai warna-warni pada sayapnya bermain-main di areal kebun dan pohon yang ditanam petani. Setiap kebun ada rumah petani yang mempunyai bentuk sederhana. Suasanannya begitu tenang.
Di ajang sekelas ATF, pemerintah kota kayaknya tidak pintar mengambil peluang dalam mempromisikan daerah ini. Sepertinya tidak ada gaung Agrowisata di event internasional ini. “Peluang ini tidak ditangkap Pemkot Tomohon,” kata Denny Andries, teman sesama pecinta alam.
Wajar saja kalau entry point Bandara internasional Sam Ratulangi Manado, masuk dalam kategori ‘buncit’ kunjungan wisatawan dan masih kalah populer dengan di Batam, Medan, dan Makassar. Semua pemerintah kabupaten dan kota pun sempat ‘disemprot’ Gubernur Sulut lantaran tidak memanfaatkan ATF termasuk Kota Tomohon.
So mulai kapankah Agrowisata di Kaki Gunung Mahawu ini akan menapat perhatian pemerintah. Kita tunggu saja.(*)
* LSM/Pecinta Alam