Bitung, Beritamanado.com – Dipenghujung tahun 2019, empat perusahaan pelayaran niaga tencam hengkang dari Kota Bitung akibat buruknya pelayanan Terminal Petikemas Bitung (TPB) PT Pelindo IV.
Dari informasi, keempat perusahaan pelayaran itu adalah Temas, Tanto, Spil dan Meratus yang tergabung dalam organisasi Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) atau Persatuan Pengusaha Pelayaran Niaga Nasional Indonesia.
Menurut keempat perwakilan perusahaan pelayaran itu, pelayanan TPB tiga bulan terakhir ini terus mengalami degradasi atau kemunduran yang berujung pada semakin membengkaknya biaya operasional.
“Kedatangan kapal barang ke Pelabuhan Kota Bitung dalam hal ini TPB terus menurun karena layanan waktu bongkar muat yang lama. Performa TPB menurun dalam tiga bulan padahal katanya sudah hup port,” kata keempat perwakilan perusahaan, Rabu (18/12/2019).
Kata mereka, layanan normal setiap kapal melakukan bongkar muat hanya membutuhkan waktu dua hari, kini menjadi lima sampai tujuh hari yang mengakibatnya membengkaknya biaya operasional.
“Akibatnya, selain biaya operasional membengkak, distribusi barang terhabat hingga berujung pada naikknya harga dan kelangkaan bahan kebutuhan pokok di Sulut. Dan harus digaris bawahi, keterlambatan bongkar muat itu tidak pernah ada konpesasi dari TPB malah menaikkan biaya over stay,” katanya.
Padahal kata mereka, management TPB selalu menjanjikan proses bongkar muat percrane 22 box/jam tapi kenyataannya hanya mampu delapan sampai sepuluh box/crane. Dan jika dipaksakan sesuai janji manegement, akan berimbas pada kerusakan alat.
“Harusanya ada perbaikan pelayanan, apalagi sudah berstatus terminal dan menuju hub port, tapi kenyataannya proses bongkar muat masih sama dengan pelabuhan konvensional,” katanya.
Keluhan keempat perwakilan perusahaan pelayaran itu tidak ditampik Ketua DPC INSA Kota Bitung, Ampi Lakahena yang berharap ada perbaikan pelayanan dari TPB mengingat sudah sangat menyusahkan pelaku usaha yang berkaitan dengan TPB.
“Bagaimana meningkatkan perekonomian Sulut jika distribusi barang mengalami hambatan. Jika ini terus dibiarkan, tidak menutup kemungkinan tahun depan harga bahan pokok di Sulut langka dan mengalami kenaikan harga,” kata Ampi.
Dari amatan Ampi, buruknya pelayanan TPB dikarenakan alat yang sering bermasalah serta SDM management TPB yang perlu dievaluasi jangan sampai perusahaan pelayaran mengurangi jadwal ke Pelabuhan Kota Bitung.
“Rekan-rekan hanya menuntut perbaikan pelayanan, karena sudah tiga tahun terakhir ini tidak ada perbaikan pelayanan malah makin buruk dan merugikan pelaku usaha,” katanya.
(abinenobm)