Manado, BeritaManado.com — Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulawesi Utara (Sulut) Pdt Lucky Rumopa berharap keberadaan Museum Holocaust Synagogue Shaar Hashamayim di Tondano tidak dikaitkan dengan kemerdekaan Palestina.
Penegasan Lucky Rumopa tersebut menanggapi polemik akibat kehadiran museum yang diresmikan pada 27 Januari 2022 tersebut.
Menurut Lucky Rumopa, tujuan pendirian Museum Holocaust murni untuk menjunjung kemanusiaan, sebuah kultur yang dibangun komunitas Yahudi dalam memperingati peristiwa kelam di Eropa.
“Jadi tidak perlu juga dianggap sebagai museum bersifat statis. Kami mendapat laporan itu hanya temporer demi mengangkat nilai-nilai kemanusiaan. Jadi sah-sah saja,” tegas Rumopa.
Soal kunjungan Duta Besar Jerman Ina Lepel saat peresmian museum, ditegaskan Lucky itu sudah terjadwal dan menjadi agenda dengan restu pemerintah setempat.
Sebagai Ketua FKUB, Rumopa tidak merasa museum menjadi ancaman stabilitas keamanan.
Sebab selama ini tidak pernah terjadi ketersinggungan, bahkan masyarakat setempat menerima dengan baik.
Lucky berharap polemik bisa selesai dan pihak yang mempermasalahkan lebih arif melihat situasi.
“Biarlah kerukunan dan ketenteraman di suatu daerah ditangani oleh daerah itu sendiri,” tegasnya.
Lucky mengatakan, masyarakat di bumi nyiur melambai sangat menjunjung tinggi kerukunan dan menerima siapa saja yang datang.
Ia mencontohkan kehadiran beragam suku bangsa di Sulut yang kini tetap berdampingan.
“Ada Cina, Arab, India, Filipina termasuk para pencari suaka politik yang sudah belasan tahun di Sulut. Kami tetap aman, nyaman dan tidak pernah merasa terganggu,” katanya.
Begitu pula, lanjut Lucky, dengan komunitas Yahudi yang tinggal di Sulut sebelum Indonesia merdeka.
“Aktifitasnya juga selalu diawasi pemerintah. Dan kehadiran Synagogue tidak menganggu sejauh mereka tetap menampilkan kearifan lokal,” tandasnya.
Sejatinya, Museum Holocaust hadir membawa pesan keberagaman dan perdamaian bagi seluruh umat di dunia.
Sepert itu penegasan Rabbi Yaakov Baruck pemimpin Komunitas Yahudi Indonesia di Kabupaten Minahasa.
Rabbi Yaakov Baruck menjelaskan setiap gambar di dalam museum menandakan pembantaian orang-orang Yahudi oleh Tentara Nazi Jerman yang dipimpin Adolf Hitler.
Di momentum peresmian museum, Wakil Bupati Minahasa Robby Dondokambey didaulat memasang lilin pertama diikuti Duta Besar Jerman Ina Lepel serta perwakilan undangan lainnya.
Pada bagian lain, Bupati Minahasa Royke Roring menegaskan pemerintah dan masyarakat Minahasa khususnya Tondano Raya sangat menghargai keberagaman.
(Alfrits Semen)