Tomohon, BeritaManado.com — Kegiatan Seminar dan Workshop dengan tema “Fisioterapi di Era Revolusi Industri 4.0 yang diselenggarakan di Panti Semadi Tomohon, Kamis (30/5/2019) dihadiri dan dibuka secara resmi oleh Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia (IFI) Mohammad Ali Imron, SMPh, SSos, MFis.
Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh IFI Cabang Kota Tomohon bekerja sama dengan Universitas Katolik De La Salle Manado serta didukung oleh beberapa pihak terkait dalam hal ini Pemerintah Kota Tomohon melalui Dinas Kesehatan khususnya Puskesmas Tara-Tara.
Wakil Dekan Fakultas Keperawatan Unika De La Salle Manado Ns. Natalia Rakinaung, MNS dalam sambutannya mengatakan bahwa Fisioterapi adalah disiplin ilmu yang baru dibuka, akan tetapi menjadi suatu kebanggaan, karena menjadi satu-satunya di Sulawesi Utara.
“Sehubungan dengan era revolusi industry 4.0, maka para fisioterapis harus melakukan adaptasi dengan perkembangan teknologi yang ada. Melalui kegiatan seminar dan workshop ini, kiranya dapat meningkatkan pelayanan kesehatan dan kualitas pendidikan. Jangan berhenti untuk belajar dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan jadilah duta pelayanan fisioterapi untuk bangsa dan negara,” ungkapnya.
Pada bagian yang sama, Ketua IFI Cabang Kota Tomohon Friets Eman SST.FT, M.Kes juga dalam sambutannya mengungkapkan situasi secara umum pelayanan fisioterapi di Kota Tomohon serta kegiatan-kegiatan yang telah, sedang dan akan dilaksanakan berdasarkan program kerja organisasi yang telah disusun.
“Mengenai fisioterapi ada perhatian dari Pemkot Tomohon melalui Dinas Kesehatan. Tentu dengan demikian, hal itu itu membangkitkan semangat khususnya bagi para mahasiswa yang sedang praktek fisioterapi. Dalam hal ini, ada banyak perjuangan yang harus dilakukan kedepan, karena ilmu fisioterapi jelas batang tubuhnya dan mendapatkan pengakuan secara nasional maupun internasional. Mari kita buat komitmen untuk sama-sama memajukan fisioterapi,” harap Eman.
Ketua Umum IFI Mohammad Ali Imron sendiri pada bagian yang sama mengatakan ada harapan besar dengan perkembangan ilmu fisioterapi, namun sejalan dengan itu organisasi profesi mempunyai kewajiban untuk melakukan kegiatan-kegiatan pembinaan.
“Kedepan fisioterapi akan mencoba melakukan pelayanan untuk para penderita HIV dan Kanker. Tak hanya itu, keja sama dengan pihak BPJS juga masih perlu untuk dilakukan perbaikan untuk meningkatkan pelayanan. Namun yang cukup penting untuk diingat bahwa secara medical science fisioterapi dapat diakui. Era revolusi industry 4.0 dapat dijadikan kesempatan untuk mengembangkan ilmu dengan memanfaatkan jaringan internet,” jelas Ali Imron.
Kegiatan seminar dan workshop itu sendiri menurut Ketua Panitia Pelaksana Christian Adinata, Amd.Ft akan berlangsung hingga Jumat (31/5/2019) besok, dimana seluruh peserta akan dibekali dengan banyak materi yang sudah disiapkan oleh narasumber berpengalaman, salah satunya dari Ketua Umum IFI Mohammad Ali Imron.
“Diharapkan kepada seluruh peserta yang sudah melakukan registrasi dapat mengikuti kegiatan ini dengan baik, karena apa yang akan diberikan para narasumber akan sangat bermanfaat untuk menambah wawasan tentang update ilmu fisioterapi saat ini,” kata Adinata.
(Frangki Wullur)