Pusomaen, BeritaManado.com — Pemerintah Desa Wiau Kecamatan Pusomaen mengeluhkan berbagai persoalan yang sampai saat ini belum ada penyelesaiannya.
Pertama, persoalan jaringan komunikasi yang selalu menjadi kendala terlambatnya informasi penting yang diberikan oleh pihak kecamatan maupun pemerintah Minahasa Tenggara.
Hal ini sebagaimana disampaikan Kumtua Desa Wiau Marten Lumopa S,Pd kepada BeritaManado.com via seluler, Senin (12/9/2022).
“Kami di desa Wiau sangat kesulitan untuk mendapatkan informasi atau jaringan yg mendukung. Saya sangat berharap semoga di desa kami di bantu alat penunjang untuk melancarkan jaringan komunikasi,” ungkap Marten Lumopa.
Kedua, persoalan jalan yang menuju desa Wiau terlalu kecil sehingga potensi terjadinya kecelakaan sangat tinggi.
“Untuk itu kami meminta kepada pemerintah agar memperlebar akses jalan menuju desa wiau, karna selain sempit, badan jalan di lokasi itu diapit oleh tebing dan jurang,” jelasnya.
Sama halnya disampaikan salah satu pemuda desa Wiau Valestio Ratumbanua, S.Ip, menyampaikan kondisi jaringan di desa yang bisa dibilang lambat, sehingga susah mendapatkan informasi.
Lebih lanjut Alumni Unsrat ini juga menjelaskan akibat tak ada jaringan komunikasi kadangkala informasi baik dari bidang kepelayanan di gereja maupun dari bidang manapun sering mengalami kendala.
“Kita pemuda saat ini sedang mengadakan turnamen esport tapi sayangnya itu tidak bisa terlaksanakan salah satunya terkendala jaringan,” paparnya.
Begitupun dengan akses jalan di desa yang bisa dibilang sempit, padahal jalan tersebut merupakan perbatasan kabupaten dan merupakan jalan penghubung desa Wiau dan Bentenan.
“Mengingat sudah banyak sekali tempat wisata dan banyak wisatawan yang sering mengikuti jalan tersebut. Untuk itu kami ingin menyuarakan agar jalan itu kalau boleh dilebarkan supaya semakin mudah lagi dan agar objek wisata tidak kesusahan dalam perjalanan menuju tempat wisata tersebut lebih merasa nyaman di perjalanan.
Melihat keresahan yang dirasakan masyarakat Wiau, Mahasiswa KKN Universitas Trinita Manado ikut menyuarakan aspirasi yang ada di desa tersebut.
Seperti disampaikan Korpos 7 Mahasiswa KKN Universitas Trinita Manado Dopen Botha, dimana mereka berinisiatif untuk menjadi jembatan perjuangan untuk menyuarakan Suara rakyat tersebut.
Karna apa yang menjadi keluhan masyarakat itu lanjut Dopen, harus ada perhatian kusus dari pemerintah daerah dan juga DPRD sebagai wakil rakyat agar harus ada fungsi kontrol untuk memperjuangkan apa yang menjadi keresahan rakyat.
“Ingat suara rakyat yang membuat kalian sampai hari ini bisa duduk di singgasana yang begitu megah untuk itu ketika rakyat bersuara kalian harus merespon secepatnya,” tegasnya.
Dopen menambhakan, masyarakat jangan dijadikan moment politik saja, harus ada bukti nyata bahwa benar-benar insan yang hidup untuk menjawab apa yang menjadi keresahan rakyat.
“Dan saya yakin dan pastikan pemerintah daerah Minahasa Tenggara dan DPRD mempunyai jiwa yang sosialis untuk tetap konsisten dan komitmen dalam hal mewujudkan masyarkat adil dan makmur sesuai amanat Pancasila,” tandasnya.
(Hendra Usman)