Harley Mangindaan bersama Kakanwil Kemenhukham Adi Dahref Rafield dan jajaran
Manado – Wakil Wali (Wawali) Kota Manado Harley Mangindaan, Selas (10/2/2015) memenuhi undangan Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Hukum dan HAM (Kemenhukham) Provinsi Sulut, Adi Dahref Rafield.
Adapun dalam pertemuan tersebut dibahas beberapa hal yang diantaranya soal Keimigrasian, aset Kemenhukham, dan program pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dari warga binaan Rumah Tahanan (Rutan) dan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) yang ada di Kota Manado.
“Kami tidak bisa apa-apa juga kalau tidak ada bantuan dari pemerintah kota. Karena didalam Rutan dan Lapas terdapat warga Manado,” ungkap Kakanwil Rafield.
Dikatakannya, permasalahan Rutan dan Lapas ada sekitar 15 unit pelaksana teknis yang mengawal dan membina warga binaan 2115 yang terbanyak di Lapas Tuminting dan Rutan Malendeng.
“Kami ingin mengubah stikma di masyarakat karena seolah mereka penjahat. Padahal, itu mungkin khilaf diluar kesadaran sehingga kami inginkan ada ruang resmi pelatihan untuk warga binaan agar bisa lapangan kerja secara mandiri,” tambahnya.
Sementara itu, Wawali Mangindaan mempertanyakan, kebutuhan yang perlu mendapatkan perhatian pemerintah bagi warga binaan Rutan?.
Ia juga berharap, dalam program pengembangan SDM bagi penghuni Rutan dan Lapas terjalin sinergitas antara pemerintah kota dan Kanwil Kemhukham.
Wawali Mangindaan pun berpendapat, warga Rutan dan Lapas adalah yang paling kuat mereka telah teruji.
“Soal pemberdayaan masyarakat memang fasilitas belum ada. Tapi mimpi saya manado punya SDM yang bisa bersaing terlebih bagi warga binaan itu yang nantinya berbaur kembali dengan masyarakat. Mereka punya potensi, melalui kerajinan warga binaan lapas dan rutan bisa jadi suvenir, tapi dilihat dari sisi legalitas mereka harus ada koperasi. Ini tujuan mereka bisa fokus dalam pembenahan hidup dan ekonomi. Harus ada balai latihan ketrampilan,” ungkap Wawali.
Menurutnya, pengembangan SDM bisa memberdayakan bahan yang tidak terpakai tapi diolah kembali untuk suvenir yang memiliki nilai ekonomi yang secara otomattis bisa jadi modal mereka.
“Saya juga mengusulkan agar di kedatangan wisatawan mancanegara di bandara internasional Sam Ratulangi ada penerjemah bahasa bagi turis. Karena persoalan wisatawan yang butuh penerjemah di bandara tidak ada seperti kedatangan turis dari RRT kemarin,” tutur Wawali Mangindaan.
Untuk menyatukan dan sinergitaskan program, Wawali Mangindaan meminta Pemkot Manado bersama Kementerian Hukum dan HAM Sulut untuk bisa duduk bersama dalam forum koordinasi.
“Saya tunggu surat dari kakanwil agar bisa ditindaklanjuti dengan rakor bersama Walikota Manado,” pesan Wawali yang saat itu didampingi sang istri Seyla Mangindaan-Kudati. (leriandokambey)
Harley Mangindaan bersama Kakanwil Kemenhukham Adi Dahref Rafield dan jajaran
Manado – Wakil Wali (Wawali) Kota Manado Harley Mangindaan, Selas (10/2/2015) memenuhi undangan Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Hukum dan HAM (Kemenhukham) Provinsi Sulut, Adi Dahref Rafield.
Adapun dalam pertemuan tersebut dibahas beberapa hal yang diantaranya soal Keimigrasian, aset Kemenhukham, dan program pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dari warga binaan Rumah Tahanan (Rutan) dan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) yang ada di Kota Manado.
“Kami tidak bisa apa-apa juga kalau tidak ada bantuan dari pemerintah kota. Karena didalam Rutan dan Lapas terdapat warga Manado,” ungkap Kakanwil Rafield.
Dikatakannya, permasalahan Rutan dan Lapas ada sekitar 15 unit pelaksana teknis yang mengawal dan membina warga binaan 2115 yang terbanyak di Lapas Tuminting dan Rutan Malendeng.
“Kami ingin mengubah stikma di masyarakat karena seolah mereka penjahat. Padahal, itu mungkin khilaf diluar kesadaran sehingga kami inginkan ada ruang resmi pelatihan untuk warga binaan agar bisa lapangan kerja secara mandiri,” tambahnya.
Sementara itu, Wawali Mangindaan mempertanyakan, kebutuhan yang perlu mendapatkan perhatian pemerintah bagi warga binaan Rutan?.
Ia juga berharap, dalam program pengembangan SDM bagi penghuni Rutan dan Lapas terjalin sinergitas antara pemerintah kota dan Kanwil Kemhukham.
Wawali Mangindaan pun berpendapat, warga Rutan dan Lapas adalah yang paling kuat mereka telah teruji.
“Soal pemberdayaan masyarakat memang fasilitas belum ada. Tapi mimpi saya manado punya SDM yang bisa bersaing terlebih bagi warga binaan itu yang nantinya berbaur kembali dengan masyarakat. Mereka punya potensi, melalui kerajinan warga binaan lapas dan rutan bisa jadi suvenir, tapi dilihat dari sisi legalitas mereka harus ada koperasi. Ini tujuan mereka bisa fokus dalam pembenahan hidup dan ekonomi. Harus ada balai latihan ketrampilan,” ungkap Wawali.
Menurutnya, pengembangan SDM bisa memberdayakan bahan yang tidak terpakai tapi diolah kembali untuk suvenir yang memiliki nilai ekonomi yang secara otomattis bisa jadi modal mereka.
“Saya juga mengusulkan agar di kedatangan wisatawan mancanegara di bandara internasional Sam Ratulangi ada penerjemah bahasa bagi turis. Karena persoalan wisatawan yang butuh penerjemah di bandara tidak ada seperti kedatangan turis dari RRT kemarin,” tutur Wawali Mangindaan.
Untuk menyatukan dan sinergitaskan program, Wawali Mangindaan meminta Pemkot Manado bersama Kementerian Hukum dan HAM Sulut untuk bisa duduk bersama dalam forum koordinasi.
“Saya tunggu surat dari kakanwil agar bisa ditindaklanjuti dengan rakor bersama Walikota Manado,” pesan Wawali yang saat itu didampingi sang istri Seyla Mangindaan-Kudati. (leriandokambey)