Manado — Prof. Dr. Ir. Wilhelmina Patty, dosen program studi pemanfaatan sumber daya perikanan, FPIK Unsrat Manado, melaksanakan kegiatan penerapan IPTEK bersama dua rekannya, Fransisco Pangalila Spi. MSi dan Ir Marianna Kayadoe MSi.
Prof. Patty mengatakan Sulawesi Utara memiliki kekayaan sumberdaya alam pesisir dan laut dengan potensi, keragaman dan nilai ekonomis yang tinggi untuk pembangunan ekonomi dan kesejahteraan bangsa, antara lain ikan, Crustacea dan Cephalopoda.
“Pemanfaatannya diarahkan pada konsep pemberdayaan lingkungan yang berkelanjutan,” kata Prof. Patty.
Dikatakan Prof. Patty, upaya ini dilakukan untuk pengembangan teknologi yang tepat guna dalam rangka mempertahankan daya dukung lingkungan yang perlu ditingkatkan.
Adapun kegiatan ini merupakan program kemitraan masyarakat (PKM) dari LPPM Unsrat, bekerjasama dengan nelayan mitra kelompok nelayan Tanjung di desa Kalasey II, dengan ketua 1 Rafles Malintoi, telah mengembangkan ‘Atraktor cumi-cumi’ (sarang pemijahan buatan).
“Atraktor cumi-cumi (sarang pemijahan buatan) adalah salah satu sarana yang dapat dikembangkan guna meningkatkan daya dukung sumber daya,” jelas Prof. Patty.
Menurutnya, karena lokasi tersebut akan menjadi tempat berkumpul dan bertelurnya cumi-cumi dan dalam waktu tertentu populasi cumi-cumi akan bertambah.
“Sehingga ini akan menjadikan kawasan tersebut potensial dengan sumber daya cumi-cumi, disamping itu juga kawasan tersebut memiliki keunikan pemandangan bawah air dengan hamparan telur cumi-cuminya,” terang Prof. Patty.
Ditambahkannya juga, daerah tersebut dapat berfungsi sebagai daerah asuhan, pembesaran dan daerah penangkapan yang potensial.
“Atraktor cumi dikembangkan dengan memanfaatkan tingkah laku dari cumi-cumi, dimana mereka didalam memijah menempelkan telurnya pada substrat/benda-benda yang menggantung dengan lingkungan yang remang-remang,” ungkap Prof.Patty.
Bahan utama pembuatan atractor cumi sangat ekonomis, murah dan mudah didapat, boleh dari bambu, drum bekas, kawat harmonika, ban mobil bekas, pipa paralon serta besi.
“Ada 5 unit Atractor cumi yang diletakan di perairan Pantai Kalasey Dua, kabupaten Minahasa pada kedalaman 3–5 meter, konstruksi atractor dari besi berbentuk balok dan cylinder berukuran 60x40x40 cm3, yang dilengkapi untaian tali jenis Polypropylene (PP) multi 10 warna putih dan tali PA 6 warna hitam dan biru,” tutur Prof. Patty.
Secara rinci dijelaskannya hasil yang diperoleh dalam waktu satu minggu sudah ditempeli telur cumi jenis ‘suntung bunga’ (Loligo chinensis) dan batu.
Kebanyakan telur menempel pada bentuk atractor cylinder dan pada tali PA berwarna hitam dan biru.
Tingkat efektifitas penempelan pada bentuk cylinder sebesar 51-100% dibandingkan dengan bentuk kubus yang hanya berkisar 22–64 %.
Tingkat efektifitas penempelan pada tali PA warna hitam lebih besar yakni 64-100%, dibandingkan dengan tali PP warna putih hanya sebesar 22–50%.
“Teknologi atraktor cumi-cumi dapat digunakan sebagai sarana dalam pengayaan sumber daya cumi-cumi secara alami, dan sekaligus dapat meningkatkan efisiensi usaha perikanan tangkap, juga sebagai pengembangan mata pencaharian alternatif,” tandas Prof. Wilhelmina Patty.
(BennyManoppo)