AMURANG–Proyek pembuatan talud di ruas jalan Ritey–Kanean yang juga menghubungkan dua kecamatan, masing-masing Amurang Timur dan Tareran kini ambruk. Akibatnya reaksi keras datang dari tokoh masyarakat Minahasa Salatan (Minsel) ikut mempertanyakan proyek tersebut.
‘’Yang menjadi pertanyaan kami, kenapa pekerjaan talud justru ambruk. Lantas, dimana kualitas dari pekerjaan talud tersebut. Siapa yang bertanggung jawab dengan proyek dimaksud. Kami menuding proyek besar ini hanya dijadikan lahan untuk mencari uang oleh oknum kontraktor yang menangani proyek ini,’’ ujar Johanis Tampongagoy SH ketika menghubungi media ini.
Menurut Tampongagoy, proyek talud tersebut hanya dijadikan lahan keuntungan bagi kontraktor yang memenangkan pekerjaan ini. Lihat saja yang terjadi belum sebulan talud selesai dikerjakan. Ternyata, sudah ambruk. Dari sini sudah bisa dilihat kualitas pekerjaan mereka sangat tidak memenuhi standar pekerjaan.
Ditambahkan Tampongagoy, para kontraktor ini terkesan serampangan dalam melakukan pekerjaan mereka. ‘’Apa yang nereka lakukan sangat serampangan. Saat mereka melakukan pekerjaan padahal tanpa mereka sadari, apa yang mereka lakukan tersebut akan berakibat fatal bagi keselamatan orang banyak. Sebab jika saja talud tersebut menimpa orang lain, tentu akan berakibat kerugian,’’ jelasnya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Minsel Ir Joutje Tuerah yang dikondirmasi terkait ambruknya talud tersebut mengaku baru mendengar. ‘’Jika talud ini masih dalam perawatan oleh kontraktor yang mengejakan proyek tersebut. Saya telah melakukan koordinasi dengan pihak kontraktor. Dan ternyata mereka menyanggupi untuk membangun kembali talud yang ambruk. Karena memang masih dalam perawatan,” pungkas Tuerah. (ape)
AMURANG–Proyek pembuatan talud di ruas jalan Ritey–Kanean yang juga menghubungkan dua kecamatan, masing-masing Amurang Timur dan Tareran kini ambruk. Akibatnya reaksi keras datang dari tokoh masyarakat Minahasa Salatan (Minsel) ikut mempertanyakan proyek tersebut.
‘’Yang menjadi pertanyaan kami, kenapa pekerjaan talud justru ambruk. Lantas, dimana kualitas dari pekerjaan talud tersebut. Siapa yang bertanggung jawab dengan proyek dimaksud. Kami menuding proyek besar ini hanya dijadikan lahan untuk mencari uang oleh oknum kontraktor yang menangani proyek ini,’’ ujar Johanis Tampongagoy SH ketika menghubungi media ini.
Menurut Tampongagoy, proyek talud tersebut hanya dijadikan lahan keuntungan bagi kontraktor yang memenangkan pekerjaan ini. Lihat saja yang terjadi belum sebulan talud selesai dikerjakan. Ternyata, sudah ambruk. Dari sini sudah bisa dilihat kualitas pekerjaan mereka sangat tidak memenuhi standar pekerjaan.
Ditambahkan Tampongagoy, para kontraktor ini terkesan serampangan dalam melakukan pekerjaan mereka. ‘’Apa yang nereka lakukan sangat serampangan. Saat mereka melakukan pekerjaan padahal tanpa mereka sadari, apa yang mereka lakukan tersebut akan berakibat fatal bagi keselamatan orang banyak. Sebab jika saja talud tersebut menimpa orang lain, tentu akan berakibat kerugian,’’ jelasnya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Minsel Ir Joutje Tuerah yang dikondirmasi terkait ambruknya talud tersebut mengaku baru mendengar. ‘’Jika talud ini masih dalam perawatan oleh kontraktor yang mengejakan proyek tersebut. Saya telah melakukan koordinasi dengan pihak kontraktor. Dan ternyata mereka menyanggupi untuk membangun kembali talud yang ambruk. Karena memang masih dalam perawatan,” pungkas Tuerah. (ape)