Trotoar di depan kantor Lurah Wanea, insert: Kim Agust
Manado – Pemerintah Provinsi Sulut dan Kota Manado dianjurkan tak usah berfantasi panjang tentang kondisi ibukota yang nyaman. Manado dianggap bukan kota yang ideal untuk menarik wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik. Pasalnya, sarana pedestrian dan lampu jalan, menjadi persoalan utama.
“Warga lokal saja jadi korban keburukan infrastruktur dalam kota, apalagi turis asing dan wisatawan domestik. Saya anjurkan, pemerintah stop berilusi tentang kota yang nyaman, kalau tidak mampu memperhatikan sarana publik berupa trotoar dan penerangan jalan,” ungkap Kim Agust Jr, warga Malalayang, Rabu (26/8/15).
Pria yang berprofesi wartawan dan akrab disapa Kamrin ini menceritakan, malam tadi, sekira pukul 18.45, ia melintas di trotoar Jalan Rike, persis depan Kantor Lurah Wanea yang terbakar tiga bulan lalu. Saat melintas, kondisi trotoar itu gelap gulita. Tiba-tiba trotoar ambruk seketika. Tiga per empat badan pria berkulit eksotis itu masuk dalam saluran air kering.
“Kaki saya hampir patah. Luka sobek sepanjang 30 centimeter dari bawah lutut sampai paha kanan. Tulang rusuk bengkak. Pergelangan lutut mengalami dislokasi (pergeseran),” beber Agust.
Dia mengatakan, dia tidak menuntut pemerintah melayani masyarakat secara berlebihan. “Jadi pemimpin itu cukup tahu dirilah. Rakyat bayar pajak, kok dihadiahi trotoar berlubang dan tiang Solar Cell tanpa lampu. Saya lihat baik DPRD dan pemerintah itu, kerjanya cuma kuras pendapatan daerah. Urat malu mereka sudah putus. Untuk realisasi dan awasi pembangunan sarana publik saja tidak mampu,” kritik keras Agust, yang merasa kesakitan karena jatuh di lubang trotoar.
Ia menambahkan, hukum di Indonesia, insiden warga terperosok dalam trotoar memang tidak perlu menyalahkan pemerintah. “Kalau di Cina, saya pasti pidanakan pemerintah. Dan pemerintah harus ganti rugi warga yang menjadi korban keburukan sarana publik. Sayangnya, kita hidup di Indonesia,” tutur Agust.
Personil Komisi D DPRD Kota Manado Fany Mantali menyesalkan insiden yang menimpa mitra kerjanya itu. “Persoalannya bukan kaki dan tulang rusuknya Kim Agust Jr yang luka. Tapi insiden ini menggambarkan, Manado bukan kota yang nyaman bagi turis asing maupun domestik. Bayangkan, warga lokal saja terperosok di lubang yang sama. Apalagi turis,” singgung Mantali.
Ia mengamati semua trotoar di berbagai bibir jalan, mengancam nyawa manusia. Termasuk lampu jalan juga tidak dipasang. “Makanya pilih wali kota yang serius urus pedestrian dan penerangan jalan. Jangan pilih yang cuma modal jari,” anjur Mantali.
Sayangnya Camat Wanea Sami Kaawoan saat dikonfirmasi wartawan menjawab enteng. “Saya tidak ada urusan dengan trotoar dan lampu jalan. Itu bukan kerjanya camat. Tanya saja ke Dinas PU,” jawab pejabat cerdas itu. (tim)