Manado, BeritaManado.com — Direktur Utama PD Pasar Manado Lucky Senduk bakal mengembalikan nama Pasar Bersehati menjadi Pasar Jengki.
“Sekarang di tahun 2023 era Kepemimpinan Wali Kota Andrei Angouw beserta Wakil Wali Kota Richard Sualang, melalui Dewan Direksi Perusahaan Daerah (PD) Pasar Manado, akan mengembalikan nama salah satu pasar terbesar di manado yakni Pasar Bersehati menjadi Pasar Jengki. Kami sudah adakan rapat direksi untuk membedah dari segi aturan mengenai nama dari pasar bersehati apakah ada perwalnya, atau perdanya serta aturan dari mana sehingga penamaan pasar bersehati tercantum,” jelas Senduk saat konferensi pers di Kantor PD Pasar Manado.
Lanjut dia, mengenai keberadaan nama bersehati juga telah dikonsultasikan ke pemerintah provinsi, namun ternyata kala Wali Kota NH Eman waktu itu menamakan istilah Bersehati identik dengan Bersih, Sehat, Aman dan Indah.
“Jadi itu maknanya Bersehati sesuai penamaan tapi dasar hukum pembuatan nama tidak ada, makanya kami akan mencoba mengusulkan ke pemerintah kota akan mengembalikan jadi pasar jengki sesuai histori sejarah yang ada,” ucap Senduk.
Lagi katanya, menambahkan dari sononya warga selalu menyebut pasar jengki sehingga dewan direksi akan berupaya mengembalikan pada tempatnya, intinya sejarah kota manado termasuk beberapa nama baik situs budaya maupun istilah jengki boleh kembali sekarang.
“Harapannya tak lain bahwa kembali ke peraturan daerah sehingga sejarah kota manado tidak terpisahkan dari tahun ke tahun, jangan karena Si A menjabat Wali Kota nama asli pasar berganti lagi makanya kami akan kembalikan ke asal semula,” terang Senduk.
Dirinya kemudian memberikan contoh seperti di Jakarta, beberapa pasar yang ada dari dahulu sampai sekarang tidak pernah berubah, walau bergantian pemimpin tetap sama saja tak ada perubahan.
“Hanya manado sendiri tiba-tiba berubah dari pasar jengki menjadi pasar bersehati padahal, nilai historis dari jengki sendiri sangat kental kalangan masyarakat dulu hingga sekarang. Tidak menyalahkan siapa-siapa tapi mari torang menjaga esensial dari sebuah sejarah termasuk pemberian nama pada waktu itu,” tutup Lucky Senduk.
(Jhonli Kaletuang)