Maskapai Lion Air Diminta Benahi Pelayanan
Manado – Kalau tidak delay atau terlambat bukan Lion Air namanya. Itulah julukan yang diberikan penumpang maskapai berlambang kepala singa ini dari hamper seluruh penjuru tanah air. Bahkan Christofel Tooy, warga Manado yang hendak terbang dari Balikpapan menuju Manado, Sabtu (23/1/2016) kemarin malam berpendapat ia dan penumpang lainnya sengaja dibarkan begitu saja di Bandara.
Menurutnya suasana di Bandara Sepingan Balikpapan sejak Sabtu malam hingga Minggu pagi sempat terjadi kegaduhan dikarenakan tidak ada kejelasan dari pihak maskapai Lion Air. Belum lagi ada sesama penumpang yang hendak menghadiri pemakaman kerabatnya di Manado sempat tidak sadarkan diri karena kelaparan.
Kekecewaan penumpang dilampiaskan dengan mendatangi kantor Lion Air di Bandara untuk mempertanyakan nasib mereka, namun tetap saja tidak ada kejelasan. Christofel secara tegas meminta Presiden Joko Widodo melalui Menteri Perhubungan Ignasius Jonan melakukan peninjauan kembali ijin operasional dari Lion Air.
“Perusahaan yang mengoperasionalkan Lion Air sepertinya hanya suka mengambil keuntungan ekonomis dari masyarakat Indonesia. Kesan baik yang dahulu kami pernah dapat saat gencar melakukan promosi kini hamper tidak terlihat lagi dikarenakan ulah dari maskapai sendiri. Saya minta Pak Presiden Jokowi mendorong kemajuan penerbangan nasional dengan maskapai asli Indonesia seperti Garuda Indonesia,’ katanya.
Christofel dan ratusan penumpang Lion Air lainnya dikabarkan baru tiba di Bandara Sam Ratulangi, Minggu (24/1/2016) siang dengan menggunakan pesawat dari maskapai tersebut.
Sebelumnya, kejadian serupa pernah terjadi pada penerbangan Lion Air dari Denpasar menuju Manado, Senin (18/1/2016) pecan lalu. Ratusan penumpang yang awalnya telah diarahkan untuk turun dari gedung terminal menuju pesawat akhirnya tertahan saat berada di pinggir landasan. Hampir satu jam dibiarkan berdiri dibawah terik matahari, tibtiba terdengar suara bahwa situasi sengaja dibuat demikian agar tidak mendapatkan kompensasi makan siang seperti yang tercantum dalam ketentuan. (frangkiwullur)
Maskapai Lion Air Diminta Benahi Pelayanan
Manado – Kalau tidak delay atau terlambat bukan Lion Air namanya. Itulah julukan yang diberikan penumpang maskapai berlambang kepala singa ini dari hamper seluruh penjuru tanah air. Bahkan Christofel Tooy, warga Manado yang hendak terbang dari Balikpapan menuju Manado, Sabtu (23/1/2016) kemarin malam berpendapat ia dan penumpang lainnya sengaja dibarkan begitu saja di Bandara.
Menurutnya suasana di Bandara Sepingan Balikpapan sejak Sabtu malam hingga Minggu pagi sempat terjadi kegaduhan dikarenakan tidak ada kejelasan dari pihak maskapai Lion Air. Belum lagi ada sesama penumpang yang hendak menghadiri pemakaman kerabatnya di Manado sempat tidak sadarkan diri karena kelaparan.
Kekecewaan penumpang dilampiaskan dengan mendatangi kantor Lion Air di Bandara untuk mempertanyakan nasib mereka, namun tetap saja tidak ada kejelasan. Christofel secara tegas meminta Presiden Joko Widodo melalui Menteri Perhubungan Ignasius Jonan melakukan peninjauan kembali ijin operasional dari Lion Air.
“Perusahaan yang mengoperasionalkan Lion Air sepertinya hanya suka mengambil keuntungan ekonomis dari masyarakat Indonesia. Kesan baik yang dahulu kami pernah dapat saat gencar melakukan promosi kini hamper tidak terlihat lagi dikarenakan ulah dari maskapai sendiri. Saya minta Pak Presiden Jokowi mendorong kemajuan penerbangan nasional dengan maskapai asli Indonesia seperti Garuda Indonesia,’ katanya.
Christofel dan ratusan penumpang Lion Air lainnya dikabarkan baru tiba di Bandara Sam Ratulangi, Minggu (24/1/2016) siang dengan menggunakan pesawat dari maskapai tersebut.
Sebelumnya, kejadian serupa pernah terjadi pada penerbangan Lion Air dari Denpasar menuju Manado, Senin (18/1/2016) pecan lalu. Ratusan penumpang yang awalnya telah diarahkan untuk turun dari gedung terminal menuju pesawat akhirnya tertahan saat berada di pinggir landasan. Hampir satu jam dibiarkan berdiri dibawah terik matahari, tibtiba terdengar suara bahwa situasi sengaja dibuat demikian agar tidak mendapatkan kompensasi makan siang seperti yang tercantum dalam ketentuan. (frangkiwullur)