Manado-Upaya pelestarian satwa endemik Sulut darti ancaman kepunahan, terus digaungkan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Manado yang didukung Development and Peace (DnP) Kanada.
Salah satu yang diperjuangan adalah keterlibatan media massa dalam memberikan porsi besar tentang lingkungan khususnya penyelamatan satwa.
Hal itu dibahas personel AJI Manado dalam Focus Group Discussion (FGD) dengan menghadirkan dua orang narasumber yakni Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Sulut Sudiyono serta Pemimpin Redaksi SKH Swara Kita Hendra Zoenardjy di kantor SKH Swara Kita, Kamis (22/9/2016).
“FGD bersama redaktur-redaktur media cetak dan elektronik yang digelar AJI Manado ini merupakan kelanjutan dari program jurnalisme lingkungan kerjasama dengan DnP Kanada dalam program yang bertajuk journalism in natural resources politics. Tujuan program ini adalah untuk menghasilkan pemikiran, rekomendasi, pemahaman bersama sekaligus komitmen dalam rangka meningkatkan kapasitas sekaligus keberpihakan media terhadap aksi pelestarian lingkungan,” ujar Ketua AJI Manado Yoseph Ikanubun.
Terkait dengan tema yang diangkat dalam FGD ini, Kepala BKSDA Provinsi Sulut Sudiyono menuturkan satwa endemik yang ada di dalam maupun diluar kawasan konservasi harus tetap dilindungi.
“Tugas kita bersama untuk menjaga dan melindungi keberadaan dari satwa langka yang ada di Sulut. Konservasi selalu mempunyai musuh, kalau kami tidak menegakkan hukum maka mitra konservasi akan mengkritik, tapi kalau kami tidak menindak maka kami akan berhadapan dengan hukum, karena itu bagian dari kerja kami,” kata Sudiyono.
Menjaga satwa endemik dari acaman kepunahan, lanjut Sudiyono secara garis besar terbagi dalam dua bagian, pertama menjaga habitat yang berada di dalam kawasan cagar atau kawasan konservasi, kedua menjaga habitat yang berada di luar kawasan cagar alam atau kawasan konservasi.
“Di dalam kawasan konservasi ada tiga hal yang harus diperhatikan. Selama ini kita hanya berbicara soal melindungi dan menjaga padahal dalam konservasi ada tiga pilar yaitu bagaimana melindungi, menjaga serta mempertahankan kemurnian genetik,” ungkap Sudiyono.
Lanjut Sudiyono, tidak sembarangan memasukkan satwa ke dalam kawasan konservasi, alasannya bisa saja tempat itu bukan menjadi habitatnya, serta bisa saja satwa tersebut membawa penyakit dan mengancam kelangsungan hidup satwa lainnya.
Selanjutnya Pemred SKH Swara Kita Hendra Zoenardjy menyatakan apresiasi dan respon positif atas digelarnya FGD oleh AJI Manado.
“Apresiasi kepada AJI Manado yang berani mengangkat isu lingkungan. Saya berharap ada terobosan untuk bagaimana lebih dekat mengenal lingkungan dan memberikan komposisi tulisan agar pembaca bisa membacanya karena punya daya tarik tersendiri,” terang Zoenardjy.
SKH Swara Kita, lanjut Zoenardjy memiliki halaman terkait dengan isu pelestarian lingkungan.
“Masukan ke AJI Manado dari hasil diskusi yang digelar sebelumnya maupun yang akan datang hasilnya dapat dibuat menjadi buku yang bisa dibaca banyak orang. Kita bisa meninggalkan jejak yang pasti dalam melestarikan lingkungan,” katanya.(***/findamuhtar)
Manado-Upaya pelestarian satwa endemik Sulut darti ancaman kepunahan, terus digaungkan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Manado yang didukung Development and Peace (DnP) Kanada.
Salah satu yang diperjuangan adalah keterlibatan media massa dalam memberikan porsi besar tentang lingkungan khususnya penyelamatan satwa.
Hal itu dibahas personel AJI Manado dalam Focus Group Discussion (FGD) dengan menghadirkan dua orang narasumber yakni Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Sulut Sudiyono serta Pemimpin Redaksi SKH Swara Kita Hendra Zoenardjy di kantor SKH Swara Kita, Kamis (22/9/2016).
“FGD bersama redaktur-redaktur media cetak dan elektronik yang digelar AJI Manado ini merupakan kelanjutan dari program jurnalisme lingkungan kerjasama dengan DnP Kanada dalam program yang bertajuk journalism in natural resources politics. Tujuan program ini adalah untuk menghasilkan pemikiran, rekomendasi, pemahaman bersama sekaligus komitmen dalam rangka meningkatkan kapasitas sekaligus keberpihakan media terhadap aksi pelestarian lingkungan,” ujar Ketua AJI Manado Yoseph Ikanubun.
Terkait dengan tema yang diangkat dalam FGD ini, Kepala BKSDA Provinsi Sulut Sudiyono menuturkan satwa endemik yang ada di dalam maupun diluar kawasan konservasi harus tetap dilindungi.
“Tugas kita bersama untuk menjaga dan melindungi keberadaan dari satwa langka yang ada di Sulut. Konservasi selalu mempunyai musuh, kalau kami tidak menegakkan hukum maka mitra konservasi akan mengkritik, tapi kalau kami tidak menindak maka kami akan berhadapan dengan hukum, karena itu bagian dari kerja kami,” kata Sudiyono.
Menjaga satwa endemik dari acaman kepunahan, lanjut Sudiyono secara garis besar terbagi dalam dua bagian, pertama menjaga habitat yang berada di dalam kawasan cagar atau kawasan konservasi, kedua menjaga habitat yang berada di luar kawasan cagar alam atau kawasan konservasi.
“Di dalam kawasan konservasi ada tiga hal yang harus diperhatikan. Selama ini kita hanya berbicara soal melindungi dan menjaga padahal dalam konservasi ada tiga pilar yaitu bagaimana melindungi, menjaga serta mempertahankan kemurnian genetik,” ungkap Sudiyono.
Lanjut Sudiyono, tidak sembarangan memasukkan satwa ke dalam kawasan konservasi, alasannya bisa saja tempat itu bukan menjadi habitatnya, serta bisa saja satwa tersebut membawa penyakit dan mengancam kelangsungan hidup satwa lainnya.
Selanjutnya Pemred SKH Swara Kita Hendra Zoenardjy menyatakan apresiasi dan respon positif atas digelarnya FGD oleh AJI Manado.
“Apresiasi kepada AJI Manado yang berani mengangkat isu lingkungan. Saya berharap ada terobosan untuk bagaimana lebih dekat mengenal lingkungan dan memberikan komposisi tulisan agar pembaca bisa membacanya karena punya daya tarik tersendiri,” terang Zoenardjy.
SKH Swara Kita, lanjut Zoenardjy memiliki halaman terkait dengan isu pelestarian lingkungan.
“Masukan ke AJI Manado dari hasil diskusi yang digelar sebelumnya maupun yang akan datang hasilnya dapat dibuat menjadi buku yang bisa dibaca banyak orang. Kita bisa meninggalkan jejak yang pasti dalam melestarikan lingkungan,” katanya.(***/findamuhtar)