Franky Donny Wongkar, SH adalah nama lengkap politisi PDI Perjuangan yang saat ini menjabat sebagai Wakil Bupati Minahasa Selatan.
Franky, sapaan akrabnya, sebelumnya sempat tiga periode tercatat sebagai anggota DPRD Sulut.
Di Pemilihan Bupati (Pilbup) Minsel yang digelar pada 2020, FDW digadang-gadang sebagai Calon Bupati (Cabup).
Siapa sebenarnya sosok FDW? Ikuti nukilan berikut ini.
Pria kelahiran Amurang, 1 Februari 1966 ini dibesarkan dari keluarga sederhana.
Ayahnya berprofesi sebagai petani.
Beruntung kendati hanya mengandalkan hasil pertanian dan kerja serabutan, ayah dan ibunya punya tekad agar Franky kecil dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah.
Ia menghabiskan pendidikan dasar dan menengah di Amurang yakni SD RK Amurang, SMPN II Amurang dan SMA Amurang.
Selepas SMA, Franky sempat mengalami pergulatan bathin.
Ia berada pada posisi dilematis.
Diantara melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi, atau bekerja membantu orang tua.
Apalagi kondisi ekonomi orang tuanya terbilang pas-pasan.
Jika memilih langsung bekerja, berarti ia harus mengubur impiannya untuk menjadi seorang pengacara, cita-citanya sejak duduk di bangku SMP.
Melihat kemauan yang kuat darinya, orang tua Franky mendorongnya untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi.
Ia pun memilih Fakultas Hukum Unsrat sebagai tempat baginya untuk menimba ilmu.
Semenjak belajar di kampus kebanggaan warga Sulawesi Utara ini, daya kritisnya mulai tumbuh dan berkembang.
Termasuk kepekaannya terhadap masalah-masalah yang dihadapi masyarakat khususnya kaum marginal.
Makanya setelah menyandang Sarjana Hukum, ia langsung memilih profesi sebagai advokat.
Di dunia advokat, Franky bekerja total.
Dikalangan teman-temannya, ia dikenal sebagai sosok yang mudah bergaul dengan siapa saja, dan dari latar belakang berbeda-beda.
Perangainya pendiam, akrab dan murah senyum, tapi ia dikenal memegang teguh prinsip.
Ia sempat dipercayakan sebagai Direktur YLBHI-LBH Manado pada tahun 1996 sampai 2002.
Organisasi yang saat itu sering tampil membela masyarakat kecil.
Franky juga sempat diserahi tugas sebagai Ketua DPC IKADIN Manado.
Selain persoalan kemanusiaan di bidang hukum, ia juga terpanggil untuk mengabdikan diri untuk mendampingi persoalan lingkungan hidup.
Bahkan Franky pernah menduduki posisi Ketua Dewan Daerah Walhi Sulut.
Suami tercinta dari Elsje R Sumual ini tercatat pernah melakukan pendampingan kepada masyarakat.
Baik advokasi kasus tanah maupun lingkungan hidup. Contoh pendampingan kasus SUT di Kaneyan, kasus PT Newmont di Ratatotok dan kasus PT di Boyong Atas.
Puncak advokasi Franky sebagai Direktur YLBHI-LBH Manado adalah kala ia dipercayakan sebagai pengacara Tim Pembela Demokrasi Indonesia pimpinan Megawati Soekarno Puteri di Pengadilan Negeri Manado pada tahun 1997.
Awalnya, ia hanya sebagai sekretaris tim, tapi tak lama kemudian, penyuka olahraga ini menjadi ketua tim, pasca mundurnya ketua tim akibat diintimidasi.
Franky juga menyadari bakal memikul tanggungjawab sekaligus resiko besar, namun ia tak gentar.
Perjuangannya membuahkan hasil, PN Manado memenangkan gugatan TPDI dan mengakui Megawati Soekarno Puteri sebagai Ketua Umum PDI.
Sejarah mencatat, pada saat sidang pengumuman, Mega turut hadir bersama Sekjen Alexander Litaay.
Sebelumnya tokoh pendiri PDI Sabam Sirait juga memberikan kesaksian.
Nama Franky Wongkar, saat itu makin terkenal dan atas sumbangsihnya bersama tim yang menorehkan sejarah itu, ia ditawari bergabung dan menjadi caleg dari PDI Perjuangan oleh Freddy Sualang jelang Pemilu 1999.
Anehnya, saat itu ia menolak secara halus.
“Saya masih akan konsentrasi di LBH Manado”, kenangnya.
Kendati begitu, ia tetap berhubungan akrab dengan politisi-politisi partai berlambang kepala Banteng ini.
Perlahan-lahan ia mulai tergerak untuk terjun ke dunia politik.
Pada saat ditawari untuk menjadi Wakil Ketua DPC PDI Perjuangan Minsel, ia menyanggupinya.
Dan saat diakomodir sebagai caleg pada Pemilu 2004, ia tak menolak.
Alhasil pemilik motto hidup “Berdoa dan Bekerja” ini mendapatkan kesempatan untuk duduk di kursi wakil rakyat Sulut mewakili Dapil Minsel-Mitra.
Karier politiknya terus menanjak, tanpa diduga sebelumnya, ia percayakan untuk menempati jabatan strategis, sebagai Sekretaris DPD PDI Perjuangan Sulut.
Sebagai orang nomor dua di partai Moncong Putih ini, ia mengemban tugasnya dengan baik.
Baik di legislatif maupun di partai, Franky dikenal politisi yang supel dan familiar.
Bahkan cenderung tak mau terlena dengan posisinya sebagai orang nomor 2 di partai pemenang Pemilu 1999. Kebanyakan ia bekerja membesarkan partai dari belakang meja dan turun langsung ke akar rumput.
Selama menjadi wakil rakyat, Franky jauh dari gosip dan isu tak sedap.
Ia kemudian dijuluki sebagai salah satu politisi bersih.
Di internal partai, selain memiliki integritas, ayah dari Inri, Rael dan Eldo ini, juga dikenal sebagai figur yang berdedikasi dan loyal kepada pimpinan partai dan AD/ART.
Gaya berpolitiknya yang santun dilengkapi dengan atribut kapasitas dan kualitas yang mumpuni, membuat Franky menjadi politisi yang disegani baik kawan maupun lawan.
Mantan Ketua IKADIN Manado ini selama 4 periode dipercayakan sebagai sekretaris muulai dari kepemimpinan FH Sualang hingga Olly Dondokambey.
Franky juga memiliki insting politik yang jitu. Buktinya, pria baru baya ini tak langsung menerima saat ditawarkan menjadi caleg pada Pemilu 1999.
Kendati mungkin bisa terpilih, tapi rekan-rekannya di periode banyak yang tersandung kasus.
Pada Pemilu 2009, ia menghadapi ujian sebagai politisi. Ia diputuskan tidak terpilih, kendati ia memiliki bukti-bukti kuat suaranya dicurangi figur populis ini tetap sabar.
Dan kesabarannya membuahkan hasil dengan menjadi anggota DPRD Sulut PAW pada 2013-2014 dan terpilih menjadi anggota legislatif pada Pemilu 2014.
Ia termasuk salah satu politisi yang telah mengalami dan ditempa oleh pahit getirnya perjuangan.
Jelang Pilbup Minsel 2015, sosok pekerja keras ini, didaulat untuk menjadi kandidat Wakil Bupati.
Ia berpasangan dengan Tetty Paruntu sebagai Cabup Minsel.
Paket yang dikenal dengan julukan PAKAR ini, diusung oleh PDI Perjuangan.
Akhirnya, pasangan Tetty Paruntu-Franky Wongkar berhasil meraih suara terbanyak dan dinobatkan sebagai orang nomor satu dan nomor dua di Kabupaten Minsel.
Kematangannya dalam berpolitik kembali dibuktikannya selama menjadi wakil bupati.
Kehidupan ekonominya memang mengalami perubahan.
Namun tidak meningkat tajam, Franky masih sering membantu isteri tercintanya di dalam rumah.
Saat isterinya mencuci piring di dapur, tak jarang Putra Asli Minsel ini kedapatan sedang menyeterika baju, kendati sudah menyandang predikat top eksekutif.
Karakter pribadinya tetap seperti sedia kala, sederhana dan merakyat.
Sudah hampir 5 tahun ia menjalani tugas sebagai Wabup Minsel.
Politisi kawakan ini menyadari betul posisinya sebagai orang nomor dua di Minsel.
Ia tak mau berkonfrontasi dengan bupati, kendati mungkin beberapa kali bersilang pendapat.
Franky mengakui akan menjaga hubungannya dengan bupati tetap harmonis hingga berakhir masa periode.
Lagian dikatakannya, paket PAKAR diusung oleh PDI Perjuangan, partai tempatnya bernaung.
Di Pilbup Minsel 2020, Franky telah mendapatkan sinyal positif akan diusung PDI Perjuangan sebagai calon bupati.
Sebagai kader partai, ia mengaku siap mengemban amanat itu.
Kendati bakal mendapat mandat partai pemenang Pemilu 2019 ini, Franky tak mau jumawa. Ia mengatakan pemegang kekuasaan sesungguhnya ada di tangan rakyat.
“Bupati itu adalah pelayan rakyat. Siapa pun yang akan mencalonkan diri sebagai bupati, harus bisa merebut hati rakyat. Marilah kita berkompetisi secara positif mencari suara rakyat lewat rekam jejak, program dan visi dari kandidat,” ungkap Franky.
(Ronald/Lex)