Bitung, Beritamanado.com – Enam belas hari sudah, Jemmy Paulus bersama 22 orang anggota Relawan Masker Merah yang dikoordinirnya berkeliling melakukan penyemprotan disinfektan sebagai upaya pencegahan virus corona atau covid-19.
BACA JUGA: Relawan Ini Betul-betul Berhenti Bahas Pilkada dan Fokus Lakukan Pencegahan Corona
Dengan menggunakan Alat Perlindungan Diri (APD) sederhana seperti masker dan jas hujan, Jemmy menceritakan suka dan dukanya bersama Relawan Masker Merah melakukan penyemprotan rumah warga di sejumlah kecamatan.
Pria yang berprofesi sebagai sopir taxi online ini mengaku punya kepuasan dan kebangaan tersendiri bisa berbuat untuk masyarakat Kota Bitung ditengah ancaman wabah virus corona tanpa membeda-bedakan.
“Sukanya ya ada kebanggan yang tidak bisa digambarkan karena sudah berbuat dan ikut ambil bagian dalam pencecagahan virus corona di Kota Bitung,” kata Jemmy, Minggu (05/04/2020).
Ia mengaku bersyukur masih diberikan kesehatan dan kesemptakan untuk ikut ambil bagian melakukan pencegahan virus corona kendati penghasilan dari taxi online kini bersaldo 0 (nol) rupiah.
Dirinya cuma berharap wabah virus corona cepat berlalu agar bisa kembali beroperasi mencari penumpang bersama rekan-rekannya.
“Penumpang juga menurun karena kebijakan meminta masyarakat berdiam diri di rumah, makanya saya langsung bergabung dengan Relawan Masker Merah begitu wali kota Bitung menerbitkan surat edaran terkait pencegahan virus corona,” katanya.
Dukanya kata Jemmy, ada sejumlah masyarakat lebih takut ke perbedaan pilihan warna politik dari upaya pencegahan penyembrotan yang mereka lakukan.
Dirinya mengaku, beberapa kali menjumpai warga yang menolak rumahnya disemprot hanya karena persoalan politik serta lebih memilih menutup pintu.
Lebih ironinya kata dia, perangkat pemerintah seperti Pala, RT dan Lurah enggan untuk mendampingi mereka melakukan penyemprotan serta memberikan edukasi soal proses penyemprotan yang dilakukan.
“Padahal secara jelas kami sudah sampaikan, virus corona tidak memandang warna dan pilihan politik. Dan kami melakukan penyemprotan tanpa ada niat lain, serta betul-betul hanya menyemprot tanpa membagi-bagikan brosur gambar bakal calon dengan embel-embel edukasi mencuci tangan,” katanya tertawa.
Ditambah lagi menurutnya, kegiatan yang dilakukan tanpa bantuan dari pemerintah alias swadaya baik alat maupun cairan disinfektan serta masker yang dibagikan.
“Sampai saat ini kami tidak habis pikir kenapa ada warga yang lebih takut “warna merah” daripada virus corona. Ini benar-benar sebuah pembodohan terhadap warga,” katanya.
Pun ditolak, Jemmy mengaku tetap melakukan penyemprotan kendati hanya dibagian luar rumah, karena menurutnya pencegahan sia-sia dilakukan jika dalam satu kompleks ada satu rumah yang terlewatkan alias tidak disemprot.
“Makanya kami melakukan penyemprotan sampai malam hari untuk menuntaskan penyemprotan di satu kompleks, karena percuma penyemprotan dilakukan jika tidak menyeluruh alias ada rumah yang terlewatkan,” katanya.
Iapun berharap, selain penyemprotan yang dilakukan, masyarakat juga harus ikut membantu dengan berdiam diri di rumah serta rajin menjaga kebersihan, juga rajin cici tangan usai beraktifitas.
“Buat para semua relawan yang masih konsisten melakukan penyemprotan, tetap semangat dan jaga kesehatan. Ingat, kita tak digaji dan butuh pengakuan apalagi panggung karena niat tulus serta pengabdian untuk kota ini telah dicatat Tuhan Yang Maha Kuasa,” katanya.
(abinenobm)