Manado, BeritaManado.com — Segera bentuk Badan Otorita Pariwisata Likupang untuk percepatan Sulawesi Utara sebagai ‘The Next Bali’.
Itulah saran dari Ketua Umum Duta Wisata Sulawesi Utara Yerry Tawaluyan yang disampaikan kepada BeritaManado.com, Senin (28/10/2019).
Menurutnya, penetapan Likupang sebagai salah satu dari lima Bali baru destinasi pariwisata Indonesia adalah sesuai yang sangat baik.
Duta Wisata Sulut (DWS) yang terbentuk tahun 2015 adalah organisasi kemasyarakatan yang fokus pada tiga kegiatan pariwisata yaitu promosi, pengembangan destinasi dan edukasi sadar wisata.
Dalam hal ini, ada tiga tantangan utama menjadikan Likupang dan Sulut pada umumnya sebagai Bali baru.
Pertama, akses jalan dari bandara Sam Ratulangi atau dari Kota Manado ke Likupang belum memadai, karena arak tempuh sekarang sekitar 2,5 jam.
Jadi perlu dibuat jalan tol baru atau pelebaran dan perbaikan jalan yang sudah ada.
Selain itu, jalan masuk ke Pantai Pal yang berpasir putih dari jalan utama Likupang pun masih jauh dibawa standar.
Untuk sarana transportasi kapal atau perahu khusus wisata dari Likupang ke pulau-pulau eksotik terdekat seperti Lihaga, Gangga, Bangka dan Talise masih sangat minim dan itu wajib untuk segera disediakan.
Kedua, yaitu atraksi alam, budaya dan buatan harus dibenahi secara total.
Atraksi alam dengan pantai pasir putih indah dan pulau cantik Lihaga adalah modal dasar yang harus dimaksimalkan.
Penataan dan pengelolaan profesional untuk Pantai Pal, Pantai Surabaya dan Pulau Lihaga perlu segera dilakukan.
Atraksi alam itu perlu dikombinasikan dengan atraksi buatan.
Destinasi wisata buatan semacam Ocean Park atau Theme Park minimal seperti taman impian jaya Ancol kecil harus dibangun di Likupang.
“Atraksi budaya tak kalah pentingnya dengan atraksi alam dan buatan. Festival-festival budaya bertaraf international perlu segera dibuat di Likupang. Selama ini Sulut sudah dikenal dengan Tomohon International Flower Festival (TIFF), Manado Fiesta, Festival Selat Lembeh dan sebagainya tapi belum ada Festival khusus untuk Likupang,” ungkap Tawaluyan.
Selain itu, perlu dibuat desa-desa wisata disekitar Likupang, seperti Desa Tetey, Dimembe dan Tatelu yang layak juga dijadikan desa wisata kuliner ikan mujair.
Talawaan bisa kembangkan desa wisata air terjun, Lembean menjadi desa kolintang, kemudian di setiap desa minimal ada pentas kebudayaan tarian maengket, kabasaran dan musik kolintang sekali dalam seminggu.
Ketiga, amenitas atau fasilitas pendukung pariwisata di Likupang masih kurang, dimana sarana akomodasi untuk semua strata perlu disediakan, dari hotel berbintang lima plus sampai home stay perlu disediakan.
Restoran berkualitas dan tempat makan higienis yang halal juga perlu dipikirkan.
Yerry Tawalujan juga mengusulkan konsep wisata terpadu untuk Badan Otorita Pariwisata Likupang.
“Badan Otorita Pariwisata Likupang perlu mencakup area yang lebih luas. Bunaken-Siladen, Kota Manado, Bitung, Tomohon dan Minahasa induk harus masuk dalam paket Badan Otorita tersebut,” jelasnya.
Dengan demikian, yang dikembangkan adalah konsep pariwisata menyeluruh untuk menaikkan length of stay atau lama tinggal wisatawan di Sulut.
Kalau sekarang rata-rata turis mancanegara itu tinggal di Sulut selama 2 malam 3 hari, bisa dinaikkan menjadi 4 malam 5 hari.
Lalu soal repeater guest, dimana sekalipun jumlah kunjungan wisatawan ke Sulut sudah naik menjadi 120.000 kunjungan per tahun, dibanding tahun 2015 hanya 20.000 per tahun, tapi masih sangat minim bahkan tidak ada kunjungan berulang atau repeater guest.
(Frangki Wullur)