Ikan cakalang dari Korea ketika tiba di PT Delta Pasific Indotuna
Bitung – Wakil General Manager PT Delta Pasific Indotuna, Cholid Alkatiri mengaku biaya untuk mengimpor ikan cakalang dari negara lain sangat besar. Namun pihaknya mengaku tidak ada cara lain selain inpor bahan baku karena saat ini kebutuhan bahan produksi sulit didapatkan dalam negeri, apalagi Kota Bitung.
“Cost sangat tinggi jika impor bahan baku, tapi itu harus kami lakukan agar tetap berproduksi,” kata Cholid.
Salah satu faktor tingginya biaya impor kata dia, karena Pelabuhan Kota Bitung sendiri belum berstatus pelabuhan impor. Akibatnya, bahan baku harus transit di sejumlah pelabuhan baru masuk ke pelabuhan Kota Bitung.
“Sebelum ke Pelabuhan Kota Bitunh, barang mampir dulu ke Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya selama beberapa hari baru lanjut ke Kota Bitung,” katanya.
Karena pelabuhan terakhir berstatus pelabuhan impor, maka mau tidak mau pihaknya juga harus mendatangkan petugas Karantina dari Surabaya. Mengingat Karantina Surabaya yang menerima dan mengecek barang ketika masuk ke Indonesia.
“Selain Karantina Surabaya, kami juga menghadirkan Karantina Manado untuk melakukan pengecekan bersama-sama saat empat container ikan cakalang tiba di perusahaan,” katanya.
Faktor lain yang memaksa pihak Cholid mendatangkan ikan cakalang dari India dan Korea, karena permintaan 40 container produksi PT Delta ke luar negeri belum terpenuhi.
“Kami sudah terlanjur menyanggupi mengirimkan 40 container produksi ke sejumlah negara dan itu sementara kami penuhi dengan terus mencari bahan baku, termasuk melakukan impor,” katanya.(abinenobm)
Ikan cakalang dari Korea ketika tiba di PT Delta Pasific Indotuna
Bitung – Wakil General Manager PT Delta Pasific Indotuna, Cholid Alkatiri mengaku biaya untuk mengimpor ikan cakalang dari negara lain sangat besar. Namun pihaknya mengaku tidak ada cara lain selain inpor bahan baku karena saat ini kebutuhan bahan produksi sulit didapatkan dalam negeri, apalagi Kota Bitung.
“Cost sangat tinggi jika impor bahan baku, tapi itu harus kami lakukan agar tetap berproduksi,” kata Cholid.
Salah satu faktor tingginya biaya impor kata dia, karena Pelabuhan Kota Bitung sendiri belum berstatus pelabuhan impor. Akibatnya, bahan baku harus transit di sejumlah pelabuhan baru masuk ke pelabuhan Kota Bitung.
“Sebelum ke Pelabuhan Kota Bitunh, barang mampir dulu ke Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya selama beberapa hari baru lanjut ke Kota Bitung,” katanya.
Karena pelabuhan terakhir berstatus pelabuhan impor, maka mau tidak mau pihaknya juga harus mendatangkan petugas Karantina dari Surabaya. Mengingat Karantina Surabaya yang menerima dan mengecek barang ketika masuk ke Indonesia.
“Selain Karantina Surabaya, kami juga menghadirkan Karantina Manado untuk melakukan pengecekan bersama-sama saat empat container ikan cakalang tiba di perusahaan,” katanya.
Faktor lain yang memaksa pihak Cholid mendatangkan ikan cakalang dari India dan Korea, karena permintaan 40 container produksi PT Delta ke luar negeri belum terpenuhi.
“Kami sudah terlanjur menyanggupi mengirimkan 40 container produksi ke sejumlah negara dan itu sementara kami penuhi dengan terus mencari bahan baku, termasuk melakukan impor,” katanya.(abinenobm)