Minut, BeritaManado.com – Anggota DPRD Minahasa Utara (Minut) Edwin Nelwan SP, menyoroti masalah anjloknya harga kopra saat ini.
Politisi Fraksi Partai Golongan Karya (Golkar) ini miris dengan harga kopra yang mangkrak sampai harga Rp700-800 per kilogram (Kg).
“Saya bukan pengambil kebijakan. Hanya menyeruakan, suara rakyat. Apalagi saya besar dan bisa bersekolah dari hasil kelapa,” ujar Nelwan, di sela-sela reses bersama masyarakat Desa Tatelu Kecamatan Dimembe, Selasa (11/12/2018).
Kata Nelwan, secepatnya seluruh pihak terkait harus duduk bersama untuk mencari jalan keluar dari permasalahan ini.
“Mulai dari akademisi, bagian riset dan penelitian, dinas pertanian, pemerintah, semua kita harus duduk bersama untuk identifikasi masalah,” lanjut Nelwan.
Lebih jauh, Nelwan meminta ada data real untuk mencari solusi masalah ini.
“Harus ada data angka. Angka itu bisa mengevaluasi apa saja. Sehingga bisa tahu sebab penyebab. Berapa jumlah pohon kelapa, berapa jumlah produksi, berapa kopra yang diproduksi per wilayah. Harus tahu itu. Kenapa harga turun? Kalau penyebabnya over produksi, berarti harus ditambah pabrik industri turunan kelapa misalnya tepung kelapa. Kalau ada permainan tata niaga, harus diatur jangan sampai ada monopoli, dan lain-lain,” tambah Nelwan.
Selain membahas kopra, sejumlah warga juga tetap menuntut perbaikan jalan di desa, terlebih di jaga III yang sudah terisolasi akibat putusnya jalan pertanian.
Warga juga mendesak pengaktifan terminal Tatelu, pasar Tatelu dan pasar Dimembe.
Hadir dalam kesempatan itu Camat Dimembe Marco Karongkong SPT, Hukum Tua Desa Tatelu John Lausan dan seluruh perangkat desa, staf sekretariat DPRD Minahasa Utara serta ratusan masyarakat desa setempat.
(Finda Muhtar)
Minut, BeritaManado.com – Anggota DPRD Minahasa Utara (Minut) Edwin Nelwan SP, menyoroti masalah anjloknya harga kopra saat ini.
Politisi Fraksi Partai Golongan Karya (Golkar) ini miris dengan harga kopra yang mangkrak sampai harga Rp700-800 per kilogram (Kg).
“Saya bukan pengambil kebijakan. Hanya menyeruakan, suara rakyat. Apalagi saya besar dan bisa bersekolah dari hasil kelapa,” ujar Nelwan, di sela-sela reses bersama masyarakat Desa Tatelu Kecamatan Dimembe, Selasa (11/12/2018).
Kata Nelwan, secepatnya seluruh pihak terkait harus duduk bersama untuk mencari jalan keluar dari permasalahan ini.
“Mulai dari akademisi, bagian riset dan penelitian, dinas pertanian, pemerintah, semua kita harus duduk bersama untuk identifikasi masalah,” lanjut Nelwan.
Lebih jauh, Nelwan meminta ada data real untuk mencari solusi masalah ini.
“Harus ada data angka. Angka itu bisa mengevaluasi apa saja. Sehingga bisa tahu sebab penyebab. Berapa jumlah pohon kelapa, berapa jumlah produksi, berapa kopra yang diproduksi per wilayah. Harus tahu itu. Kenapa harga turun? Kalau penyebabnya over produksi, berarti harus ditambah pabrik industri turunan kelapa misalnya tepung kelapa. Kalau ada permainan tata niaga, harus diatur jangan sampai ada monopoli, dan lain-lain,” tambah Nelwan.
Selain membahas kopra, sejumlah warga juga tetap menuntut perbaikan jalan di desa, terlebih di jaga III yang sudah terisolasi akibat putusnya jalan pertanian.
Warga juga mendesak pengaktifan terminal Tatelu, pasar Tatelu dan pasar Dimembe.
Hadir dalam kesempatan itu Camat Dimembe Marco Karongkong SPT, Hukum Tua Desa Tatelu John Lausan dan seluruh perangkat desa, staf sekretariat DPRD Minahasa Utara serta ratusan masyarakat desa setempat.
(Finda Muhtar)