MANADO – Partai besar seperti Golongan Karya (Golkar) tak mampu berbuat banyak dalam pentas pemilukada di bumi nyiur malambai. Kekalahan-demi kekalahan tersebut membuat mantan pengurus Golkar Sulut bereaksi untuk mempertanyakan kepekaan serta konsistensi partai berlambang pohon beringin ini.
Dia adalah Prof. Ishak Pulukadang. Dia yang juga mantan anggota MPR RI ini mencoba menelaah secara objektif kekalahan golkar di Bolaang Mongondow bahkan baru-baru ini di kabupaten kepulauan Sangihe.
“Golkar Sulut tidak pernah mau belajar dengan setiap pengalam yang terjadi,” kritiknya.
Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa seharusnya di Sangihe Golkar membuat sebuah kaderisasi kepemimpinan. “Golkar sulut belakangan ini terlalu membudayakan sistem kolusi dalam kepemimpinan. Seharusnya di Sangihe itu sudah ada kaderisasi kepemimpinan untuk menjaga eksistensi partai ini,” paparnya kepada beritamanado, Sabtu (17/9) sore tadi. (gn)
MANADO – Partai besar seperti Golongan Karya (Golkar) tak mampu berbuat banyak dalam pentas pemilukada di bumi nyiur malambai. Kekalahan-demi kekalahan tersebut membuat mantan pengurus Golkar Sulut bereaksi untuk mempertanyakan kepekaan serta konsistensi partai berlambang pohon beringin ini.
Dia adalah Prof. Ishak Pulukadang. Dia yang juga mantan anggota MPR RI ini mencoba menelaah secara objektif kekalahan golkar di Bolaang Mongondow bahkan baru-baru ini di kabupaten kepulauan Sangihe.
“Golkar Sulut tidak pernah mau belajar dengan setiap pengalam yang terjadi,” kritiknya.
Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa seharusnya di Sangihe Golkar membuat sebuah kaderisasi kepemimpinan. “Golkar sulut belakangan ini terlalu membudayakan sistem kolusi dalam kepemimpinan. Seharusnya di Sangihe itu sudah ada kaderisasi kepemimpinan untuk menjaga eksistensi partai ini,” paparnya kepada beritamanado, Sabtu (17/9) sore tadi. (gn)