Jakarta – Hari ini sangat pantas seorang yang telah sukses menggapai masa depan untuk melihat ke belakang. Bukan kebetulan bahwa hari ini adalah waktu yang spesial untuk para guru di Indonesia. Seperti diakui Emmnuel Josafat Tular.
Sukses berkarir di rumahnya para wakil rakyat se-Indonesia sebagai staf ahli, ternyata tak membuat memori mantan anak asuh di Panti Asuhan Melania Langowan ini lupa akan kenangan masa lalu bersama guru-gurunya saat masih bersekolah.
Salah satu kenangan indah yang sampai saat ini masih segar dalam ingatan yaitu waktu duduk di bangku SD Katolik Santa Monika Langowan pada tingkatan kelas 5 dan 6. Waktu itu ada seorang guru perempuan bernama Maura Tumion.
Guru yang akrab disapa Enci Maura itu menjadi wali kelas Emmanuel saat duduk di kelas 6. Sejak saat itulah kepribadiannya turut dibentuk melalui metode pembelajaran yang disiplin. Hasilnya adalah saat ini, dirinya sanggup menerobos persaingan dunia kerja di Ibukota Negara Jakarta.
“Hanya terima kasih yang dapat mengimbangi jasa para guru dan dosen saat saya bersekolah. Namun yang spesial untuk diingat yaitu masa SD dulu. Soal sempat dimarahi guru jika melakukan kesalahan itu bagi saya juga bagian dari didikan,” katanya.
Ditambahkannya, bahwa Enci Maura sebenarnya bukan tipe pemarah. Sebaliknya dia justeru penyayang. Kalau ada muridnya yang berbuat kesalahan pasti ditegur. Itu bukti bahwa seorang guru tidak membiarkan anak-anak didiknya jatuh dalam kesalahan itu sendiri.
“Di tangan Enci Maura, saya pernah diajarkan mata pelajaran Matematika, Agama, Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB), Menggambar dan Kesenian. Saya titip salam dan doa untuk Enci Maura bersama keluarga dimana saja berada,” ungkapnya.
Sementara itu, Maura Tumion saat dihubungi BeritaManado.com, Jumat (25/11/2016) mengatakan bahwa dirinya merasa sangat bangga dan bahagia menyaksikan mantan anak didik meraih dan menikmati kesuksesan berkarir, apalagi di kota besar.
“Namun terkadang juga ada rasa sedih melihat anak-anak yang pernah saya didik dulu tidak dapat melanjutkan pendidikan hingga ke jenjang yang lebih tinggi. Apalagi mereka yang sudah sering berurusan dengan pemerintah dan aparat kepolisian,” tuturnya.
Harapannya kedepan, generasi muda saat ini dapat menghargai jasa para guru. Bukan untuk dibalas dengan materi, namun untuk supaya diteladani. (frangkiwullur)
Jakarta – Hari ini sangat pantas seorang yang telah sukses menggapai masa depan untuk melihat ke belakang. Bukan kebetulan bahwa hari ini adalah waktu yang spesial untuk para guru di Indonesia. Seperti diakui Emmnuel Josafat Tular.
Sukses berkarir di rumahnya para wakil rakyat se-Indonesia sebagai staf ahli, ternyata tak membuat memori mantan anak asuh di Panti Asuhan Melania Langowan ini lupa akan kenangan masa lalu bersama guru-gurunya saat masih bersekolah.
Salah satu kenangan indah yang sampai saat ini masih segar dalam ingatan yaitu waktu duduk di bangku SD Katolik Santa Monika Langowan pada tingkatan kelas 5 dan 6. Waktu itu ada seorang guru perempuan bernama Maura Tumion.
Guru yang akrab disapa Enci Maura itu menjadi wali kelas Emmanuel saat duduk di kelas 6. Sejak saat itulah kepribadiannya turut dibentuk melalui metode pembelajaran yang disiplin. Hasilnya adalah saat ini, dirinya sanggup menerobos persaingan dunia kerja di Ibukota Negara Jakarta.
“Hanya terima kasih yang dapat mengimbangi jasa para guru dan dosen saat saya bersekolah. Namun yang spesial untuk diingat yaitu masa SD dulu. Soal sempat dimarahi guru jika melakukan kesalahan itu bagi saya juga bagian dari didikan,” katanya.
Ditambahkannya, bahwa Enci Maura sebenarnya bukan tipe pemarah. Sebaliknya dia justeru penyayang. Kalau ada muridnya yang berbuat kesalahan pasti ditegur. Itu bukti bahwa seorang guru tidak membiarkan anak-anak didiknya jatuh dalam kesalahan itu sendiri.
“Di tangan Enci Maura, saya pernah diajarkan mata pelajaran Matematika, Agama, Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB), Menggambar dan Kesenian. Saya titip salam dan doa untuk Enci Maura bersama keluarga dimana saja berada,” ungkapnya.
Sementara itu, Maura Tumion saat dihubungi BeritaManado.com, Jumat (25/11/2016) mengatakan bahwa dirinya merasa sangat bangga dan bahagia menyaksikan mantan anak didik meraih dan menikmati kesuksesan berkarir, apalagi di kota besar.
“Namun terkadang juga ada rasa sedih melihat anak-anak yang pernah saya didik dulu tidak dapat melanjutkan pendidikan hingga ke jenjang yang lebih tinggi. Apalagi mereka yang sudah sering berurusan dengan pemerintah dan aparat kepolisian,” tuturnya.
Harapannya kedepan, generasi muda saat ini dapat menghargai jasa para guru. Bukan untuk dibalas dengan materi, namun untuk supaya diteladani. (frangkiwullur)