Manado, BeritaManado.com – Pandemi COVID-19 menghantam seluruh sendi-sendi ekonomi masyarakat.
Namun demikian, ekonomi Sulawesi Utara (Sulut) masih bisa survive dan mulai membaik dari bulan ke bulan.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara di bawah kepemimpinan Gubernur Olly Dondokambey dan Wakil Gubernur Steven Kandouw berhasil menjaga surplus neraca perdagangan Sulawesi Utara.
Terbukti, Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Utara mencatat neraca perdagangan Sulawesi Utara yang diukur melalui penghitungan net ekspor (total ekspor dikurangi total impor) pada Januari 2021 mengalami surplus, senilai US$88,37 juta.
Nilai ini mengalami peningkatan dibandingkan kondisi bulan sebelumnya yang tercatat senilai US$74,72 juta.
Data sementara BPS Sulut menunjukkan nilai FOB Ekspor Nonmigas Sulawesi Utara pada bulan Januari 2021 senilai US$ 94,28 juta, mengalami peningkatan sebesar 13,92% dibandingkan Desember 2020 yang senilai US$ 82,76 juta.
Bila dibandingkan dengan bulan yang sama tahun 2020, nilai ekspor Sulawesi Utara juga mengalami peningkatan sebesar 32,91%.
KOMODITI EKSPOR TERBESAR
Komoditi ekspor pada bulan ini masih tetap didominasi oleh lemak dan minyak hewan/nabati.
Volume ekspor Sulawesi Utara bulan Januari 2021 meningkat sebesar 20,97% dibanding Desember 2020.
Salah satu komoditi yang mengalami peningkatan volume ekspor adalah Perhiasan/Permata sebesar 1.557,16% dan ampas/sisa industri makanan sebesar 322,22%.
Komoditi dengan berat terbesar adalah garam, belerang, kapur yang mencapai 72.295 ton atau 50,98% dari total berat ekspor, dan lemak dan minyak hewan/nabati yang mencapai 33.743,44 ton atau 23,80% dari total berat ekspor.
SINGAPURA NEGARA TUJUAN EKSPOR TERTINGGI UNTUK NON MIGAS
Negara tujuan ekspor non migas terbesar Sulawesi Utara pada Januari 2021 adalah Singapura sebesar US$ 27,35 juta (29,01% dari total ekspor).
Adapun produk yang paling banyak diekspor ke negara tersebut adalah perhiasan/permata.
NEGARA TUJUAN EKSPOR TERBESAR
Dari sisi volume ekspor Sulawesi Utara bulan Januari 2021, salah satu negara tujuan yang mengalami peningkatan volume ekspor terbesar adalah India sebesar 196,03%, Australia sebesar 169,33% dan Korea Selatan sebesar 27,12%.
Selain itu, negara tujuan dengan berat ekspor terbesar adalah Australia yang mencapai 61.187,91 ton atau 43,15% dari total berat ekspor dan India yang mencapai 18.936,90 ton atau 13,35% dari total berat ekspor.
LALU LINTAS EKSPOR SULUT
Sebagian besar komoditas ekspor nonmigas Sulawesi Utara dikirim melalui beberapa pelabuhan muat di Sulawesi Utara dan juga melalui pelabuhan muat di provinsi lain.
Pada bulan Januari 2021, sebanyak 29,46% barang ekspor dikirim melalui pelabuhan muat di Soekarno-Hatta.
Dibandingkan dengan bulan Desember 2020, nilai ekspor di Pelabuhan muat Soeakrno-Hatta mengalami peningkatan sebesar 2.114,30%.
Komoditi terbesar yang dikirimkan melalui pelabuhan muat ini adalah perhiasan/permata dengan negara tujuan Singapura.
Dari sisi volume, Pelabuhan Labuan Uki merupakan pelabuhan muat terbesar di Sulawesi Utara pada bulan Januari 2021, dimana sebanyak 50,98% barang ekspor dikirim melalui pelabuhan muat ini.
Komoditas ekspor yang dikirim dari pelabuhan ini adalah garam, belerang, kapur dengan negara tujuan Australia dan Philipina.
Dibandingkan dengan bulan Desember 2020 volume ekspor di Labuan Uki mengalami peningkatan sebesar 32,41%.
VOLUME IMPOR SULUT
Volume impor Sulawesi Utara bulan Januari 2021 menurun sebesar 12,40% dibanding Desember 2020.
Salah satu komoditi yang memiliki volume terbesar adalah komoditi Bahan Bakar Mineral dengan berat mencapai 32.701,00 ton atau 88,82% dari total berat impor dan komoditi Kapal Laut dan Bangunan Terapung yang mencapai 2.982,00 ton atau 8,10% dari total berat impor.
Selain itu komoditi yang mengalami peningkatan volume impor terbesar adalah Kapal Laut dan Bangunan Terapung sebesar 298.100,00%, perangkat optik sebesar 23.250,00% dan kertas/karton sebesar 936,00%.
Dari sisi volume impor Sulawesi Utara bulan Januari 2021, negara pemasok yang memiliki volume terbesar adalah Australia dengan berat mencapai 32.701,00 ton atau 88,82% dari total berat impor dengan komoditi yang diimpor adalah Bahan Bakar Mineral kemudian Jerman dengan berat 2.982,00 ton atau sebesar 8,10% dari total berat impor dengan komoditi yang diimpor adalah Kapal Laut dan Bangunan Terapung.
(***/Finda Muhtar)