Alkisah, pada zaman dahulu kala hidup seekor kura-kura yang berkawan karib dengan dua ekor burung bangau. Mereka bertiga hidup berdampingan secara damai di sepetak huma persawahan di kawasan Minahasa Tenggara. Namun di siang hari kura-kura sering kesepian ditinggal terbang kedua sahabatnya itu dan malam harinya kura-kura mendengar kisah-kisah menarik tentang keindahan tempat-tempat yang dikunjungi kedua kawannya. Ada pantai Lakban yang indah di Ratatotok, ada danau Bulilin di Tombatu dengan mujairnya yang gurih, ada kawasan Banga-Lowatag dengan potensi hortikultura yang permai di Touluaan, ada pula buah salak yang ranum legit di Pangu Ratahan.
Dalam angan sang kura-kura terbersit keinginan kuat untuk bisa terbang, melihat langsung panorama kawasan yang didengarnya. Di satu pagi cerah muncul gagasan cemerlang di benak sang kura-kura. Ide tersebut diutarakan kepada dua bangau sahabatnya. Ketiganya bersorak karena kini kura-kura dapat terbang bersama. Sepotong dahan kering digigit bagian tengahnya oleh si kura-kura, sementara kedua bangau mematuk dua sisi ujung potongan dahan. Dan… si kura-kurapun dibawa terbang, tinggi. Luar biasa, ketiganya bersukaria. Ternyata gagasan yang diwujud-nyatakan sungguh luar biasa. Kura-kura yang habitatnya hanya di persawahan dan perairan, kini bisa terbang.
Ketika melintasi kawasan pertanian, ketiga sobat karib ini mendengar celotehan beberapa petani, katanya : “Wah… betapa cemerlangnya gagasan kedua bangau itu”. Yang lain berujar : “Oh…luar biasa kreatif kedua bangau itu”. Mereka bertepuk tangan dan memuji gagasan kreatif kedua unggas itu. Beberapa ekor ular yang bersembunyi di semak belukar hanya mencibir sambil mengamati fenomena menarik itu.
Mendengar tuturan petani, si kura-kura merasa tersinggung dan sakit hati. “Ini ide saya, ini murni gagasanku..” katanya dalam hati. Tak puas cuma bicara dalam hati, si kura-kura serta-merta bicara langsung…… astaga, dia membuka mulutnya, kedua sahabatnya terperangah. Para petani berseru, “Kura-kura, jangan ambil keputusan keliru, tutup mulutmu”. Sang kura-kura tak mampu menahan gejolak hatinya. Harga diri dan keangkuhannya mengalahkan gagasan yang cemerlang. Bumi menariknya, terhempas. Hancur lebur. Para petani yang awalnya bersorak-riang, diam terpaku. Lalu muncul suara-suara sumbang, “Betapa tololnya si kura-kura, sudah dibawa terbang tapi melepaskan kesempatannya menikmati pemandangan indah. Dasar kura-kura, tempatnya memang di sawah bukan di angkasa”. Tamat.
Gagasan cemerlang tidak selamanya cemerlang dalam aplikasinya. Ide brilian yang salah tempat dan salah waktu justru bisa berubah menjadi bumerang. Jangan paksakan gagasan jika tujuannya cuma untuk cari nama.
John K B Damongilala
Inspirasi di Banga, Touluaan, Mitra
12 Juli 2009
Alkisah, pada zaman dahulu kala hidup seekor kura-kura yang berkawan karib dengan dua ekor burung bangau. Mereka bertiga hidup berdampingan secara damai di sepetak huma persawahan di kawasan Minahasa Tenggara. Namun di siang hari kura-kura sering kesepian ditinggal terbang kedua sahabatnya itu dan malam harinya kura-kura mendengar kisah-kisah menarik tentang keindahan tempat-tempat yang dikunjungi kedua kawannya. Ada pantai Lakban yang indah di Ratatotok, ada danau Bulilin di Tombatu dengan mujairnya yang gurih, ada kawasan Banga-Lowatag dengan potensi hortikultura yang permai di Touluaan, ada pula buah salak yang ranum legit di Pangu Ratahan.
Dalam angan sang kura-kura terbersit keinginan kuat untuk bisa terbang, melihat langsung panorama kawasan yang didengarnya. Di satu pagi cerah muncul gagasan cemerlang di benak sang kura-kura. Ide tersebut diutarakan kepada dua bangau sahabatnya. Ketiganya bersorak karena kini kura-kura dapat terbang bersama. Sepotong dahan kering digigit bagian tengahnya oleh si kura-kura, sementara kedua bangau mematuk dua sisi ujung potongan dahan. Dan… si kura-kurapun dibawa terbang, tinggi. Luar biasa, ketiganya bersukaria. Ternyata gagasan yang diwujud-nyatakan sungguh luar biasa. Kura-kura yang habitatnya hanya di persawahan dan perairan, kini bisa terbang.
Ketika melintasi kawasan pertanian, ketiga sobat karib ini mendengar celotehan beberapa petani, katanya : “Wah… betapa cemerlangnya gagasan kedua bangau itu”. Yang lain berujar : “Oh…luar biasa kreatif kedua bangau itu”. Mereka bertepuk tangan dan memuji gagasan kreatif kedua unggas itu. Beberapa ekor ular yang bersembunyi di semak belukar hanya mencibir sambil mengamati fenomena menarik itu.
Mendengar tuturan petani, si kura-kura merasa tersinggung dan sakit hati. “Ini ide saya, ini murni gagasanku..” katanya dalam hati. Tak puas cuma bicara dalam hati, si kura-kura serta-merta bicara langsung…… astaga, dia membuka mulutnya, kedua sahabatnya terperangah. Para petani berseru, “Kura-kura, jangan ambil keputusan keliru, tutup mulutmu”. Sang kura-kura tak mampu menahan gejolak hatinya. Harga diri dan keangkuhannya mengalahkan gagasan yang cemerlang. Bumi menariknya, terhempas. Hancur lebur. Para petani yang awalnya bersorak-riang, diam terpaku. Lalu muncul suara-suara sumbang, “Betapa tololnya si kura-kura, sudah dibawa terbang tapi melepaskan kesempatannya menikmati pemandangan indah. Dasar kura-kura, tempatnya memang di sawah bukan di angkasa”. Tamat.
Gagasan cemerlang tidak selamanya cemerlang dalam aplikasinya. Ide brilian yang salah tempat dan salah waktu justru bisa berubah menjadi bumerang. Jangan paksakan gagasan jika tujuannya cuma untuk cari nama.
John K B Damongilala
Inspirasi di Banga, Touluaan, Mitra
12 Juli 2009