Langowan – Sekitar lebih dari 1000 ekor itik dewasa di Langowan dalam sebulan terakhir dilapornya nyaris punah. Penyebabnya diduga lantaran terserang virus Newcastle Disease (ND). Penyakit cukup mematikan ini disebabkan oleh virus bernama genus paramyxovirus dengan family paramyxoviridae. Virus ND itu sendiri paling rentan terjadi pada ternak jenis unggas.
Gejala umum yang terjadi pada ternak itik di Langowan berdasarkan keterangan para peternak adalah itik jadi tidak mau makan, selaput mata terlihat agak putih, serta posisi kepala terbalik menghadap ke atas. Keterangan ini mirip dengan gejala-gejala akibat viris ND itu sendiri menurut sumber literatur terpercaya.
Kejadian ini sempat menghebohkan masyarakat Kota Langowan dan tentu saja menimbulkan kerugian hingga ratusan juta rupiah. Tidak terdengar upaya pemerintah melalui instansi terkait untuk menyelidiki lebih lanjut tentang kasus ini. Untunglah, saat ini tidak lagi terdengan kejadian yang sama menyerang populasi itik lainnya.
“Akibat dari virus tersebut, itik yang berjumlah sekitar 300 ekor, lebih dari separuh mati. Daripada merugi, jumlah itik yang sisa terpaksa dijual. Akan tetapi masih ada peternak itik yang kerugiannya lebih dari saya. Meski demikian, ini sudah bagian dari resiko sebagai peternak itik dengan cara tradisional,” ungkap Jotje Manopo, peternak asal Desa Wolaang. (Frangki Wullur)
Langowan – Sekitar lebih dari 1000 ekor itik dewasa di Langowan dalam sebulan terakhir dilapornya nyaris punah. Penyebabnya diduga lantaran terserang virus Newcastle Disease (ND). Penyakit cukup mematikan ini disebabkan oleh virus bernama genus paramyxovirus dengan family paramyxoviridae. Virus ND itu sendiri paling rentan terjadi pada ternak jenis unggas.
Gejala umum yang terjadi pada ternak itik di Langowan berdasarkan keterangan para peternak adalah itik jadi tidak mau makan, selaput mata terlihat agak putih, serta posisi kepala terbalik menghadap ke atas. Keterangan ini mirip dengan gejala-gejala akibat viris ND itu sendiri menurut sumber literatur terpercaya.
Kejadian ini sempat menghebohkan masyarakat Kota Langowan dan tentu saja menimbulkan kerugian hingga ratusan juta rupiah. Tidak terdengar upaya pemerintah melalui instansi terkait untuk menyelidiki lebih lanjut tentang kasus ini. Untunglah, saat ini tidak lagi terdengan kejadian yang sama menyerang populasi itik lainnya.
“Akibat dari virus tersebut, itik yang berjumlah sekitar 300 ekor, lebih dari separuh mati. Daripada merugi, jumlah itik yang sisa terpaksa dijual. Akan tetapi masih ada peternak itik yang kerugiannya lebih dari saya. Meski demikian, ini sudah bagian dari resiko sebagai peternak itik dengan cara tradisional,” ungkap Jotje Manopo, peternak asal Desa Wolaang. (Frangki Wullur)