Langowan, BeritaManado.com — Jika ada yang bertanya siapakah tokoh awam Katolik dalam kaitannya dengan perayaan Yubelium 150 tahun kembalinya Gereja Katolik di Keuskupan Manado, maka jawabannya adalah almarhum Daniel ‘Rompoliu’ Mandagi.
Satu-satunya alasan mengapa Daniel Mandagi dikatakan demikian, itu karena berkat jasanya benih iman dan misi Katolik kembali disemai setelah kurang lebih 300 tahun tidak terdengar sebagai akibat dari masuknya bangsa Belanda melalui serikat dagangnya yang dikenal dengan nama VOC dengan latar belakang pengaruh protestan.
Pastor Vikep Tondano-Mitra Leksi Nangoy Pr dalam bagian khotbahnya pada Misa Minggu (29/7/2018) di Gereja Katolik Paroki St. Petrus Langowan mengatakan bahwa Daniel Mandagi waktu itu sebagai serdadu tentara Hindia Belanda pergi ke tanah Jawa untuk menjalani tugas militer kemudian tahun 1861 kembali ke Langowan dan menikah dengan seorang perempuan bernama Tentji Londah.
Tahun 1864, Daniel Mandagi dan Tentji Londah dikaruniai anak pertama bernama Agustinus Demel Mandagi atau disingkat AD Mandagi. Waktu itu Daniel Mandagi berkeinginan agar anaknya itu mendapatkan sakramen permandian secara Katolik.
Karena waktu itu tidak ada imam Katolik, maka Daniel Mandagi menemui seorang Pendeta Protestan bernama Pdt. Schapman yang waktu itu menjalankan tugas pelayanan di Langowan dengan maksud untuk meminta bantuannya agar dapat mempermandikan anaknya secara Katolik namun permintaan itu ditolak.
Kemudian waktu itu mendiang Daniel Mandagi berinisiatif untuk menulis surat kepada Uskup Batavia yang waktu itu dijabat oleh Mgr. Petrus Maria Vrancken Pr dengan maksud untuk meminta seorang imam agar bisa memberikan sakramen permandia kepada anaknya.
Surat tersebut dikirim melalui bantuan komandan tentara Belanda di Manado dengan tembusan Gubernur Jenderal di Batavia untuk diteruskan kepada Uskup Batavia waktu itu dan diutuslah seorang misionaris Jesuit bernama Pater Johanis de Vries SJ yang tiba di Pelabuhan Kema pada tanggal 14 September 1868.
Empat hari berselang, Pater Johanis de Vries SJ tiba di Langowan tepatnya tanggal 18 September 1868 yang diperkirakan mengambil jalur laut dengan alat transportasi perahu atau kapal menyusuri Pantai Rumbia dan sekitarnya kemudian tibalah di Langowan.
Menurut catatan tangan Daniel Mandagi dalam sebuah surat pada Buku Yubelium 140 Tahun Permandian Pertama Umat Katolik di Paroki Langowan disebutkan bahwa waktu tiba di Langowan, Pater Johanis de Vries SJ menginap di rumahnya Pendeta Schapman dan berusaha bertemu Mayor Thomas Sigar.
Keesokan harinya dilaksanakanlah misa dan setelah itu dilanjutkan dengan upacara pemberian sakramen permandian kepada Agustinus Demel Mandagi dan beberapa orang lainnya yang dalam catatan Buku Permandian Pertama berjumlah 12 orang.
“Yang disampaikan diatas merupakan sebagian fakta sejarah tentang siapa sebenarnya sosok Daniel Mandagi. Bahkan Uskup Emeritus Manado Mgr. Yosep Suwatan MSC sudah mengakui bahwa Daniel Mandagi adalah perintis kembalinya gereja Katolik di Keuskupan Manado. Atas sederet peristiwa-peristiwa bersejarah itulah, umat Katolik di Paroki St. Petrus Langowan selayaknya membanggakan sosok Daniel Mandagi,” kata Nangoy.
Ditambahkannya, untuk menghargai jasa Daniel Mandagi, maka pada Minggu (2/9/2018) mendatang akan dilaksanakan perayaan puncak Yubelium 150 tahun kembalinya Gereja Katolik di Keuskupan Manado tingkat Kevikepan Tondano-Mitra yang akan dipusatkan di Stasi Kawatak, sekaligus upacara pemindahan dan pemberkatan makam Daniel Mandagi yang baru.
(Frangki Wullur)
Langowan, BeritaManado.com — Jika ada yang bertanya siapakah tokoh awam Katolik dalam kaitannya dengan perayaan Yubelium 150 tahun kembalinya Gereja Katolik di Keuskupan Manado, maka jawabannya adalah almarhum Daniel ‘Rompoliu’ Mandagi.
Satu-satunya alasan mengapa Daniel Mandagi dikatakan demikian, itu karena berkat jasanya benih iman dan misi Katolik kembali disemai setelah kurang lebih 300 tahun tidak terdengar sebagai akibat dari masuknya bangsa Belanda melalui serikat dagangnya yang dikenal dengan nama VOC dengan latar belakang pengaruh protestan.
Pastor Vikep Tondano-Mitra Leksi Nangoy Pr dalam bagian khotbahnya pada Misa Minggu (29/7/2018) di Gereja Katolik Paroki St. Petrus Langowan mengatakan bahwa Daniel Mandagi waktu itu sebagai serdadu tentara Hindia Belanda pergi ke tanah Jawa untuk menjalani tugas militer kemudian tahun 1861 kembali ke Langowan dan menikah dengan seorang perempuan bernama Tentji Londah.
Tahun 1864, Daniel Mandagi dan Tentji Londah dikaruniai anak pertama bernama Agustinus Demel Mandagi atau disingkat AD Mandagi. Waktu itu Daniel Mandagi berkeinginan agar anaknya itu mendapatkan sakramen permandian secara Katolik.
Karena waktu itu tidak ada imam Katolik, maka Daniel Mandagi menemui seorang Pendeta Protestan bernama Pdt. Schapman yang waktu itu menjalankan tugas pelayanan di Langowan dengan maksud untuk meminta bantuannya agar dapat mempermandikan anaknya secara Katolik namun permintaan itu ditolak.
Kemudian waktu itu mendiang Daniel Mandagi berinisiatif untuk menulis surat kepada Uskup Batavia yang waktu itu dijabat oleh Mgr. Petrus Maria Vrancken Pr dengan maksud untuk meminta seorang imam agar bisa memberikan sakramen permandia kepada anaknya.
Surat tersebut dikirim melalui bantuan komandan tentara Belanda di Manado dengan tembusan Gubernur Jenderal di Batavia untuk diteruskan kepada Uskup Batavia waktu itu dan diutuslah seorang misionaris Jesuit bernama Pater Johanis de Vries SJ yang tiba di Pelabuhan Kema pada tanggal 14 September 1868.
Empat hari berselang, Pater Johanis de Vries SJ tiba di Langowan tepatnya tanggal 18 September 1868 yang diperkirakan mengambil jalur laut dengan alat transportasi perahu atau kapal menyusuri Pantai Rumbia dan sekitarnya kemudian tibalah di Langowan.
Menurut catatan tangan Daniel Mandagi dalam sebuah surat pada Buku Yubelium 140 Tahun Permandian Pertama Umat Katolik di Paroki Langowan disebutkan bahwa waktu tiba di Langowan, Pater Johanis de Vries SJ menginap di rumahnya Pendeta Schapman dan berusaha bertemu Mayor Thomas Sigar.
Keesokan harinya dilaksanakanlah misa dan setelah itu dilanjutkan dengan upacara pemberian sakramen permandian kepada Agustinus Demel Mandagi dan beberapa orang lainnya yang dalam catatan Buku Permandian Pertama berjumlah 12 orang.
“Yang disampaikan diatas merupakan sebagian fakta sejarah tentang siapa sebenarnya sosok Daniel Mandagi. Bahkan Uskup Emeritus Manado Mgr. Yosep Suwatan MSC sudah mengakui bahwa Daniel Mandagi adalah perintis kembalinya gereja Katolik di Keuskupan Manado. Atas sederet peristiwa-peristiwa bersejarah itulah, umat Katolik di Paroki St. Petrus Langowan selayaknya membanggakan sosok Daniel Mandagi,” kata Nangoy.
Ditambahkannya, untuk menghargai jasa Daniel Mandagi, maka pada Minggu (2/9/2018) mendatang akan dilaksanakan perayaan puncak Yubelium 150 tahun kembalinya Gereja Katolik di Keuskupan Manado tingkat Kevikepan Tondano-Mitra yang akan dipusatkan di Stasi Kawatak, sekaligus upacara pemindahan dan pemberkatan makam Daniel Mandagi yang baru.
(Frangki Wullur)