Boltim, BeritaManado.com – Setelah satu bulan melaksanakan ibadah puasa pada bulan Ramadhan, segenap umat muslim melaksanakan sholat Idul Fitri 1441 H pada hari Minggu 25 Mei 2020.
Sudah menjadi kebiasaan umat islam bahwa setelah sholat Idul Fitri ada silaturahmi antar sesama keluarga, tetangga dekat atau tetangga jauh, sebagai wujud dari silaturahmi tersebut ada berupa saling berkunjung kerumah rumah keluarga, tetangga bahkan ada yang dalam bentuk open house.
Namun dalam kondisi pandemi Covid-19 saat sekarang ini, semua kegiatan berupa tradisi atau kebiasaan diatas berjalan atau dilakukansecara sederhana atau terbatas.
Demikian halnya di kediaman rumah dinas Bupati Bolaang Mongondow Timur (Boltim), Sehan Landjar, SH pada hari raya Idul Fitri 1441 H ini, dilaksanakan acara silaturahmi dalam bentuk “open house terbatas” dalam pengertian tamu yang berkunjung adalah sekretaris daerah, para asisten, inspektur daerah, kepala dinas dan badan, kabag, para camat, sekretaris dinas badan, kepala desa dan ketua BPD serta keluarga dekat.
Silaturahmi terbatas atau sederhana ini dilaksanakan dengan tetap menerapkan protokol penangan Covid-19, sebagai berikut; Tamu harus masuk melewati Bilik Disinfektan yang telah tersedia, setelah itu mencuci tangan dengan sabun, hand sanitizer karena telah disediakan wastafel didepan pintu masuk, harus menggunakan masker, tidak ada jabatan tangan, duduk tetap menjaga jarak karena kursi telah di atur tidak berdekatan dan pada tempat yang sangat luas dan di ruangan tidak bersekat, sehingga sirkulasi udara berjalan dengan lancar.
Waktu pelaksanaan juga hanya dibatasi dari pukul 10.00 pagi sampai dengan 17.00 Wita, tidak seperti pada tahun sebelumnya sampai larut malam. Bupati turut menyampaikan sambutan singkat pada acara tersebut.
“Dalam kurun waktu sembilan tahun 4 bulan dalam menjalankan roda pemerintahan ada hal hal yang saya lakukan seperti kebijakan pemerintah yang saya anggap benar tetapi menurut bapak dan ibu ASN, sangadi, BPD dan tokoh masyarakat menganggap tidak benar maka melalui kesempatan ini saya atas nama keluarga besar Sehan Landjar, Nursiwin Landjar Yunus Dunggio, anak, menantu dan cucu menyampaikan permohonan maaf saya dan keluarga, atas nama bupati terutama kepada papa Keken dan mama Keken yang sudah 4 tahun lebih mendampingi saya, tokoh agama para pelayan tuhan, sekda, asisten, inspektur, staf ahli, kepala dinas badan, sekretaris, camat, seluruh sangadi dan aparat desa serta seluruh komponen tokoh masyarakat, bahwa pada situasi seperti ini kalimat yang tepat saya harus menyampaikan permintaan maaf atas khilaf dan salah baik perkataan dan tindakan yang tidak berkenan saya selama ini saya sadar betul tidak semua yang saya lakukan berkenan di hati dari bapak dan ibu walaupun saya berpendapat bahwa yang saya lakukan adalah benar, tapi benar di saya belum tentu benar di orang lain sehingga sekali lagi saya menyampaikan dengan kerendahan hati kekurangan dan kekhilafan, saya menyampaikan permohonan maaf kepada bapak dan ibu skalian baik kesalahan di kalangan pemerintahan, sosial kemasyarakatan kepada tokoh agama, toko adat, tokoh pemuda, tokoh perempuan sekali lagi saya menyampaikan mohon di maafkan, Taqabbalallahu Minna wa Minkum Taqabbal Ya Karim,”ujar Sehan Landjar.
Selanjutnya kita telah melaksanakan ibadah Ramdhan selama 30 hari yang penuh dinamika dalam suasana yang berbeda selama ini di era kita, meskipun hal seperti ini telah pernah terjadi sebelum kita ada sebagaimana yang di ceritikan pada Alqur’an dan Bibel. Tahun ini sangat berbeda karena adanya penyebaran secara masiv covid-19, sehingga seluruh dunia terjadi kegaduhan sehingga sampai pada keputusan pelaksanaan ibadahpun seperti kocar kacir, disatu sisi pemerintah tidak boleh melarang ibadah, yang boleh dilakukan adalah mengatur jadwal ibadah, kalau melarang hukumnya haram.
Saya bupati Bolaang Mongondow Timur memberikan apresiasi kepada wakil bupati, ASN, aparat desa, tokoh masyarakat, tokoh agama yang turut terlibat sehingga masyarakat Boltim mempunyai kesadaran yang tinggi sekitar 80% menyadari akan bahaya dan penanganan covid-19 sehingga Boltim masih dalam zona hijau, sehingga rasa capek melaksanakan sosialisasi ke desa desa dengan membawah peti mati rasanya terobati karena masyarakat sangat peka dan sensitif terhadap covid-19.
Kerjasama antar umat beragama begitu kuat sehingga terjadi sinergitas seluruh komponen masyarakat. Saya juga sempat menyampaikan usulan kepada Mendagri lewat percakapan telepon agar yang menjadi garda terdepan di dalam penangan covid adalah bupati dan walikota tidak hanya kepala desa dan jajaranya, kata bupati.
Bupati Boltim juga sangat menyayangkan terjadinya kerumunan masyarakat di pasar dan toko-toko pakaian setelah menerima dana BLT dan BST dari pemerintah padahal maksud bantuan tersebut adalah untuk keperluan pangan atau kebutuhan pokok untuk bertahan hidup bukan untuk pakaian, ini yang bapak ibu sangadi perlu jelaskan kepada masyarakatnya masing-masing.
Saya bupati tidak lagi hanya berpikir pada tataran kabupaten Boltim tetapi harus berpikir secara nasional karena Indonesia saat ini sedang sakit dan butuh perawatan dari sisi medis dan pemulihan secara ekonomi, ingat bahwa negara bisa bubar jikalau terjadi dua hal yakni agresi militer dan kehancuran secara ekonomi.
Sehingga kita semua sebagai komponen anak bangsa harus menjadi patriot mencegah terjadinya hal tersebut, namun patut disyukuri walaupun dalam kondisi sulit ASN masih terima THR, masyarakat masih terima sembako, BLT, BST dan lain-lain.
“Dan yang paling penting sebagai antisipasi agar seluruh masyarakat dapat memanfaatkan lahan tidur untuk ditanami umbi-umbian, sayuran dan sebagainya. Bagi pemilik lahan yang besar pinjamkan kepada masyarakat yang butuh dan mau bercocok tanam, ini sangat penting untuk ketahanan pangan masyarakat,” pungkas bupati.
(***/Riswan)