Langowan, BeritaManado.com — Perkembangan terbaru mengenai jejak sang perintis masuknya kembali misi Gereja Katolik di Keuskupan Manado yaitu Daniel Mandagi akhirnya mendapatkan petunjuk.
Berkat informasi dari Pendeta Hani Londah STh yang saat ini melayani di Jemaat GMIM Schwarz Sentrum Langowan, melalui sebuah buku miliknya “Sang Jago Tuhan” yang ditulis oleh seorang misionaris Jesuit bernama Pater J Kurris SJ pada catatan kaki di halaman 90 buku tersebut, akhirnya menemukan informasi terbaru.
Dalam catatan kaki di buku tersebut ditulis bahwa “salah satu pensiunan milter yang sewaktu dinas dibaptis oleh pastor di Surabaya itu bernama Daniel Mandagi dari Langowan. Dialah yang menulis surat kepada Monseigneur Vrancken minta diutus seorang imam ke Minahasa. Sampai akhir abad, sekalipun sudah lanjut usia, ia tetap aktif sebagai guru agama di kampungnya”.
Dari penelusuran sejarah, di wilayah Keuskupan Surabaya saat ini, ada satu paroki yang berdiri sejak tahun 1811, dimana tahun tersebut hanya selisih sekitar 4 tahun sebelum Daniel mandagi dilahirkan di tahun 1815.
Dengan demikian, kemungkinan besar catatan tentang pembaptisan Daniel Mandagi berada di paroki yang dimaksud.
Saat ini paroki yang bernama Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria itu terletak di Jalan Kepanjen, Surabaya.
Belum diketahui sejak usia berapa Daniel Mandagi menjadi Tentara KNIL, namun dari rujukan informasi dalam Buku “Mengenang Yubelium 140 Tahun Permandian Pertama Umat Katolik di Paroki Langowan – Keuskupan Manado” sebelum tahun 1861, ia pernah menjalani dinas militer ke Jawa.
Buku yang diterbitkan tahun 2008 itu mengatakan bahwa Daniel Mandagi yang dahulunya bernama Rompoliu, namanya berubah menjadi Daniel saat dipermandikan.
Tahun 1861 Daniel Mandagi pulang kampung ke Langowan untuk menjalani masa pensiun di usia 46 tahun lalu menikah dengan seorang perempuan bernama Tentji Londah dan dikaruniai anak pertama di tahun 1864.
Anak pertama yang diberi nama Demol Mandagi itulah yang turut menjadi bagian tak terpisahkan dari tonggak sejarah kembalinya misi Gereja Katolik di Keuskupan Manado 150 tahun silam.
Saat itu, Daniel Mandagi sangat merindukan anaknya Demol untuk mendapatkan Sakramen Permandian, namun sayang tidak ada imam Katolik yang dapat melakukannya dan pergilah ia ke seorang Pendeta Protestan bernama Abraham Obesz Schaafma (1860-1870) yang bertugas di Langowan menggantikan Pendeta Johann Gottlieb Schwarz (1831-1859).
Karena niatnya itu tidak diterima Pendeta Schaafma, maka berinisiatiflah Daniel Mandagi menulis surat kepada Uskup Batavia Mgr. Petrus Maria Vrancken Pr untuk meminta seorang imam datang ke Langowan dan mempermandikan anaknya itu yang akhirnya mendapatkan nama baptis Agustinus (Demol Mandagi).
Pendeta Londah sendiri mengungkapkan bahwa buku tersebut sudah lama dimilikinya, akan tetapi baru disadari belum lama ini ada tulisan yang memberikan petunjuk jejak tokoh awam Katolik asal Langowan dan kebetulan memiliki marga yang sama.
“Saya senang bisa berbagi informasi tentang sejarah perkembangan kekristenan di Minahasa khususnya Langowan. Semoga kedepan ada petunjuk-petunjuk terbaru mengenai sejarah Protestan/GMIM dan Katolik di Langowan maupun Minahasa yang akan terungkap. Ini bukan soal perbedaan doktrin, akan tetapi visi yang sama untuk memberitakan Injil,” kata Londah. (Frangki Wullur)